The Knowledge For Our Common

Showing posts with label METRO JAKARTA. Show all posts
Showing posts with label METRO JAKARTA. Show all posts

Thursday, December 19, 2013

Menjajal Kecepatan 4G LTE di Jakarta

General Manager Technology Roadmap and Acquisition, Edyson B. Tamba (kanan), sedang menguji kecepatan jaringan 4G LTE di kantor pusat Telkomsel, Wisma Mulia, Jakarta, Senin (23/9/2013).


Telkomsel melakukan uji coba jaringan nirkabel 4G Long Term Evolution (LTE), di dalam ruangan yang berlokasi di kantor pusatnya, Gedung Wisma Mulia, Jakarta, Senin (23/9/2013). Anak perusahaan Telkom ini menggunakan pita frekuensi 1.800MHz dengan alokasi 5MHz.

Menurut General Manager Technology Roadmap and Acquisition, Edyson B. Tamba, uji coba ini menandakan perusahaan siap mengadopsi teknologi terbaru, karena sebagian besar BTS yang dimiliki Telkomsel siap 4G LTE. Selain Jakarta, Telkomsel juga menguji 4G LTE di Bali.

"Indonesia terbilang terlambat mengadopsi LTE, karena negara tetangga seperti Filipina sudah gelar LTE," katanya. Jika nanti Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah membuat regulasi tentang penyelenggaraan 4G LTE, Telkomsel menyatakan siap memberi layanan komersial.

Pada kesempatan uji coba ini, KompasTekno menggunakan ponsel pintar Samsung Galaxy S4 (warna putih) dan Sony Xperia Z (warna hitam), yang keduanya memakai sistem operasi Android . Untuk mengukur kecepatan internet, perangkat lunak yang digunakan adalah SpeedTest.net.

Bukan hanya dua ponsel di atas saja (Galaxy S4 dan Xperia Z) yang terkoneksi dengan jaringan 4G LTE. Beberapa karyawan Telkomsel yang berada di ruangan tempat uji coba juga terkoneksi dengan jaringan nirkabel generasi keempat tersebut.

Saat mulai menguji kecepatan internet, KompasTekno menempatkan kedua ponsel secara berdampingan lalu menekan tombol "Begin Test" pada aplikasi SpeedTest.net secara bersamaan. Berikut hasil uji coba 4G LTE yang dilakukan KompasTekno di kantor pusat Telkomsel:

Tes pertama

Uji coba pertama kecepatan 4G LTE Telkomsel dengan ponsel Sony Xperia Z (kiri) dan Samsung Galaxy S4 (kanan)

Tes kedua

Uji coba kedua kecepatan 4G LTE Telkomsel dengan ponsel Samsung Galaxy S4 (kiri) dan Sony Xperia Z (kanan)



Samsung Galaxy S4
Ping: 20ms
Download: 22,36Mbps
Upload: 20,57Mbps

Sony Xperia Z
Ping: 21ms
Download: 16,79Mbps
Upload: 15,75Mbps

KompasTekno juga menjajal kedua ponsel untuk sekedar berselancar internet sampai memutar video beresolusi tinggi. Kedua perangkat dapat memutar video di YouTube dengan lancar, tanpa putus.

Jika Telkomsel resmi menggelar 4G LTE, bisa jadi kecepatannya tidak sesuai dengan hasil uji di atas karena jaringan tersebut akan digunakan secara massal.





@http://tekno.kompas.com/

Wednesday, November 27, 2013

Ahok: Mobil kedubes masuk jalur Transjakarta harus dibuat malu





Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) setuju apabila semua yang menerobos jalur Transjakarta harus ditilang sekalipun itu kendaraan pejabat. Sekarang Ahok melihat aparat sudah mulai berani bertindak tegas saat berhadapan dengan penguasa. 

"Ada mobil dengan lambang Istana Kepresidenan juga ditangkap kan. Aparat tetap lakukan (tilang), masyarakat sudah setuju," ujar Ahok di Balaikota, Jakarta Pusat, Selasa (26/11).

Ahok mengakui memang kendaraan atau mobil dinas dari kedutaan besar negara-negara tetangga yang menerobos jalur Transjakarta tidak bisa ditilang. Namun, Ahok mengusulkan untuk pelanggar dari kedutaan diberi sanksi sosial.

"Kalau mobil dubes kan enggak bisa ditilang. Tapi setidaknya mereka ada hukuman malu, ditulis dubes dari mana nanti lama-lama malu," tegas dia.

Seperti diketahui, mobil dinas Kedutaan Besar Sudan dengan nomor polisi CD 110 01 menerobos jalur Transjakarta di Jakarta Timur, kemarin. Polisi tidak menilang mobil Lexus itu. Namun, petugas mengambil foto pelat nomornya untuk ditindaklanjuti ke Kementerian Luar Negeri.

Selain itu, polisi juga memberhentikan mobil Toyota Land Cruiser dengan nomor polisi B 7 WCL yang merupakan kendaraan Istana Kepresidenan. Pasalnya, di pelat nomor terdapat lambang istana kepresidenan. Polisi mengamankan Surat Izin Mengemudi (SIM) sang sopir.



http://www.merdeka.com/



Sehari Rp 127 juta, duit tilang jalur Transjakarta harus jelas




Hanya dalam sehari nominal denda pengendara yang ditilang karena menerobos jalur Transjakarta mencapai Rp 127 juta. Dengan pendapatan sebesar itu seharusnya pengelolaan dapat dilakukan lebih transparan.

"Tilang yang putuskan pengadilan. Kita berharap uang langsung masuk ke kas negara. Jangan ada pembayaran di tempat," kata Ketua Indonesian Police Watch (IPW) Neta S Pane kepada merdeka.com, Rabu (27/11).

Mengantisipasi terjadi penyimpangan, menurut Neta, seharusnya polisi bertugas menjaga jalur Transjakarta membuka identitasnya. Hal ini harus dilakukan mengingat ketentuan denda Rp 500 ribu bisa menjadi lahan basah.

"Seharusnya di rompi polisi ada namanya, sering mereka sengaja umpetin identitas supaya gampang 'damai'," kata Neta.

Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, AKBP Hindarsono menegaskan kalau polisi hanya sebagai petugas di lapangan tidak memegang uang denda. Dia juga menjamin setelah sidang di pengadilan, uang akan disetorkan ke kas negara. 

"Polisi enggak pegang uang. Polisi hanya jongos, pembantu di lapangan," katanya.

