The Knowledge For Our Common

Tuesday, December 31, 2013

8 Hal yang Hanya Terjadi dalam Film Porno




Seperti halnya kisah percintaan Anda yang tak seromantis di film-film, kehidupan seks Anda juga pasti jauh dari apa yang pernah Anda lihat dalam film biru. 

Meski banyak orang yang menonton film porno untuk mencari fantasi dan membangkitkan gairah seksual, tetapi banyak hal dari film ini yang tidak realistis. Berikut adalah beberapa di antaranya.

1. Setiap orang pasti orgasme
Tidak bisa mencapai orgasme semalam? Itu hal yang sangat normal. Anda dan suami masih tetap bisa mendapatkan hubungan seks yang menakjubkan meski tak mencapai klimaks. Tetapi, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencapai orgasme, misalnya mengubah posisi atau memperpanjang durasi foreplay.

2. Bercinta minimal 30 menit
Jangan langsung menilai pasangan sebagai pria yang loyo hanya karena ia sudah ejakulasi, padahal "pertempuran" belum sampai 30 menit. Tak apa jika sesekali si dia selesai dengan cepat. Pada lain kesempatan, Anda berdua mungkin bisa bercinta begitu lama. Hindari membuat batasan waktu saat berhubungan seksual, selama Anda berdua menikmatinya.

3. Kulit selicin porselen
Kulit aktor dalam film porno yang Anda tonton mungkin sangat halus, dada bidang, dan perut berotot. Tetapi, jangan langsung hilang selera jika tubuh suami tak seindah di layar film. Eksplorasi hal-hal lain dari tubuh pasangan yang membangkitkan gairah, atau ajak pasangan berolahraga jika Anda merasa badannya mulai kegemukan.

4. Posisi misionari sudah kuno
Untuk mencegah kebosanan, Anda dan suami memang sebaiknya tak ragu mencoba melakukan berbagai posisi saat bercinta. Tetapi, itu tidak berarti Anda harus bercinta dengan posisi yang baru setiap malam. Film porno memang cenderung menonjolkan adegan bercinta yang liar. Pilihlah posisi yang Anda berdua menikmatinya.

5. Terlalu berisik
Ketika apa yang pasangan lakukan membuat Anda senang, memang sebaiknya Anda menunjukkannya. Tetapi, itu tak berarti Anda harus mengeluarkan desahan yang kencang sampai tetangga mendengar. Banyak wanita merasa harus meniru ekspresi berlebihan bintang film porno untuk menyenangkan pasangannya.

6. Ukuran superbesar
Ini adalah masalah yang juga kerap membuat risau para pria. Mereka khawatir jika pasangan mereka membandingkan ukuran penis mereka dengan yang dilihat dalam film porno. Padahal, ukuran penis yang besar bukanlah jaminan kepuasan bercinta. Para pakar justru menyebutkan bahwa hubungan emosional yang kuat adalah faktor yang dominan.

7. Nafsu selalu besar
Ada banyak alasan mengapa Anda malam ini merasa tidak mood untuk berintim-intim dengan pasangan. Banyak juga penyebab mengapa suami malam ini mengalami gagal ereksi. Jadi, jangan cemas jika frekuensi hubungan seks Anda tidak setiap hari. Itu adalah hal yang normal.

8. Bisa bercinta di mana saja
Anda mungkin kagum karena hubungan seks yang dilakukan di film porno tak pernah di tempat tidur. Seolah mereka bisa melakukannya di mana saja, bahkan ruangan kantor atau ruangan yang sedang dibangun. Memangnya ke mana semua orang? Jangan merasa kurang percaya diri jika Anda merasa hanya nyaman berhubungan seksual di kamar.





@http://female.kompas.com/

Monday, December 30, 2013

Kekristenan di Indonesia 1



Kekristenan sudah ada di Indonesia dan menurut catatan ensiklopedia dicatat jelas keberadaannya pada abad ke-10 dan ke-11. Menurut sensus penduduk tahun 2010, sekitar 5,85% dari penduduk Indonesia adalah Protestan dan sekitar 3% beragama Katolik

