Sejarah Lagu Malam Kudus
Posted by Muhammad Irfan on Tuesday, December 24, 2013 with No comments
Kita tentu akan merasa sesuatu yang kurang kalau ada perayaan Natal tanpa menyanyikan "Malam Kudus", bukan?
Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda satu
dari yang lainnya, namun semuanya hampir serupa. Hal itu berlaku juga
dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana, sehingga tidak
perlu ada banyak selisih pendapat atau perbedaan kata dalam
menterjemahkannya.
"Malam Kudus" sungguh merupakan lagu pilihan, karena dinyanyikan dan
dikasihi di seluruh dunia. Bahkan musikus ternama rela memasukkannya
pada acara konser dan piringan hitam mereka. Anehnya, nyanyian yang
terkenal di seluruh dunia itu sesungguhnya berasal dari sebuah desa
kecil di daerah pegunungan negeri Austria.
Inilah ceritanya....
ORGEL YANG RUSAK
Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah
mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu. Seorang tukang orgel telah
dipanggil dari tempat lain. Tetapi menjelang Hari Natal tahun 1818,
orgel itu masih belum selesai diperbaiki. Sandiwara Natal terpaksa
dipindahkan dari gedung gereja, karena bagian-bagian orgel yang sedang
dibetulkan itu masih berserakan di lantai ruang kebaktian. Tentu tidak
ada seorang pun yang mau kehilangan kesempatan melihat sandiwara Natal.
Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa pemain kenamaan yang
biasa mengadakan tour keliling. Drama Natal sudah menjadi tradisi di
desa itu, sama seperti di desa-desa lainnya di negeri Austria.
Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya mempunyai rumah besar di
desa itu. Ia mengundang para anggota gereja untuk menyaksikan sandiwara
Natal itu di rumahnya. Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari
gereja itu, diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut
menyaksikan pertunjukan di rumah orang kaya itu. Sesudah drama Natal itu
selesai, Pendeta Mohr tidak terus pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil
yang berdekatan. Dari puncaknya ia memandang jauh ke bawah, dan melihat
desa di lembah yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan.
Sungguh malam itu indah sekali.... malam yang kudus....malam yang sunyi....
HADIAH NATAL YANG ISTIMEWA
Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum juga
siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah syair tentang
apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam itu. Keesokan
harinya pendeta muda itu pergi ke rumah temannya. Franz Gruber, yang
masih muda, adalah kepala sekolah di desa Arnsdorf, yang terletak tiga
kilometer jauhnya dari Oberndorf. Ia pun merangkap pemimpin musik di
gereja yang dilayani oleh Josef Mohr. Pendeta Mohr lalu memberikan
sehelai kertas lipatan kepada kawannya. "Inilah hadiah Natal untukmu,"
katanya, "sebuah syair yang baru saja saya karang tadi malam." "Terima
kasih, pendeta!" balas Franz Gruber. Setelah mereka berdua diam sejenak,
pendeta muda itu bertanya: "Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya? "
Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja dengan
syair hasil karya Josef Mohr. Pada sore harinya, tukang orgel itu sudah
cukup membersihkan ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai
lagi. Tetapi orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan. Penduduk
desa berkumpul untuk merayakan malam Natal. Dengan keheranan mereka
menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara malam itu ada sebuah lagu
Natal yang baru. Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu
ciptaannya -- untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah
dia memetik senar pada gitar yang tergantung di pundaknya dengan tali
hijau. Lalu ia membawakan suara bas, sedangkan Josef Mohr menya- nyikan
suara tenor. Paduan suara gereja bergabung dengan duet itu pada
saat-saat yang telah ditentukan.
Dan untuk pertama kalinya lagu "Malam Kudus" diperdengarkan.