Menurut Hindarsono, sesuai ketentuan seluruh uang denda akan disetorkan ke pusat. Dia mengusulkan agar denda sebaiknya masuk ke kas pemerintah daerah. "Setuju masuk ke pemda, selama ini ke pusat," tuturnya.

Data yang diperoleh merdeka.com, tercatat ada 217 motor, 22 mobil pribadi, 14 angkot dan 1 kendaraan beban melanggar. Angka pelanggaran tertinggi terjadi di wilayah Jakarta Barat 262, Jakarta Pusat dan Jakarta Timur yaitu 19, 18 di Jakarta Selatan dan 4 di Jakarta Utara.

Para pelanggar berasal berbagai kalangan mulai dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2 orang, 189 swasta, 13 wiraswasta, 8 pelajar, 33 pengemudi dan 9 pedagang atau buruh. Total tilang pada hari Senin (25/11), mencapai 254 kendaraan mobil dan motor dengan 118 SIM dan 136 STNK yang ditahan.

Jika dihitung, dengan jumlah kendaraan yang ditilang sebanyak 254 dan denda Rp 500.000, maka dalam sehari nilai total denda Rp 127 juta.



http://www.merdeka.com/



Tuesday, November 26, 2013

Dinas PU Siapkan 10 Langkah Pendek Antisipasi Banjir Jakarta



Memasuki puncak musim penghujan yang diperkirakan akan terjadi pada bulan Desember 2012 hingga Januari 2013, Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI telah menyiapkan 10 langkah jangka pendek mengantisipasi banjir Jakarta. Diharapkan 10 langkah ini dapat rampung semuanya pada akhir tahun ini.
Kepala Dinas PU DKI Manggas Rudi Siahaan mengatakan selain dialiri 13 sungai, sebagian dari luas Provinsi DKI Jakarta yakni 40 % atau 24 ribu hektare merupakan dataran rendah. Terutama daerah Jakarta Utara seperti Sungai Bangau, Papanggo, Warakas yang ketinggiannya berada di bawah muka air laut pasang.
"Daerah rendah tersebut yang sudah ditangani atau ditanggulangi dari banjir baru seluas 9 hektare dari 24 ribu hektare," kata Manggas, Selasa (26/11).
Perubahan tata ruang merupakan salah satu penyebab banjir, ungkap Manggas. Karena banyak daerah kosong berubah menjadi mal atau apartemen. Akibatnya, buangan air dari mal dan apartemen ini cukup besar ke saluran drainase kota.
"Penyebab lainnya adalah penurunan muka tanah Jakarta sudah sampai ke tengah kota. Lalu, perilaku masyarakat mengakibatkkan penyempitan sungai seperti munculnya pemukiman di bantaran dijadikan tepat hunian atau bangunan liar, membuang sampah sembarangan di sungai," ujarnya.
Dalam penanganan banjir, papar Manggas, dibutuhkan waktu cukup panjang untuk menyelesaikannya. Namun, pihaknya tetap menyiapkan langkah jangka pendek untuk menyelesaikan masalah banjir di Jakarta setiap tahunnya.
Untuk tahun ini, Dinas PU telah menyiapkan 10 langkah jangka pendek untuk antisipasi banjir Jakarta. Adapun langkah itu adalah: Pertama, pembentukan satuan petugas (satgas) banjir di 42 kecamatan dan suku dinas (sudin).
Kedua, pembentukan Satgas Jalan Rusak di 42 kecamatan dan sudin. Satgas ini langsung bertindak cepat memperbaiki jalan-jalan rusak akibat banjir atau genangan air. Jalan rusak harus segera diperbaiki karena dapat membahayakan pengemudi kendaraan bermotor.
Langkah ketiga, penanganan 200 titik genangan di beberapa wilayah Jakarta. Kemudian melakukan pengerukan 160 saluran penghubung dari total saluran penghubung sejumlah 884 saluran.
Langkah kelima adalah melakukan pengerukan 18 sub makro. Dilanjutkan melakukan pengerukan 12 waduk yang saat ini sedang dikebut pengerjaannya oleh Dinas PU.
Langkah ketujuh, refungsi kali di 80 lokasi. Langkah lainnya perbaikan 73 pompa air pengendali banjir, lalu perbaikan 62 pintu air. Langkah kesepuluh melakukan pemasangan closed camera television (CCTV) di 130 rumah pompa. Pemasangan CCTV ini untuk meningkatkan early sistem warning atau sistem peringatan dini kepada warga Jakarta.

"Sepuluh langkah ini kami targetkan dapat rampung pada akhir tahun ini," tegas Manggas.





http://www.beritasatu.com/



Monday, November 18, 2013

Melonjak 58 Poin, IHSG Nyaris Balik ke 4.400



Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 58 poin berkat aksi borong saham-saham unggulan. Meski naik cukup tinggi, indeks gagal balik ke level 4.400.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah Rp 11.632 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu di Rp 11.605 per dolar AS.

Mengawali perdagangan pagi tadi, IHSG dibuka menanjak 34,737 poin (0,80%) ke level 4.370,180 didorong penguatan bursa-bursa regional. Aksi beli menyasar saham-saham unggulan yang harganya sudah terpangkas.

Indeks sama sekali tak menyentuh zona merah sejak pembukaan perdagangan pagi tadi. Indeks sempat menanjak hingga posisi tertingginya hari ini di 4.403,555.

Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG menanjak 61,481 poin (1,42%) ke level 4.396,929 berkat aksi borong saham-saham murah. Indeks sempat menembus kembali level 4.400.

Indeks sektoral di lantai bursa tak lagi kompak menguat, sektor aneka industri memimpin penguatan dengan melonjak hingga lebih dari tiga persen. Sektor konstruksi jadi satu-satunya yang melemah.

Mengakhiri perdagangan awal pekan, Senin (18/11/2013), IHSG ditutup melonjak 58,144 poin (1,34%) ke level 4.393,592. Sementara Indeks LQ45 ditutup menanjak 14,647 poin (2,03%) ke level 736,721

Investor berburu saham murah setelah dapat sentimen positif dari bursa Asia. Setelah indeks naik tinggi, investor asing manfaatkan hal itu dengan melepas saham-saham konstruksi di harga yang tinggi.