Sejarah

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah dari Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM).
Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah) 
Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatera Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada jaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).
Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1511 di tanah Aceh, yaitu dari Ordo Karmel, dan 1534 di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.
Pada 1960-an akibat anti-Komunis dan anti-Konfusianisme banyak Komunis dan Tionghoa diklaim sebagai orang Kristen, akan tetapi banyak bangsa Tionghoa yang akhirnya menerima agama Kristen dan sekarang mayoritas kalangan muda bangsa Tionghoa adalah umat Kristen. Kristen di Indonesia lebih bebas untuk menjalankan agama mereka dibandingkan dengan beberapa negara seperti RRC, Malaysia, dan beberapa negara Arab. Di provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan agama mayoritas. Jumlah populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar danau Toba di Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan sebagian wilayah di provinsi Maluku. Walaupun Indonesia mayoritas beragama Muslim, para misionaris tetap bebas untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Dan banyak sekolah Kristen yang mengajarkan agama Kristen. Protestan di Indonesia terdiri dari berbagai denominasi, yaitu Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Pentakosta, Gereja Tiberias Indonesia/Gereja Bethel Indonesia, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh , Gereja Yesus Sejati, Mennonit, Gereja Metodis, Gereja Baptis, Gereja Tabernakel Indonesia, Gereja Kristen Protestan Simalungun, Gereja Kristen Rejang dan denominasi lainnya.


Katolik



Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22 Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain. Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."


Riwayat penggunaan kata "katolik" dalam Gereja

Ignatius dari Antiokhia

Sepucuk surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Smyrna sekitar tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja Katolik (Surat kepada jemaat di Smyrna, 8). Gereja Katolik digunakan Ignatius untuk menyebut Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus). Kaum bidaah tertentu pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan jasmaniah yang benar-benar menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata bahwa "dia hanya tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada jemaat di Smyrna, 2), bukanlah umat Kristiani sejati dalam pandangan Ignatius. Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran Polikarpus pada 155, dan dalam Canon Muratorianus, sekitar 177.

St. Kiril dari Yerusalem

St. Kyril dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang menerima bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam kota-kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte profan lainnya juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah Tuhan), jangan juga hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di manakah Gereja Katolik. Karena inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini, bunda kita semua, yang adalah mempelai dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26).

Theodosius I

Istilah Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala Theodosius I, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut bagi para penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh Rasul Petrus yang suci, karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang kuat dan yang kini dianut oleh Pontif (Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain, karena menurut penilaian kami mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan bahwa mereka harus ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh menyebut tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27 Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Codex Theodosianus.[7] Undang-undang ini mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.

Augustinus dari Hippo

Penggunaan istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari kelompok-kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:
"Dalam Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada dalam rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan dalam Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan oleh pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para imam membuat saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang kepadanya Tuhan, sesudah kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan domba-dombaNya (Jn 21:15-19), turun sampai para uskup yang ada sekarang.
"Dan begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di tengah-tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga, sekalipun semua kaum bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada orang asing yang bertanya di manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun bidaah yang sanggup menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.
"Sebanyak itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki nama Kristiani itu yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik, sebagaimana yang seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk memikat atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat pada agama Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik."
— St. Augustinus (354–430): Melawan Epistola kaum Manikeus yang disebut Fundamental, bab 4: Bukti-bukti iman Katolik. Sejarah singkat gereja Katolik Roma
Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja
Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:
Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik ritus Timur.

Gereja Katolik Roma

Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik.

Sakramen

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci  maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:
Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan"Katolik di Indonesia
Penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti di Maluku dan Flores. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada 2005, sekitar 3,05%–7.380.203 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, beragama Katolik






@wikipedia.ID


Sunday, December 29, 2013

Sunat dan Kenikmatan Seksual




Keputusan untuk melakukan sunat mungkin masih menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Di negara-negara yang penduduknya mayoritas nonmuslim, keputusan untuk menyunat anak lelaki tidaklah mudah.  Para orang tua yang tidak mempunyai keyakinan kuat berdasarkan budaya atau agama, mereka mungkin akan berpaling pada hasil penelitian dan riset yang melaporkan manfaat serta dampak prosedur sunat bagi kesehatan. 

Sebagian orangtua yang peduli akan masalah kesehatan seksual biasanya akan berpikir, apakah dengan menyunat atau tidak sunat dapat berdampak negatif pada kehidupan seksual anak lelaki mereka ketika dewasa nanti. Ini juga yang menjadi pertanyaan menarik bagi pria dewasa yang telah disunat saat kanak-kanak, atau yang saat ini masih mempertimbangkan untuk disunat.

Yang jelas, pertanyaan apakah sunat akan memengaruhi kenikmatan seksual memang sulit untuk dijawab.  Di satu sisi, tidak mudah mencari kelompok untuk diperbandingkan. Dan kalau pun dapat dibandingkan, sulit untuk memisahkan mana di antara kelompok tersebut yang memilih prosedut sunat sebagai salah satu alasan untuk mendapatkan kepuasan atau kenikmatan seksual.


Di sisi lain, sulit pula untuk menjawab pertanyaan tanpa definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan kenikmatan seksual. Jika kenikmatan seksual diartikan sebagai sensitivitas fisik, maka kita dapat mencari informasi dari riset atau penelitian yang mengkaji apakah sunat berpengaruh pada sensitivitas seksual dan sensitivitas fisik?  Tetapi berbagai riset hanya memberikan kita sebagian gambaran saja. Karena faktanya, sensitivitas fisik tidaklah sama dengan merasakan kepuasan atau kenikmatan seksual. 