BAGAIMANA TERSEBAR
Tukang orgel turut hadir dalam kebaktian Malam Natal itu. Ia senang
sekali mendengarkan lagu Natal yang baru. Mulailah dia bersenandung,
mengingat not-not melodi itu dan mengulang- ulangi kata-katanya. "Malam
Kudus" masih tetap bergema dalam ingatannya pada saat ia selesai
memperbaiki orgel Oderndorf, lalu pulang. Sekarang masuklah beberapa
tokoh baru dalam ceritanya, yaitu: Strasser bersaudara. Keempat gadis
Strasser itu adalah anak-anak seorang pembuat sarung tangan. Mereka
berbakat luar biasa di bidang musik. Sewaktu masih kecil, keempat gadis
cilik itu suka menyanyi di pasar, sedangkan ayah mereka menjual sarung
tangan buatannya. Banyak orang mulai memperhatikan mereka, dan bahkan
memberi uang atas nyanyiannya. Demikian kecilnya permulaan karier
keempat gadis Strasser itu, hanya sekedar menyanyi di pasar. Tetapi
mereka cepat menjadi tenar. Mereka sempat berkeliling ke banyak kota.
Yang terutama mereka tonjolkan ialah lagu-lagu rakyat dari tanah air
mereka, yakni dari daerah pegunungan negeri Austria. Tukang orgel tadi
mampir ke rumah keempat Strasser bersaudara. Kepada mereka ia nyanyi-
kan lagu Natal yang baru saja dipelajarinya dari kedua penciptanya di
gereja desa itu. Salah seorang penyanyi wanita menuliskan kata-kata dan
not-not yang mereka dengarkan dari tukang orgel teman mereka. Dengan
berbuat demikian mereka pun dapat menghafalkannya. Keempat wanita itu
senang menambahkan "Malam Kudus" pada acara mereka. Makin lama makin
bayak orang yang mendengarnya, sehingga lagu Natal itu mulai dibawa ke
negeri-negeri lain pula. Pernah seorang pemimpin konser terkenal
mengundang keempat kakak-beradik dari keluarga Strasser itu untuk
menghadiri konsernya. Sebagai atraksi penutup acara yang tak diumumkan
sebelumnya, ia pun memanggil keempat wanita itu untuk maju ke depan dan
menyanyi. Antara lain, mereka menyanyikan "Malam Kudus," yang oleh
mereka diberi judul "Lagu dari Surga." Raja dan ratu daerah Saksen
menghadiri konser itu. Mereka mengundang rombongan penyanyi Strasser itu
untuk datang ke istana pada Malam Natal. Tentu di sanapun mereka mem-
bawakan lagu "Malam Kudus."
RAHASIA ASAL USULNYA
Lagu Natal yang indah itu umumnya dikenal hanya sebagai "lagu
rakyat"saja. Tetapi sang raja ingin tahu siapakah pengarangnya. Pemimpin
musik di istana, yaitu komponis besar Felix Mandelssohn juga tidak tahu
tentang asal usul lagu natal itu. Sang raja mengirim seorang utusan
khusus untuk menyelidiki rahasia itu. Utusannya hampir saja pulang
dengan tangan kosong. Lalu secara kebetulan ia mendengarkan seekor
burung piaraan yang sedang bersiul. Lagu siulannya tak lain ialah "Malam
Kudus"! Setelah utusan raja tahu bahwa burung itu dulu dibawa oleh
seseorang dalam perjalanannya dari daerah pegunungan Austria, maka
pergilah dia ke sana serta menyelidiki lebih jauh. Mula- mula ia
menyangka bahwa barangkali ia akan menemukan lagu itu dalam
naskah-naskah karangan Johann Michael Haydn, seorang komponis bangsa
Austria yang terkenal. Tetapi sia-sia semua penelitiannya. Akan tetapi
usaha utusan raja itu telah menimbulkan rasa ingin tahu pada penduduk
setempat. Seorang pemimpin koor anak-anak merasa bahwa salah seorang
muridnya mungkin, pernah melatih burung yang pandai mengkidungkan "Malam
Kudus" itu. Maka ia menyembunyikan diri sambil bersiul meniru suara
burung tersebut. Segera muncullah seorang anak laki-laki, mencari burung
piarannya yang sudah lama lolos. Ternyata anak itu bernama Felix
Gruber. Dan lagu yang sudah termasyur itu, yang dulu diajarkan kepada
burung piaraannya, ditulis asli oleh ayahnya sendiri! Demikianlah
seorang bocah dan seekor burung turut mengambil peranan dalam menyatakan
kepada dunia luar, siapakah sebenarnya yang mengarang "Lagu Natal dari
Desa di Gunung" itu.