Perdagangan hari ini berjalan cukup sepi dengan frekuensi transaksi sebanyak 129.577 kali pada volume 3,335 miliar lembar saham senilai Rp 3,883 triliun. Sebanyak 141 saham naik, sisanya 99 saham turun, dan 93 saham stagnan.

Mayoritas bursa-bursa regional berhasil ditutup di jalur hijau dipimpin bursa China dan Hong Kong yang melonjak hingga lebih dari dua persen. Sayangnya bursa Singapura harus terjatuh ke zona merah.

Berikut situasi dan kondisi bursa-bursa di Asia sore hari ini:

  • Indeks Komposit Shanghai melonjak 61,39 poin (2,87%) ke level 2.197,22.  
  • Indeks Hang Seng menanjak 627,91 poin (2,73%) ke level 23.660,06.  
  • Indeks Nikkei 225 menipis 1,62 poin (0,01%) ke level 15.164,30.  
  • Indeks Straits Times naik tipis 2,01 poin (0,06%) ke level 3.203,28.  

Saham-saham yang naik signifikan dan masuk dalam jajaran top gainers di antaranya HM Sampoerna (HMSP) naik Rp 1.000 ke Rp 66.000, United Tractor (UNTR) naik Rp 850 ke Rp 19.650, Unilever (UNVR) naik Rp 500 ke Rp 29.500, dan Nipress (NIPS) naik Rp 500 ke Rp 8.500.

Sementara saham-saham yang turun cukup dalam dan masuk dalam kategori top losers antara lain Indo Tambangraya (ITMG) turun Rp 1.200 ke Rp 31.200, Gowa Makassar (GMTD) turun Rp 400 ke Rp 6.800, Matahari (LPPF) turun Rp 350 ke Rp 11.150, dan Selamat Sempurna (SMSM) turun Rp 150 ke Rp 3.200.



 http://finance.detik.com/

Thursday, October 10, 2013

MA Menangkan Tutut untuk Miliki Lagi TPI, Selanjutnya Apa?




Mahkamah Agung mengabulkan kasasi yang diajukan Siti Hardiyanti Rukmana terkait sengketa kepemilikan stasiun televisi TPI yang kini sudah berganti nama jadi MNC TV membuat saham-saham grup MNC yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) berada di zona merah.
Kabiro Hukum dan Humas MA, Ridwan Mansyur menjelaskan MA telah memutus Perkara No. 862 K/Pdt/2013 dengan Pemohon Kasasi: Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dkk melawan Termohon kasasi: PT. Berkah Karya Bersama dkk.
Majelis hakim yang terdiri dari Hakim Soltoni Mohdally, Takdir Rakhmadi, I Made Tara telah memutuskan perkara tersebut pada tanggal 2 Oktober 2013 dengan Amar putusan yang berbunyi:

  • - Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi.
  • - Membatalkan putusan PT. Jakarta No. 629/Pdt/2011 yang membatalkan putusan PN. No. 10/pdt.g/2010.
  • - Mengadili sendiri : mengabulkan gugatan penggugat (pemohon kasasi) untuk sebagian
  • - Menyatakan para tergugat (termohon kasasi) telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
  • - Menyatakan sah dan sesuai hukum keputusan RUPS yang tertuang dalam akta
"Ini petikan singkatnya, selebihnya masih dalam proses minutasi, setelah selesai akan dipublish di direktori putusan dan salinan resmi kepada para pihak," kata Ridwan dalam penjelasan lewat pesan teks ke liputan6.com, Kamis (10/10/2013).

Awal Mula Kasus
Kasus pengambilialihan TPI sendiri bermula ketika Indosat membeli obligasi convertible yang dikeluarkan TPI masing-masing senilai Rp 10 miliar atau totalnya Rp 150 miliar pada 15 Oktober 1997 dimana akan jatuh tempo pada Oktober 2002.
Lalu Harry membeli obligasi tersebut yang dalam perjanjiannya bisa ditukar dengan saham TPI. Pihak Harry kala itu di atas angin karena bisa memiliki saham TPI jika pihak Tutut tak bisa membayar utang obligasinya. Dalam hitung-hitungan waktu itu, nilai obligasi tersebut setara dengan 75% saham TPI.
Harry Tanoe pun sudah menjalankan rencana akuisisi TPI sejak tahun 2003 namun perjalanannya sangat kompleks karena pihak Tutut tak ingin ada pengambilalihan saham. Sampai akhirnya digelar RUPSLB TPI pada 18 Maret 2005 yang tanpa persetujuan Tutut mengubah kepemilikan saham.
Setelah ada keputusan ini, bisakah Tutut kembali memiliki TPI? Sepertinya memang tidak mudah karena TPI sendiri sudah berganti nama menjadi MNC TV. Kedua pihak nampaknya akan saling adu strategi untuk mempertahankan haknya dalam TPI yang kini sudah jadi MNC TV itu.
@http://bisnis.liputan6.com

Wednesday, October 02, 2013

Dahlan Iskan tidak Tahu Hari Batik Nasional




Menteri BUMN Dahlan Iskan menyambut Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober 2013, dengan mengenakan pakaian batik, padahal dalam kesehariannya selalu mengenakan kemeja putih lengan panjang.

Saat melakukan pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta Jokowi di Kantor Balairang Pemprov DKI, Rabu (2/10), Dahlan mengenakan batik hijau lengan pendek.

Sejak kedatangan Dahlan, para awak media sudah mewanti-wanti salah satu yang akan ditanyakan adalah soal batik yang dikenakannya.

Dahlan mengaku tidak mengetahui pada 2 Oktober 2013 pemerintah mengimbau seluruh masyarakat mengenakan kemeja batik.

"Terus terang saya tidak tahu Hari Batik Nasional itu. Untungnya tadi malam saya diingatkan teman-teman supaya memakai kemeja batik," ujarnya.

Namun ukuran kemeja yang dikenakannya terlalu besar sehingga terlihat kurang pas di tubuh suami dari Ny Nafsiah Sabri ini.

Benar saja, Dahlan mengaku batik yang dipakainya dipinjam dari sopir pribadinya. "Ya bener. Ini batik lengan pendek saya pinjam dari Sahidin (Sahidin). Saya punya batik lengan panjang, tapi mau coba lengan pendek," ujar Dahlan.

Saat itu pula, pria kelahiran Magetan 17 Agustus 1951 ini langsung bergaya di depan wartawan. "Lengan pendek enak juga. Lebih ganteng atau tidak?" katanya. 