Sensitivitas fisik berkaitan dengan bagaimana tubuh (dengan gejala yang tampak dan dapat diamati) dalam merespon stimulasi eksternal.  Sedangkan kepuasan dan kenikmatan seksual berhubungan dengan cara tubuh secara subyektif dalam merasakan stimulasi. Kenikmatan seksual umumnya meliputi fisik, psikologis, emosional, dan kadang-kadang melibatkan pengalaman spiritual.


Banyak riset telah memberi wawasan,  tetapi pertanyaan tentang sunat dan kepuasan seksual belum sepenuhnya terjawab. Beberapa studi di bawah ini dapat menjadi gambaran untuk menilai seberapa besar pengaruh sunat terhadap kepuasan seksual pada pria yang disunat dan tidak disunat : 

* Sebuah penelitian yang melibatkan ribuan pria di Uganda menunjukkan, mereka yang disunat ketika dewasa mengaku bahwa sunat tidak mempengaruhi kepuasan seksual atau menyebabkkan sakit selama atau setelah melakukan hubungan seksual.
    
* Sebuah sampel nasional probabilitas di Amerika Serikat yang menguji efek sunat dan seks menemukan, pria yang disunat mempunyai risiko lebih rendah untuk mengalami disfungsi seksual ketimbang mereka yang tidak disunat.

* Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah organisasi anti-sunat, (metode untuk perekrutan relawan tidak dijelaskan) mengindikasikan, sebanyak 61 persen pria yang disunat saat bayi dilaporkan mengalami penurunan sensasi seks seiring bertambahnya usia mereka.

* Survei yang dilakukan sebuah organisasi antisunat melibatkan 139 perempuan menemukan, kelompok wanita yang menyukai pria sunat mengaku bahwa pasangan yang belum disunat lebih cenderung mengalami ejakulasi dini. Tetapi ketika semua pendapat perempuan diperhitungkan, data menunjukkan bahwa laki-laki yang disunat lebih cenderung ejakulasi dini.
    
* Dalam studi lain, peneliti meminta tanggapan relawan wanita mengenai pasangan pria mereka. Temuan menunjukkan 71 persen wanita lebih menyukai pasangan yang disunat ketimbang pria yang tidak disunat ketika harus terlibat dalam kegiatan seksual.

* Sebuah riset di Denmark menunjukkan, perempuan dengan pasangan yang telah disunat mengaku seringkali merasa tak puas secara seksual. Sementara dalam riset lainnya di Meksiko, sunat tampaknya tidak memberikan pengaruh dalam hal kepuasan seksual bagi pasangan.
    
* Dua artikel penelitian yang dipublikasikan pada edisi yang sama dalam The Journal of Urology mengukur tingkat kepuasan pria dewasa sebelum dan setelah sunat. Satu studi tidak menemukan penurunan tingkat kepuasan seksual ketika mereka disunat. Namun penelitian lain melaporkan penurunan yang signifikan dalam kepuasan ketika ereksi setelah disunat. 

Jadi, apakah sunat akan membuat seks Anda lebih baik, lebih buruk, atau sama saja? Semua tentu tergantung dari Anda dan pasangan. Tetapi yang pasti, ada banyak faktor lain yang menentukan kepuasan seksual. Tingkat kepuasan seksual tidak sepenuhnya ditentukan oleh apakah pria telah disunat atau tidak.

Tak pengaruhi fungsi seksual pria

Dalam sebuah arsip konsultasi, Guru Besar dan Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS menjelaskan pengaruh tindakan sunat terhadap hubungan seksual. Pada dasarnya, kata Wimpie, sunat tidak akan memengaruhi fungsi seksual seorang pria.

"Tidak ada hal ilmiah yang menunjukkan bahwa sunat atau tidak sunat berpengaruh terhadap fungsi seksual. Jadi, tidak sunat pun tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual," ungkap Wimpie.

Pada tindakan sunat, kata Wimpie, yang dipotong adalah kulit penutup bagian kepala penis (preputium). Setelah dipotong, area itu kemudian akan dijahit kembali. 

Dari sudut kesehatan, kata Wimpie, yang hal yang harus diperhatikan mengenai preputium, yaitu apakah preputium dapat dibuka atau ditarik ke belakang atau tidak. Kalau preputium dapat ditarik ke belakang sehingga bagian kepala penis kelihatan, keadaan ini dianggap sehat karena bagian kepala penis dan bagian dalam preputium dapat dibersihkan.