TANDA PENGENAL ORANG KRISTEN
Setelah satu abad lebih, "Malam Kudus" sesungguhnya menjadi milik
bersama seluruh umat menusia. Bahkan lagu Natal itu pernah dipakai
secara luar biasa, untuk menciptakan hubungan persahabatan antara orang-
orang Kristen dari dua bangsa yang sangat berbeda bahasa dan latar
belakangnya:
Pada waktu Natal tahun 1943, seluruh daerah Lautan Pasifik diliputi
oleh Perang Dunia Kedua. Beberapa minggu setelah Hari Natal itu, sebuah
pesawat terbang Amerika Serikat meng- alami kerusakan yang hebat dalam
peperangan, sehingga jatuh ke dalam samudra di dekat salah satu pulau
Indonesia. Kelima orang awak kapal itu, yang luka-luka semua,
terapung-apung pada pecahan-pecahan kapalnya yang sudah tenggelam. Lalu
nampak pada mereka beberapa perahu yang makin mendekat. Orang-orang yang
asing bagi mereka mendayung dengan cepatnya dan menolong mereka masuk
ke dalam perahu-perahu itu. Penerbang-penerbang bangsa Amerika itu
ragu-ragu dan curiga, Apakah orang-orang ini masih di bawah kuasa
Jepang, musuh mereka? Apakah orang-orang ini belum beradab, dan hanya
menarik mereka dari laut untuk memperlakukan mereka secara kejam? Segala
macam kekuatiran terkilas pada pikiran mereka, karena mereka sama
sekali tak dapat berbicara dalam bahasa para pendayung berkulit coklat
itu. Sebaliknya, orang-orang tersebut sama sekali tak dapat berbicara
dalam bahasa Inggris. Rupa-rupanya tiada jalan untuk mengetahui dengan
pasti, apakah tentara angkatan udara itu telah jatuh ke dalam tangan
kawan atau lawan. Akhirnya, sesudah semua perahu itu mendarat di pantai,
salah seorang penduduk pulau itu mulai menyanyikan "Malam Kudus."
Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu masih asing bagi para penerbang
yang capai dan curiga. Tetapi lagunya segera mereka kenali. Dengan
tersenyum tanda perasaan lega, turutlah mereka menyanyi dalam bahasa
mereka sendiri. Insaflah mereka sekarang bahwa mereka sudah jatuh ke
tangan orang-orang Kristen sesama- nya, yang akan melindungi dan merawat
mereka.
LAGU DUNIAWI DAN SURGAWI
Bagaimana dengan sisa hidup kedua orang yang mula-mula menciptakan lagu "Malam Kudus"?
Josef Mohr hidup dari tahun 1792 sampai tahun 1848. Franz Gruber
hidup dari tahun 1787 sampai tahun 1863. Kedua orang itu terus melayani
Tuhan bertahun-tahun lamanya dengan ber- bagai-bagai cara. Namun sejauh
pengetahuan orang, mereka tidak pernah menulis apa-apa lagi yang luar
biasa. Nama-nama mereka pasti sudah dilupakan oleh dunia
sekarang.....kecuali satu kejadian, yaitu: Pada masa muda mereka pernah
bekerja sama untuk menghasilkan sebuah lagu pilihan.
Gereja kecil di desa Oberndorf itu dilanda banjir pegunungan pada
tahun 1899, sehingga hancur luluh. Sebuah gedung gereja yang baru sudah
dibangun di sana. Di sebelah dalamnya ada pahatan dari marmer dan
perunggu sebagai peringatan lagu "Malam Kudus." Pahatan itu
menggambarkan Pendeta Mohr, seakan-akan ia sedang bersandar di jendela,
me- lihat keluar dari rumah Tuhan di surga. Tangannya ditaruh di
telinga. Ia tersenyum sambil mendengar suara anak-anak di bumi yang
sedang menyanyikan lagu Natal karangannya. Di belakang- nya berdiri
Franz Gruber, yang juga tersenyum sambil memetik gitarnya. Sungguh tepat
sekali kiasan dalam pahatan itu! Seolah-olah seisi dunia, juga seisi
surga, turut menyanyikan "Lagu Natal dari Desa di Gunung."
Sumber :
Buku "Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian" (Jilid I),
oleh H.L. Cermat,
0 comments:
Post a Comment