 @http://www.metrotvnews.com/


Hari Batik, Ahok pakai batik pemberian Jokowi




Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) hari ini mengenakan batik pemberian Gubernur Joko Widodo. Batik berwarna cokelat keemasan itu dipakai bersamaan dengan Hari Batik.

"Makanya ini pakai batik, pemberian pak Jokowi. Enak sih ini," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Rabu (2/10).

Politikus Gerindra itu mengaku bangga dengan pakaian batik yang kini diakui oleh dunia internasional. Sebab, batik merupakan salah satu ikon Indonesia.

"Selamat Hari Batik. Kita sangat bangga akhirnya batik betul-betul menjadi milik kita dan semua orang pakai batik. Batik memang keren," katanya.



 @http://www.merdeka.com/


Jokowi blusukan pantau tempat nongkrong anak Jakarta malam hari




Pemprov DKI masih mengkaji rencana pemberlakuan jam wajib belajar bagi anak sekolah di Jakarta. Bahkan Gubernur Joko Widodo telah mengajak pakar dunia pendidikan, ulama, pelajar, komite sekolah, dan pihak orang tua siswa, untuk berdiskusi soal kebijakan ini.

"Simpel saja aturannya, jangan dibuat rumit sampai bikin siswa tertekan," kata Jokowi, sapaan Joko Widodo, di Balai Kota, Selasa (2/10).
Jokowi kemudian menirukan suara sirine, untuk menjelaskan kalau jam malam itu nanti tidak akan menakutkan.

Jokowi membantah jika aturan jam wajib belajar di beberapa wilayah di Jakarta sudah diterapkan. Yang terjadi sebenarnya adalah, kata Jokowi, dirinya akan meninjau lokasi percobaan pemberlakuan aturan tersebut.

"Siapa bilang malam ini sudah dimulai jam malam? Saya mau turun malam ini untuk lihat kondisi lapangannya seperti apa untuk lingkungan yang akan dijadikan lokasi percobaan," ujar Jokowi.

Lebih lanjut Jokowi menjelaskan, dengan meninjau langsung ke lapangan, pihaknya lebih mengetahui kondisi lingkungan yang sebenarnya kemudian disesuaikan dengan aturan yang akan diberlakukan. Tinjauan ke lapangan ini, lanjut Jokowi, sekaligus untuk mengetahui penyebab tawuran antarpelajar yang belakang marak terjadi.

Jika aturan wajib belajar ini sukses diterapkan, selanjutnya akan dilakukan pengawasan di tempat-tempat yang dijadikan lokasi nongkrong pelajar. Terutama minimarket dengan konsep kafe yang banyak didatangi siswa usai sekolah atau pada saat jam malam berlaku.

"Perlahan dulu, satu-satu. Kalau sudah ada respon dan berhasil. Baru kemudian diberlakukan di seluruh Jakarta dan itu bisa jadi akan mengarah ke sana," kata Jokowi.


 @http://www.merdeka.com/




Yuk, memakai batik di Hari Batik Nasional




Sejak empat tahun yang lalu, sehari setelah peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober selalu diperingati Hari Batik Nasional. Ya, 2 Oktober 2013 yang jatuh hari ini adalah peringatan Hari Batik Nasional yang keempat.

Empat tahun lalu, tepatnya pada 2 Oktober 2009, batik diresmikan oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi milik Indonesia.

Selama empat tahun itu, Hari Batik Nasional selalu diperingati sebagian besar masyarakat Indonesia. Tanpa dikomando, kebanyakan pekerja di sejumlah daerah di Indonesia selalu mengenakan batik saat peringatan Hari Batik Nasional.

Dalam peringatan tahun lalu, para pedagang Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah menggelar acara fashion show. Fashion ini digelar tepat di depan pasar dan diikuti oleh ibu-ibu pedagang.

Mengenakan kain batik berbagai motif serta selendang batik tulis, ibu-ibu yang rata-rata berusia lebih dari 40 tahun itu berpose dan sesekali menari.

Ingin merayakan Hari Batik Nasional? Yuk, memakai batik hari ini.





 @http://www.merdeka.com/



Tuesday, September 24, 2013

Rencana Pindah Ibu Kota Jakarta dari Masa Ke Masa


Jakarta dan Banjir Adalah Satu Nafas, Kapan Pindah Ibukota? (Sumber Photo : Metronews.Viva.com)


Banjir menjadi berita paling panas saat ini, sebenarnya kalau kita perhatikan setiap lima tahun dalam siklus tahunan Banjir (2002, 2007 dan 2012) maka selalu saja ada lontaran-lontaran penuh semangat agar Ibukota dipindahkan saja keluar Jakarta. Tapi seperti biasanya ide itu kemudian menemukan ruang senyapnya karena manusia Indonesia memang memiliki ciri khas : “Cepat Lupa”. Namun diluar itu sangat menarik bila mempelajari rencana perpindahan ibukota dalam konteks sejarah. Agar kita mengetahui bagaimana orang masa lalu sudah memprediksi sebuah lokasi tepat atau tidak tepat dijadikan Ibukota.
Perpindahan Ibukota dalam sejarah Indonesia sebenarnya sudah tidak asing lagi, bahkan jauh sebelum kemerdekaan RI, di masa kerajaan-kerajaan Jawa ibukota sebuah kerajaan sering pindah, yang paling fenomenal adalah perpindahan beberapa kali ibukota kerajaan Mataram-Islam dari Kotagede ke Kerta, lalu ke Plered kemudian ke Kertosuro. Konsepsi perpindahan ibukota pada masa Kerajaan sebenarnya masih dalam konteks kekuasaan, namun selain konteks kekuasaan perpindahan di masa Sultan Agung Anyokrokusumo pada tahun 1618 atas usulan Pangeran Surodono dan Pangeran Harjodipati (keduanya adalah Pangeran dari Demak) dimana ketua Tim perpindahan itu adalah Raden Mas Wiroguno yang kemudian dikenal sebagai Tumenggung Wiraguna, salah satu Panglima Mataram dibawah Panglima Besar Pangeran Mandurorejo yang menyerang Batavia pada tahun 1628 dan kemudian dimakamkan di Batavia (sekitar wilayah Pejaten sekarang).
Tumenggung Wiraguna adalah seorang ahli tata kota Jawa, dia yang menyarankan juga pada Sultan Agung untuk merebut Batavia karena Batavia akan dijadikan centrum loji bagi armada perdagangan Mataram yang memerlukan ekspor lada dari Lampung dan menguasai pasar Internasional di Bantam atau Banten, saat itu Mataram mendapatkan tawaran perdagangan lada dari India dan Turki dan membutuhkan pelabuhan di wilayah barat, sementara wilayah timur atau Bang Wetan, Sultan memerlukan Surabaya sebagai pengendali loji dagang armada di wilayah timur untuk merebut Makassar. Menurut catatan arkeolog HJ De Graaf, dengan mengutip referensi de Haen, seorang Belanda yang pernah mengunjungi Mataram untuk urusan bisnis pada tahun 1623, mencatat bahwa : “Perpindahan Ibukota Mataram dari Kotagede ke Plered, tidak didasarkan perpindahan yang menyeluruh tapi sebuah pemecahan antara kegiatan perdagangan dengan kegiatan pemerintahan, terbukti di Plered tidak ada lokasi Catur Gatra, Catur Gatra adalah konsepsi tata ruang kota dalam kosmologi Jawa yaitu : Keraton (Pusat Pemerintahan, Hukum, Keteraturan dan Tertib Sipil), Masjid Agung (Ibadah, Pusat produksi moral masyarakat dan Ketertiban dalam Beragama), Alun-Alun (Pertemuan antara ‘Negara’ dengan ‘Rakyat’ atau lambang kekuatan ‘Negara’) dan Pasar (Bisnis Perdagangan). Seluruh tata kota di Jawa berbasis Mataraman, selalu ada Catur Gatra-nya, namun anehnya di Plered tidak ada ‘Pasar’, yang ada hanyalah Keraton, Alun-Alun dan Masjid Agung. Ini membuktikan bahwa memang perpindahan ibukota Mataram-Islam dari Kotagede ke Plered didasarkan pada pertimbangan memisahkan antara kota administratif dengan kota bisnis. 