Namun sebaliknya, kalau preputium tidak dapat dibuka atau ditarik ke belakang, berarti bagian dalamnya dan bagian kepala penis tidak dapat dibersihkan. Dalam keadaan demikian, akan terjadi penumpukan bahan yang dikeluarkan oleh kelenjar, yang disebut smegma. Akibatnya, mudah terjadi infeksi. Dalam waktu lama, hal tersebut dapat menimbulkan kanker penis. 

"Oleh karena itu,  dalam keadaan demikian sunat harus dilakukan," ujarnya.




@http://health.kompas.com/


Thursday, December 26, 2013

Iblis Menggugat Tuhan




Kau bilang Adam berdosa gara-gara hasutanku ?Kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa ?
Aku sebenarnya melakukan apa yang Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada Allah.
Mau bagaimana lagi ?
Tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya.
Aku bukanlah tuan bagi keinginganku sendiri.

Aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun !Tak ada tempat tersisa di langit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya.
Setiap hari aku berkata pada-Nya, "Ya Allah, anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang benar, Engkau buat menjadi hina dan buruk rupa."Lihatlah segala penderitaan dan kesengsaraan yang telah ditimpakan-Nya atas dunia ini.
Lihatlah betapa Monster itu melakukan semuanya hanya untuk menghibur diri !
Jika ada yang terlihat murni, dibuat-Nya ternoda !
Jika ada yang manis, Dia buat masam !
Jika ada yang bernilai, dibuat-Nya jadi sampah !
Dia tak lebih dari sekadar Badut dan Pesulap Murahan, Pembohong Gila !
Dan kegilaan-Nya masih terus membuatku lebih gila lagi !"

"The Madness of God" menjadikan ketergelinciran iblis, dan dakwaannya kepada Tuhan karena telah "menyesatkannya", sebagai landasan bagi pertanyaan-pertanyaan mengenai kemungkinan kehendak-bebas di hadapan kemahakuasaan Tuhan.
Pertanyaan yang berulang kali diajukan adalah : Jika Tuhan Mahakuasa, dan tiada sesuatu pun yang dapat terjadi di luar kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin makhluk dapat disalahkan karena dosa-dosanya...?

[kiriman: Samana Sacca]

-----------------------

HUDOYO HUPUDIO:

Konflik antara Tuhan dan Iblis itu pada dasarnya adalah konflik di dalam batin kita antara berbagai pikiran & keinginan yg saling bertentangan.
Konflik itu hanya akan berakhir, ketika pikiran dan aku ini padam sempurna, ketika Tuhan dan Iblis kedua2nya lenyap seketika itu juga.

[dari grup 'Buddhisme Indonesia']

Wednesday, December 25, 2013

Meditasi

Saya akan membahas selangkah demi selangkah apa meditasi itu. Mohon jangan menunggu sampai selesai, mengharap memperoleh uraian lengkap tentang bagaimana cara bermeditasi. Apa yang kita lakukan sekarang adalah bagian dari meditasi.


Nah, yang harus kita lakukan adalah menyadari si pemikir, bukan mencoba mengatasi kontradiksi dan menghasilkan integrasi antara pikiran dan si pemikir. 

Si pemikir adalah entitas psikologis yang telah mengumpulkan pengalaman sebagai pengetahuan; ia adalah pusat yang terikat dalam waktu, yang adalah hasil dari pengaruh lingkungan yang terus-menerus berubah, dan dari pusat ini ia memandang, ia menyimak, ia mengalami. 

Selama kita tidak memahami struktur dan anatomi pusat ini selalu akan ada konflik, dan suatu batin yang berada dalam konflik tidak mungkin memahami kedalaman dan keindahan meditasi.

Dalam meditasi tidak boleh ada si pemikir, yang berarti bahwa pikiran harus berakhir -- pikiran yang didorong oleh keinginan untuk memperoleh hasil. 

Meditasi tidak ada kaitannya dengan memperoleh hasil. Meditasi bukan bernafas dengan cara tertentu, atau menatap ujung hidung Anda, atau membangunkan daya-daya untuk melakukan berbagai sulapan, dan semua tetek-bengek yang tidak dewasa itu. ... 

Meditasi bukan sesuatu yang terpisah dari kehidupan. Ketika Anda mengendarai mobil atau duduk di dalam bus, ketika Anda mengobrol tanpa arah, ketika Anda berjalan seorang diri di hutan atau memandang seekor kupu-kupu yang terbang bersama angin -- menyadari semua itu tanpa memilih adalah bagian dari meditasi.





Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Meditasi


Memaknai Natal



"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.'" (Lukas 2:10-11)
Kata "Natal" berasal dari bahasa Latin, yang berarti: "Lahir". Ketika kita merayakan Natal setiap tahunnya, kita sedang merayakan hari lahirnya Tuhan kita Yesus Kristus, dua ribu tahun yang lalu. Natal bukanlah sekadar rutinitas perayaan keagamaan yang harus dijalani setiap tahunnya. Namun, inti Natal adalah memperingati dan merenungkan kembali makna kelahiran Yesus Kristus bagi kita, umat-Nya.
Dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas dijelaskan bahwa Bayi Natal yang kita rayakan bukanlah manusia biasa. Dia adalah Juru Selamat, yang akan menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Selain itu, Dia juga adalah Tuhan dan Raja, yang menjadi Penguasa tunggal dalam setiap aspek kehidupan umat-Nya.
Sekalipun perayaan Natal (kelahiran Tuhan Yesus) tidak pernah diperintahkan Tuhan Yesus atau dirayakan oleh orang Kristen di Alkitab sebagaimana halnya Paskah (kebangkitan Tuhan Yesus), tetapi mengingat Natal adalah hari kelahiran Tuhan dan Juru Selamat kita, maka layaklah kita merayakannya.
Hari Natal, yang puncaknya biasa dirayakan umat kristiani di seluruh dunia pada tanggal 24 -- 25 Desember setiap tahun, tinggal beberapa hari lagi. Oleh karena itu, marilah kita mempersiapkan hati untuk menyambut Natal. Sebab, Dia yang kelahiran-Nya kita rayakan adalah Tuhan, Raja, dan Juru Selamat kita.
Makna Natal bagi Orang-Orang Percaya
Natal adalah kesukaan besar bagi segala bangsa. Manusia yang sedang terbelenggu oleh dosa akan diselamatkan dan diberi hidup kekal oleh seorang Juru Selamat yang baru lahir, Yesus Kristus. Karena itu, kita patut bersukacita seperti bala tentara surga yang bersukacita dengan nyanyian/puji-pujian saat peristiwa Natal (Lukas 2:13-14). Dan, sukacita Natal adalah bagi semua orang dari segala bangsa yang percaya kepada-Nya (Lukas 2:10). Kita dapat mengundang setiap orang untuk menerima kasih Natal tersebut.
Natal adalah Kesederhanaan
Walaupun Natal adalah sukacita, tetapi Natal bukanlah kemewahan. Anak Allah yang kudus lahir bukan di ibu kota Israel, Yerusalem, tetapi di kota kecil Betlehem (Lukas 2:4-6). Dia juga tidak lahir di istana, tetapi di kandang domba (Lukas 2:7). Kelahiran-Nya diberitakan bukan kepada raja, nabi, atau orang besar, tetapi kepada para gembala domba yang sederhana (Lukas 2:8-12). Kita patut merayakan Natal secara sederhana karena peristiwa Natal yang pertama adalah sederhana.
Natal adalah Pengorbanan

Karena kasih-Nya kepada manusia yang berdosa, Allah rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, agar manusia terbebas dari dosa. Manusia yang telah jatuh dalam dosa seharusnya akan mati menanggung dosa-dosanya, tetapi Allah yang Pengasih dan Penyayang mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk mati menggantikan kita (Yohanes 3:16). Allah berkorban dalam Natal. Karena itu, kita juga sepatutnya berkorban dalam Natal, seperti para majus yang mengorbankan persembahan-persembahan mereka (Matius 2:11), sebagai "kado Natal" kita kepada-Nya.

Natal adalah Kemenangan
Melalui kelahiran Tuhan Yesus, kesudahan Iblis dan kejahatan semakin dekat. Manusia akan dibebaskan dari dosa, itulah sebabnya bayi Natal itu diberi nama "Yesus" (Matius 1:21), yang artinya: Allah menyelamatkan. Kemenangan telah tiba bagi manusia. Melalui peristiwa Natal, orang berdosa telah menang, kuasa Iblis telah dihancurkan. Memang, kita masih hidup di dunia yang penuh dosa, kejahatan, dan penderitaan. Kemenangan kita yang sesungguhnya baru terjadi saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, saat itu tidak ada lagi dosa, kejahatan, dan penderitaan. Namun, melalui peristiwa Natal (kedatangan-Nya yang pertama), kita telah mencapai sebuah tahapan kemenangan.
Natal adalah Penggenapan dan Pembuktian Kasih Allah
Para nabi sebelumnya telah berulang-ulang menubuatkan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini, dan akhirnya tergenapi pada peristiwa Natal tersebut (Matius 1:22-23). Melalui peristiwa Natal, kasih Allah dibuktikan/digenapi bahwa Ia adalah Allah yang memegang janji-Nya dan yang tidak akan pernah berdusta kepada manusia. Melalui peristiwa Natal, kita juga diingatkan untuk tetap percaya pada firman, janji, dan kasih Allah yang tidak pernah berubah bagi kita, umat-Nya.