Sultan Agung Anyokrokusumo, Raja Mataram Yang Pernah Memindahkan Ibukota Dari Kotagede ke Plered (Sumber Photo :Sejarah Indonesia)

Sementara pusat bisnis tetap berada di Kotagede. Ada satu lagi, dalam tata kota Mataram dibagi konsepsi ruang berdasarkan ketrampilan masyarakatnya, seperti : wilayah Pande besi kerap disebut Pandean, tempat potong ternak disebut Jagalan (pemotongan), tempat hakim disebut Prajeksan dan banyak lagi tempat-tempat berdasarkan kerja dan ketrampilan –namun di Plered wilayah-wilayah kerja itu tidak ada, ini menunjukkan memang Plered hanya disiapkan sebagai ‘ibukota administratif.
Pada tahun 1620-an Kotagede menjadi kota yang paling ramai di wilayah selatan Jawa. Kedatangan orang-orang Kalang dari Bali dengan bisnis transportasi gerobaknya membuat perdagangan antara pesisir dan selatan Jawa berkembang hebat, pada masa itu orang Kalang juga membuat rancangan bisnis pegadaian yang menjadi motor atas kegiatan bisnis orang-orang Jawa di masa lampau. Sultan ingin memisahkan kota bisnis dengan kota administratif pemerintahan, maka pada tahun 1615 dibangunlah sebuah lokasi diatas tanah 15 hektar seperti sebuah pulau kecil yang dikelilingi parit, dimana lokasi itu dibangun kompleks keraton, alun-alun dan masjid agung.
Di era Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, perpindahan ibukota menjadi wacana paling penting dan kerap dijadikan agenda utama dari Gubernur Jenderal yang satu dengan Gubernur Jenderal yang lainnya. Pada masa perang Diponegoro 1825-1830, pernah ada wacana memindahkan ibukota Batavia ke Semarang secara darurat untuk mempermudah lalu lintas pertukaran pasukan. Namun usul itu tidak jadi dilakukan sebab Pangeran Diponegoro keburu kalah setelah pasukan khusus dari Manado dikirimkan ke Semarang dan menembus pertahanan gerilya pasukan Diponegoro di wilayah Banaran dan Magelang Selatan.

Stirum dan Perdebatan di Parlemen

Gubernur Jenderal JP Limburg Stirum, Gubernur Jenderal Beraliran Liberal dan Amat Monumental Peninggalannya Berupa Modernisasi Kota Bandung (Sumber Photo : Troppenmusium)

 


Pada tahun 1916 di awal masa jabatannya sebagai Gubernur Jenderal-nya, J.P Graaf Van Limburg Stirum mengemukakan rencana-rencana progresifnya di depan Parlemen, yang kemudian dikenal sebagai ‘Stirum Plan’. Dalam pidato itu Stirum mengemukakan empat hal agar Hindia Belanda maju : “Membuat Ibukota yang sehat dan teratur, Memperluas sekolah kedokteran, Membangun pemerintahan sipil yang efektif dan Membangun birokrasi yang mampu menerjemahkan kebutuhan negara kolonial’. Dalam pidato tersebut Stirum menyebut “Bandung sebagai masa depan kita”.
“Tak Mungkin Membangun Pemerintahan Kolonial yang Tertata Rapi Tanpa Memperhatikan Kesehatan, Tanpa Memperhatikan Higienis, dan Tanpa Membuat Tata Kota yang Teratur, Kemarin waktu Departement Van Oorlog (DVD) –Departemen Urusan Perang- Hindia Belanda memusatkan Bandung sebagai Markas Militer Hindia Belanda, Bandung sebagai Kota dengan Pertahanan terkuat di Asia, tapi kenapa birokrasi kemudian tidak menggabungkan dengan Militer di Bandung?”
(Pidato JP Van Limburg Stirum di Volksraad tahun 1916)
Pada masa perluasan agenda Stirum untuk memindahkan ibukota dari Batavia ke Bandung, Stirum mendasarkan diri pada data-data kesehatan yang dikeluarkan oleh para ahli kesehatan publik Hindia Belanda selain itu Stirum mempelajari rencana tata kota dengan teknik lansekap dan udara kota : antara udara yang baik dan udara yang polutif, Pada bulan November 1916, Stirum mengundang H.F Tillema, seorang ahli kesehatan publik tentang kondisi Batavia, di ruangan kerja Stirum H.F Tillema menjelaskan tentang bagaimana Batavia sudah amat kotornya, “Batavia secara kontur terletak di daerah rendah, biasanya daerah rendah rentan terkena berbagai macam penyakit, yang paling dikenal penyakit di Batavia adalah ‘Malaria’. –Sementara angka kematian bayi-bayi di wilayah pesisir Jawa lebih tinggi dengan angka kematian bayi di wilayah pedalaman yang cenderung sehat”.
Stirum dikenal sebagai orang yang amat terobsesi dengan keteraturan dan kesehatan, oleh Stirum rencana pemindahan kota menjadi rencana politik yang teratur dan sistematis, rencana Stirum ini mendapatkan perlawanan hebat dari berbagai macam Departemen Pemerintah, utamanya bagi mereka yang sudah terbiasa menjual kekuasaan untuk kongkalingkong dengan pengusaha dalam pengerjaan-pengerjaan proyek publik.
Gedung Sate, Monumen Perpindahan Ibukota Hindia Belanda
Tekad Stirum terus menguat, ia memerintahkan beberapa ahli planologi dan tata ruang kota untuk membangun sebuah perencanaan yang sistematis tentang sebuah sistem pemerintahan administratif dalam satu kompleks, namun untuk awalnya ia memindahkan beberapa departemen seperti : departemen telepon, departemen urusan air bersih, departemen Meteorologi, Departemen Vulkanologi lalu disekitar lingkungan Departemen, Stirum membangun pusat-pusat riset seperti Penelitian Geologi, Riset Kesehatan Organis dan berbagai macam lembaga riset yang menunjang Bandung sebagai kota modern. Pada tahun 1922 Stirum membuat cetak biru besar Kompleks Pemerintahan Lengkap, yang kemudian baru bisa terlaksana pada masa Pemerintahan Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk De Graef pada tahun 1929.
Pada tanggal 18 Desember 1929 keluar keputusan Gementee Bandoeng berdasarkan keputusan Raadbesluit tentang ijin pembangunan kota Bandung. Keputusan ini merupakan hasil desakan dari kelompok yang mendukung ide Stirum untuk menjadikan kota Bandung sebagai kota Batavia, kelompok Stirum ini didukung oleh salah seorang tentara veteran Perang Dunia Pertama, yang pernah ikut tempur di medan Verdun Belgia, dia adalah Kolonel (Zeni) V.L Slors. Dalam opininya di salah satu koran Belanda, Slors mengemukakan pendapat
“Sudah waktunya bagi negeri Hindia Belanda untuk memiliki satu susunan tata kota pemerintahan administratif yang teratur dan efektif jauh dari hiruk pikuk kegiatan bisnis dan segala persoalan sosial yang akut. Bandung akan jadi kota yang nyaman untuk kegiatan-kegiatan pemerintahan kolonial paling mapan di dunia ini”.
(Slors, De Telegraaf tahun 1929)
Akhirnya setelah disetujui oleh Volksraad dan mendapatkan mandat penting dari Gubernur Jenderal, Sloors membentuk rencana pemindahan ibukota dari Batavia ke Bandung dengan tim terdiri dari G.Hendrik (bidang Planologi), J. Berger (Arsitektuur) dan RH De Roo (Gambar dan Perencanaan). Hasilnya kemudian terkenal dengan nama “Blawdruk Slors”.

Gedung Sate, Gouvernments Beedrijven- Kompleks Gedung-Gedung Pemerintah (Sumber Photo : TroppenMusium)

Lahan seluas 27 hektar disiapkan untuk jadi kompleks pemerintahan paling lengkap, di belakang lokasi lahan ada lahan seluas 5000 meter persegi pada sebuah perbukitan yang rencananya dibangun sebagai rumah peristirahatan Gubernur Jenderal, lahan peristirahatan itu dikenal sebagai “Babakan Siliwangi” sementara bangunan yang dibangun pada kompleks utama kini disebut Gedung Sate.
Bung Karno, Mangkok dan Palangkaraya
Namun dari seluruh cerita soal perpindahan ibukota, tidak ada yang sedramatik kisah Bung Karno dan Palangkaraya-nya. Kisah ini berawal dari tahun 1950 ketika salah satu pilot pesawat Bung Karno bernama Tjilik Riwut membuat terpesona Bung Karno karena menunjukkan tentang sebuah wilayah yang indah, sebuah lembah yang dikelilingi hutan pada sebuah penerbangan singkat di atas Kalimantan. Tjilik Riwut sendiri adalah orang yang dekat dengan Bung Karno, kedekatan Tjilik Riwut berawal pada tahun 1946, Bung Karno terpesona dengan keberanian seorang pemuda berusia 28 tahun karena kemampuannya berorganisasi dan keberaniannya dalam bertempur, pada bulan Desember 1946 Tjilik Riwut bisa menghadirkan ratusan tokoh Dayak ke depan Bung Karno dan berkomitmen atas pendirian Republik Indonesia, hadirnya tokoh Dayak itu diterima di Gedong Agung Yogyakarta dan disambut dengan tari serimpi ala Keraton Yogyakarta. Hadir dalam pertemuan itu : Sri Sultan, PM Amir Sjarifuddien, Hatta dan Pangeran Prabuningrat. Di dalam pembahasan itu Bung Karno meminta agar para ketua adat bersatu dalam proses kemerdekaan Republiek. Pada tahun 1947 Bung Karno memerintahkan Tjilik Riwut langsung terjun ke Kalimantan untuk membangun koordinasi dengan para tokoh disana, dan memimpin Kalimantan, maka pada tanggal 17 Oktober 1947, Tjilik Riwut memimpin beberapa penerjun payung terjun ke daratan Kalimantan, operasi ini dinamakan MN 1001. Kelak setiap tanggal 17 Oktober diperingati sebagai “Hari Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU”. Terkesan dengan kehebatan Tjilik Riwut di masa revolusi, Bung Karno sering mengajak Tjilik Riwut bila ia berkeliling dengan pesawat dan berkunjung ke Kalimantan.