Diambil dan disunting dari:
Nama situs : Pondok Renungan
Alamat URL : http://www.pondokrenungan.com/isi.php?table=isi&id=1748
Penulis : Harison Jannes Ompusunggu
Tanggal akses : 28 Oktober 2013


@http://natal.sabda.org/


Doa Adalah Sesuatu Yang Rumit ??





Seperti semua masalah manusia yang mendalam, doa adalah sesuatu yang rumit, dan tidak boleh dilakukan dengan tergesa-gesa: ia membutuhkan kesabaran, pendalaman yang hati-hati dan toleran, dan kita tidak bisa menuntut kesimpulan dan keputusan yang pasti. 

Tanpa memahami diri, orang yang berdoa mungkin dengan doanya itu malah menipu diri sendiri. 

Kita kadang-kadang mendengar orang berkata, dan beberapa orang berkata kepada saya, bahwa bila mereka berdoa kepada apa yang mereka namakan ‘Tuhan’, doa mereka sering dikabulkan. 

Jika mereka beriman, dan tergantung pada intensitas doa mereka, apa yang mereka minta --kesehatan, kesejahteraan, harta benda duniawi-- akhirnya mereka dapatkan. 

Jika kita senang melakukan doa permohonan, itu akan membawa ganjarannya sendiri, apa yang diminta sering kali dikabulkan, dan ini sering kali memperkuat permohonan. 

Lalu ada doa --bukan minta harta atau minta orang-- melainkan untuk mengalami realitas, mengalami Tuhan, yang juga sering kali dijawab; dan masih ada bentuk-bentuk lain dari doa permohonan, lebih halus dan berputar-putar, tetapi tetap memohon, meminta dan menawar. 

Semua doa seperti itu mempunyai ganjarannya sendiri, doa-doa itu menghasilkan pengalaman sendiri; tetapi apakah doa-doa itu menuntun kita merealisasikan realitas yang terakhir?

Bukankah kita ini hasil masa lampau, dan oleh karena itu bukankah kita ini terkait dengan timbunan luar biasa dari keserakahan dan kebencian, dengan lawan-lawannya? 

Sesungguhnya, jika kita mengajukan permohonan, atau memanjatkan doa permohonan, kita menggunakan timbunan keserakahan ini, dan sebagainya, yang memang membawa ganjaran, dan mempunyai harga yang harus dibayar ... 

Apakah permohonan kepada sosok lain, kepada sesuatu di luar, dapat menghasilkan pemahaman akan kebenaran?




Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Agama

Cara Jitu Mengatasi 'Kecanduan' Masturbasi/Onani




    Untuk menyalurkan hasrat seksualnya, beberapa orang baik pria ataupun wanita terkadang menjadikan masturbasi sebagai salah satu cara untuk menyalurkan libidonya. Menurut seksolog dr Andri Wanananda, MS, masturbasi tidak menggangu kesehatan asal dilakukan dengan higienis yaitu memperhatikan aspek kebersihan dan frekuensinya tidak sampai mengganggu rutinitas sehari-hari. Lantas, bagaimana jika masturbasi justru membuat orang keranjingan hingga rutinitas sehari-harinya bisa terganggu?

Dikutip dari MD Health, Kamis (19/12/2013), berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menghentikan kebiasaan Anda melakukan masturbasi karena sudah terlanjur kecanduan:





1. Berhenti merasa bersalah


Langkah awal yang harus dilakukan untuk menghentikan kecanduan yang negatif yakni dengan berhenti merasa bersalah. Jika Anda masih terus merasa bersalah, justru yang ada Anda makin tergoda untuk kembali melakukan hal negatif itu. Maafkanlah diri sendiri kemudian fokus pada langkah selanjutnya untuk menghentikan kebiasaan ini.



2. Singkirkan hal-hal yang bisa bikin Masturbasi
Buanglah segala rupa sex toys yang biasa Anda gunakan untuk masturbasi atau yang paling mudah adalah tutup akses internet Anda terhadap situs berbau porno. Jika perlu, mintalah keluarga atau teman untuk me-reset password gadget sehingga Anda bisa terproteksi dari hal-hal berbau porno.



3. Perbanyak kegiatan sosial
Kesepian bisa jadi dorongan untuk melakukan masturbasi. Oleh karena, isilah waktu luang dengan melakukan berbagai kegiatan sosial atau sekadar berinteraksi dengan rekan dan keluarga. Kegiatan sosial juga bisa Anda lakukan dengan bergabung bersama komunitas tertentu.