Foto Aerial Kota Palangkaraya Dengan Bunderan Palangka Sebagai Centrum-Kota, Terlihat Kota Palangkaraya Memiliki Keteraturan Tata Kota Yang Baik (Sumber Photo : Aerialcityphoto.com)


Saat dipesawat Bung Karno terinspirasi oleh rencana boyongan Ibukota Mataram dari Kotagede ke Plered, Bung Karno tidak mau nanti bila ia terjebak pada ‘Rencana Stirum’ yang saat itu kerap diomongkan oleh para ahli arsitek-arsitek kenamaan Djakarta, bahwa bila Djakarta dipindahkan maka tempat yang paling tepat adalah Bandung, “bila saya memindahkan Ibukota dari Jakarta ke Bandung, apa bedanya saya dengan Belanda” kata Bung Karno di hadapan beberapa menterinya. Bung Karno kemudian tepekur dalam renungannya.
Pembicaraan rencana pemindahan Ibukota pada awalnya adalah menurut istilah Bung Karno ‘Revolusi Lokasi’. Artinya : ‘Segala hal yang berbau kolonial akan dihancurkan untuk digantikan yang baru, sebuah Tata Kota Indonesia yang ‘berkeadilan sosial’. Sebuah Tata Kota yang ramah pada manusia” hal ini diomongken oleh Bung Karno pada saat Bung Karno meresmikan Kota Palangkaraya sebagai sebuah Ibukota Palangkaraya di Kalimantan Tengah tahun 1957 di samping Pasar Pahandut.
Ada cerita yang menarik yang banyak beredar di kalangan masyarakat luas, dan sudah menjadi folklor bahwa pemilihan Palangkaraya sebagai ibukota RI, adalah berkat inspirasi Bung Karno di satu sore ketika ia berdiri di beranda Istana Negara. Saat itu ada beberapa Menteri Bung Karno termasuk Semaun dan Chaerul Saleh, Semaun dengan semangat bercerita soal tata kota Sovjet Uni yang dibangun rapi, sementara Chaerul Saleh membangga-banggakan Jerman Barat. Sukarno tiba-tiba meminta ajudannya Letkol Sugandhi untuk membawakan satu mangkok obat kecil berwarna putih bersih, Bung Karno terpejam lalu menumpakkan mangkok itu diatas peta, akhirnya mangkok menutupi Palangkaraya.
“Inilah Ibukota Indonesia” kata Bung Karno perlahan.
Terlepas dari cerita itu benar atau tidak, tapi niat Bung Karno memindahkan Ibukota merupakan pokok bahasan yang selalu diupdates bila kemarahan masyarakat memuncak setelah banjir dan macet total.
Ide Bung Karno memindahkan kota ini menjadi perbincangan ramai di akhir tahun 1950-an, bahkan banyak orang sudah bersiap akan pindah ke Palangkaraya. Di tahun 1961 ada beberapa kali bahasan serius untuk mempersiapkan perpindahan ibukota ke Palangkaraya yang digerakkan RTA Milono, namun rencana ini menumpuk dan gagal menjadi isu besar ketika Bung Karno dengan basah kuyup kehujanan di Yogyakarta berpidato soal Perebutan Irian Barat pada bulan Desember 1961.
Palangkaraya dibangun sangat rapi, titik nol dimulai pada bunderan besar, lalu akses-akses yang nembus ke bundaran dibentuk dengan lurus-lurus, oleh Bung Karno jalan lurus itu pernah diwacanakan sebagai landasan pesawat tempur, “Djalan itu cocok untuk landasan pesawat tempur” kata Bung Karno di depan Brigjen Sumitro tahun 1964, saat Brigjen Sumitro baru saja kembali dari Long Bawang, garis depan konfrontasi militer dengan Pihak Malaysia.
Palangkaraya dibangun menjadi kota yang amat teratur dan khas Indonesia, bila kita berkunjung ke kota Palangkaraya terutama di wilayah dekat Bunderan Besar Palangka maka yang akan terkenang adalah Kebayoran Baru di tahun-tahun 1970 atau 1980-an, serba rindang dan teratur, Palangkaraya kini memang seperti kota Pegawai. Tata Kotanya tersusun dengan rapi, walaupun udaranya sering panas, namun anginnya adalah angin gunung karena sekeliling palangkaraya adalah hutan lebat.

Jonggol, Sebuah Cerita Lain Tentang Pergeseran Ibukota RI (Sumber Photo : clubdangkers.blogspot.com)
 Ide perpindahan Ibukota keluar Jawa jelas tidak akan laku di Jaman Pak Harto, tipikal pemerintahan Orde Baru adalah Pemerintahan Sentralistik, Jakarta adalah pusat dari kekuasaan itu sendiri. Namun pada tahun 1984 ada ide memindahkan ibukota yang dinilai sudah tidak layak ke sebuah wilayah administratif mandiri, ide ini menghebat pada tahun 1987, pada tahun itu ‘spekulasi’ tanah menggila, pusatnya adalah di wilayah Kuningan Jakarta Selatan atau dijulukin sebagai ‘wilayah Segitiga Emas’, para spekulan yang merupakan konglomerat-konglomerat besar memborong tanah di seputaran Kuningan, penggorengan harga tanah ini juga menjadi mainan para spekulan untuk mengolah isu Jonggol menjadi Ibukota RI. Entah ini isu darimana namun yang jelas Presiden Suharto belum pernah mengeluarkan keputusan resmi atau melontarkan ke depan publik tentang Jonggol menjadi ibukota RI, namun spekulan kemudian memburu tanah Jonggol dan harga serta merta naik. Sampai tumbangnya Presiden Suharto pada tahun 1998 perpindahan ibukota dari Jakarta ke Jonggol hanyalah wacana kosong.
Dan Ibukota RI tetaplah Jakarta……………….





@http://sejarah.kompasiana.com/



 

Rencana Pindah Ibu Kota Jakarta, Hatta: Belum Konkret




Wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta terus mengemuka dalam beberapa waktu terakhir setelah disebutkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kala berkunjung ke Rusia. Menurut Hatta Rajasa, Menko Perekonomian, sampai saat ini belum ada langkah konkret dari pemerintah seputar ide tersebut.

"Ini sesuatu yang belum konkret. Kalau sudah konkret itu kan ada anggarannya," ujar Hatta.

Meski demikian, Hatta sepakat dengan wacana pemindahan ibu kota. "Menurut saya bagus itu, tapi rakyat kita maunya apa didengarkan. Jangan maunya pejabat, tapi rakyat didengarkan semuanya," katanya.

Hatta berpendapat bahwa ada baiknya yang dipindah hanya pusat pemerintahan sementara Jakarta tetap menjadi ibu kota dan sentra bisnis. Hal ini serupa dengan yang dilakukan Malaysia.

"Saya sendiri belum tahu sejauh mana. Tapi kalau di pikiran saya itu mungkin ibu kota biarlah di Jakarta. Pusat pemerintahan mungkin boleh lah, seperti misalkan Malaysia pusat pemerintahannya di Putra Jaya ibu kotanya ya Kuala Lumpur," kata Hatta.

Selain Hatta, sejumlah menteri sebelumnya sudah buka mengenai ide pemindahan ibu kota. Djoko Kirmanto, Menteri Pekerjaan Umum, berpendapat senada dengan Hatta yaitu yang dipindah hanya pusat pemerintahan sementara ibu kota tetap di Jakarta.

Sedangkan Dahlan Iskan, Menteri BUMN, juga sepakat dengan wacana pemindahan ibu kota. Dia juga berpesan wacana ini tidak hilang setelah pemerintahan berganti pasca Pemilu 2014.

"Jangan sampai sekarang pemerintahnya punya ide seperti itu, tapi pemerintah berikutnya tidak. Biar beban Jakarta tidak semakin berat,” tegas Dahlan.



 @http://finance.detik.com/


Saturday, September 07, 2013

Tolak Miss World, FPI Cari Harry Tanoesoedibjo




Juru bicara Front Pembela Islam, Muchsin Alatas, mengatakan berbagai organisasi kemasyarakatan Islam yang terhimpun dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam akan melakukan unjuk rasa di depan kantor MNC Tower dan Markas Besar Kepolisian Indonesia.

"Setelah salat Jumat, kami akan mendatangi kedua tempat tersebut," ucap Muchsin kepada Tempo, Jumat, 6 September 2013. Target dari aksi tersebut, kata dia, adalah untuk menghentikan penyelenggaraan ajang Miss World 2013 yang akan digelar pada 28 September di Nusa Dua, Bali.

"Kami harus bertemu dengan bos MNC, Harry Tanoesoedibjo‎. Kami harus menghentikan acara ini karena tak sesuai dengan norma agama dan budaya," katanya.

Jika tuntutan mereka tetap tidak digubris, Lembaga Persahabatan Ormas Islam akan mengadukan Harry Tanoesoedibjo ke penegak hukum. "Agar kami tak dikira anarkis," tuturnya.

Menurut dia, ajang Miss Universe dan Miss World sama dengan pengumbaran maksiat. "Pada 2005 di Thailand, Artika Sari Devi dan para peserta lain Miss Universe tak hanya memakai bikini, melainkan mereka difoto telanjang di ruang ganti, di depan para pria petugas kostum," ucapnya. Oleh sebab itu, ia tak percaya bahwa penyelenggaraan Miss World 2013 steril dari acara mengumbar aurat. 


 @http://www.tempo.co/


Friday, June 14, 2013

Ahok: JIExpo itu kurang ajar!


Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ( Ahok ) mengatakan rencana pemindahan Pekan Raya Jakarta (PRJ) selalu digaungkan setiap tahun. Pasalnya, DPRD dan masyarakat mendesak untuk mengadakan PRJ sendiri tanpa melalui PT JIExpo, penyelenggara selama ini.

"Iya memang isu ini selalu muncul, ada desakan dari masyarakat juga DPRD untuk membuat sendiri," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Selasa (11/6).

Mantan anggota DPRD Belitung Timur ini mengaku PT JIExpo tidak fair. Karena setiap kali Pemprov DKI mau membikin stan, selalu disuruh membayar mahal senilai Rp 4 miliar.

"Tapi kalau mau jujur PT JIExpo juga kurang ajar. Masa Pemerintah mau bikin stan malah disuruh bayar mahal Rp 4 miliar. Tadinya saya bilang kalau dinas enggak boleh ikut semua. Akhirnya disepakati bahwa tahun ini dapat gratis tapi cuman tahun ini," jelasnya.

Ahok juga belum bisa memastikan apakah PRJ tahun depan akan diselenggarakan sendiri atau tidak. Hal itu disebabkan oleh kuasanya PT JIExpo yang memiliki tempat luas.

"Saat saya di Komisi II (DPR) sebenarnya itu sudah dibahas. Asal tahu saja itu tanahnya punya Setneg (Sekretaris Negara) itu kenapa mereka klaim punya sendiri. Itu kan hasil lelang kenapa bisa milik dia. Akhirnya diakui milik dia. Ini Setneg lagi minta saham di sini. Masalahnya banyak kalau mau diributkan," terangnya.

Namun demikian, Ahok mengatakan Juli nanti akan diselenggarakan uji coba PRJ di Monas. Hal ini diperuntukkan dalam skala kecil-kecil untuk usaha mikro, rumah tangga dan menengah, konsepnya.

"Setahun sekali lah buat pamer. Saat ini lagi DED (Detailed Engineering Design) ruang bawah tanah di Monas. Itu nanti ada parkir juga ruang pameran besar yang bisa langsung terhubung gambir. Kalau lancar tahun depan bisa bangun," terangnya.

Sementara soal saham Pemprov DKI di JIExpo, Ahok mengaku tidak ada hubungannya dengan PRJ. "Kalau saham tetap tidak ada hubungannya,"tandasnya.




 @http://www.merdeka.com/



Pindah ke Monas, PRJ jadi lokasi usaha kecil

Pekan Produksi Kreatif Daerah (PPKD) di Lapangan Silang Monas Barat Daya, rupanya akan menjadi cikal-bakal kembalinya Pekan Raya Jakarta ke Monas.
Untuk itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo ingin ajang ini menjadi uji coba, untuk membuat konsep PPKD lebih berorientasi produk kreatif asli warga Jakarta.

"Ya, kan Juni ini mau kami coba, kecil-kecilan. Kami lihat konsepnya seperti apa, baru bicara konsep besarnya," kata Jokowi di Balai Kota, Kamis, (13/6/2013).

Jokowi menuturkan, PRJ yang dipindahkan dari JIexpo, akan berbasis pada semua hasil produksi masyarakat, dan hiburan yang bernuansa kerakyatan.

"Intinya, pesta kegembiraan masyarakat Jakarta, di situ ada usaha kecil, mikro, rumah tangga akan ada disitu semua," ungkapnya.

Mengenai kerjasama selanjutnya, antara Pemprov DKI Jakarta dan JIexpo, Jokowi enggan menanggapinya. Namun ia berniat agar pesta rakyat dipindah dari JIexpo.

"PRJ di kemayoran tetap, sebagai pameran dagang," ungkapnya.

rencananya konsep tersebut akan dijalankan oleh Jokowi, saat acara dies natalis Jakarta tahun mendatang.






 @http://metro.sindonews.com/