4. Lakukan hobi dan ubahlah diet
Lakukan segala sesuatu positif yang bisa membuat suasana hati senang atau lakukan hal-hal baru yang bisa merangsang kreativitas. Selain itu, perbanyaklah makan sayur dan buah serta makanan bergizi lainnya. Tak hanya meningkatkan kekuatan otak, bahan makanan itu juga bisa membuat tubuh lebih fit dan lebih mampu menahan keinginan untuk melakukan masturbasi.



Menghentikan kebiasaan yang sudah 'nyandu' memang tidak bisa instan. Oleh karena itu terus berusaha dan bersabar serta jangan pernah berputus asa. Anda juga bisa membuat sistem reward and punishment yang bisa menjaga motivasi Anda. Tak ada salahnya juga meminta bantuan seseorang yang memang bisa dipercaya misalnya psikolog, teman dekat, anggota keluarga, atau bahkan pemuka agama.



6. Jujurlah dan bertekad
Berilah sugesti pada diri sendiri yang bisa meyakinkan bahwa keranjingan melakukan masturbasi tidak baik untuk kondisi Anda, terutama untuk masa mendatang. Selain itu, penuhi tekad untuk terus berusaha menghentikan kebiasaan ini yang salah satu caranya bisa dilakukan dengan mendapat dukungan dan motivasi dari orang-orang terdekat.






@http://health.detik.com/

Apakah Yesus Lahir Pada 25 Desember?



1. Cara yang paling tepat untuk mengetahui kelahiran Yesus Kristus adalah dengan melihat pernyataan Alkitab tentang Zakharia, ayah Yohanes pembaptis. Bacalah Lukas 1:5, ayat ini memiliki arti yang sangat besar.
Lukas 1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.

2. Kita mengetahui dari injil Lukas bahwa Maria segera mengunjungi Elizabet saudara sepupunya setelah Maria baru saja mengandung Yesus. Pada saat itu kandungan Elizabeth berumur enam bulan sudah (ayat 36- 41).
Lukas 1:36-41
36 ==> Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 ==> Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38 ==> Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 ==> Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 ==> Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
41 ==> Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus
Jadi dengan mengetahui bahwa usia Yohanes Pembaptis itu lebih tua enam bulan dari Yesus, maka amatlah mudah bagi kita untuk melacak dengan tepat kelahiran Yesus. Dan pada pembicaraan ini "kelompok Abia" menjadi penting.

3. Sekitar 1000 tahun sebelumnya, pada saat Daud, jumlah para imam di Israel tumbuh dengan cukup pesat. Daud karenanya membagi mereka ke dalam 24 bagian atau kelompok. Yang mana masing–masing kelompok akan mendapat giliran mereka masing–masing dalam melayani di bait Allah. (1 Taw 24; 23:6; 28:13). 1 Tawarikh 23:6 Juga Daud membagi-bagi mereka dalam rombongan menurut anak-anak Lewi, yakni Gerson, Kehat dan Merari. 1 Tawarikh 28:13 mengenai rombongan-rombongan para imam dan para orang Lewi dan mengenai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah TUHAN dan segala perkakas untuk ibadah di rumah TUHAN.

4. Berdasarkan kitab Talmud, semua imam melayani di Yerusalem selama tiga masa raya -– Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Imamat 13; Ulangan 16). Sedangkan saat yang lain mereka akan bergantian melayani yang mana tiap kelompok akan melayani selama seminggu. Pergiliran ini dimulai pada saat Sabat pertama di bulan Nisan atau Abib –- bulan pertama dalam kalendar Yahudi. Mereka bergantian dari Sabat ke Sabat.

5. Karena semua kelompok bekerja selama minggu Paskah, maka hal ini berarti bahwa kelompok Abia – urutan ke delapan (1 Taw 24:10) akan bertugas pada permulaan minggu kesembilan. Dan ketika pergiliran ini selesai, minggu Pentakosta baru dimulai –- jadi kelompok Abia akan tetap tinggal untuk minggu yang kesepuluh juga. Lukas 1 menceritakan bahwa Yohanes dikandung segera setelah ayahnya pulang dari melayani di bait Allah. (ayat 23-24). Hal ini terjadi pada pertengahan bulan Sivan, bulan ketiga pada kalender Yahudi. Karenanya, kandungannya akan terbuka sekitar musim semi tahun berikutnya. Karena Yesus akan lahir sekitar enam bulan setelah Yohanes, maka Ia pasti dilahirkan sekitar musim gugur. Setiap musim berlangsung selama tiga bulan.

6. Hal di atas sangat nyata ketika Lukas menggambarkan keadaan sekeliling kelahiran Yesus. Lukas 2:8. Segera sesudah masa panen musim gugur dan masa raya Pondok Daud, di bulan Oktober, musim hujan Yudea mulai datang. Dan di bulan November –- ketika cuaca mulai dingin, ternak akan dimasukkan dari dinginnya musim dingin. Sehingga di bulan Desember ternak–ternak itu tidaklah akan keluar di padang di malam hari bersama dengan para gembala mereka.

7. Bukti kuat lain adalah perginya Yusuf dan Maria ke Bethlehem pada saat sensus (Lukas 2:1-4). Dalam keadaan normalnya, hal ini dilakukan pada saat setelah panen, yang mana hal ini menandakan musim gugur. Jadi jelas Yesus tidak lahir di 25 Desember. Apakah yang ada di balik cabang daun "Mistletoe"?
Cabang Mistletoe adalah cabang pohon yang digunakan oleh manusia dalam perayaan Natal dengan cara ketika dua orang manusia berada di bawah cabang daun ini mereka harus berciuman. Sesungguhnya, Nimrodlah yang disimbolkan dalam cabang daun ini yang sesungguhnya mengadaptasi konteks Yesus yang adalah "cabang anggur Allah". Nimrod disebut kayu Yule yang mati yang harus dibakar pada malam Natal dan akhirnya muncul sebagai pohon Natal sebagai "cabang Allah" yang juga dirayakan di Mesir "dengan pohon palem" dan Roma.

Darimanakah Gereja Roma mendapatkan tanggal 25 Desember?
Dari kebudayaan berhala kuno yang cukup berpengaruh di kekaisaran Roma. Perayaan ini terfokus pada perayaan lahirnya anak dari "ratu sorga" Babilonia pada tanggal 25 Desember setelah melalui masa kehamilan selama sembilan bulan yang dimulai pada tanggal 25 Maret yang dikenal sebagai "Hari Bunda".

Bagaimanakah proses masuknya "Natal" ke dalam "kekristenan dunia"?
Bangsa-bangsa yang asing dengan Sabat dan masa-masa raya Alkitab akhirnya secara perlahan-lahan dan pasti mulai mengadopsi perayaan berhala ini untuk menyembah dewa yang sesungguhnya masih sama, yaitu dewa Matahari ke dalam ibadah kekristenan dunia.
Penyembahan kepada dewa Matahari Yule Soltice atau Saturnalia (yang dipandang sebagai sang juru selamat) disamarkan dengan penyembahan yang menggunakan nama "Yesus Kristus".

Yule memiliki arti "bayi" sehingga Yule's day adalah "hari bayi". Hari raya ini dirayakan dengan penganan yang disebut "Penganan Bayi" atau "Roti Nur" yang mana kebudayaan ini juga dapat ditemui di dalam Skotlandia dan Skandinavia.




@http://natal.sabda.org/


Tuesday, December 24, 2013

Hai Dunia, Gembiralah (KJ 119)



Hai dunia, gembiralah dan sambut Rajamu!
Dihatimu terimalah! Bersama bersyukur,
Bersama bersyukur, Bersama sama bersyukur!
Hai dunia, elukanlah Rajamu, Penebus!
Hai bumi, laut, gunung lembah, bersoraklah terus,
Bersoraklah terus, bersorak-soraklah terus!
Janganlah dosa menetap di ladang dunia,
Sejahtera penuh berkat berlimpah s''lamanya,
Berlimpah s''lamanya, berlimpah-limpah s''lamanya.

Dialah Raja semesta, besar dan mulia.
Masyhurkanlah, hai dunia, besar anug''rahNya,
Besar anug''rahNya, besar besar anug''rahNya.

Malam Kudus (KJ-092)



Malam kudus, sunyi senyap; dunia terlelap.
Hanya dua berjaga terus ayah bunda mesra dan kudus;
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.
Malam kudus, sunyi senyap. Kabar Baik menggegap;
bala sorga menyanyikannya, kaum gembala menyaksikannya:
"Lahir Raja Syalom, lahir Raja Syalom!"

Malam kudus, sunyi senyap. Kurnia dan berkat
tercermin bagi kami terus di wajahMu, ya Anak kudus,
cinta kasih kekal, cinta kasih kekal.



Sejarah Lagu Malam Kudus



Kita tentu akan merasa sesuatu yang kurang kalau ada perayaan Natal tanpa menyanyikan "Malam Kudus", bukan?
Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda satu dari yang lainnya, namun semuanya hampir serupa. Hal itu berlaku juga dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana, sehingga tidak perlu ada banyak selisih pendapat atau perbedaan kata dalam menterjemahkannya.
"Malam Kudus" sungguh merupakan lagu pilihan, karena dinyanyikan dan dikasihi di seluruh dunia. Bahkan musikus ternama rela memasukkannya pada acara konser dan piringan hitam mereka. Anehnya, nyanyian yang terkenal di seluruh dunia itu sesungguhnya berasal dari sebuah desa kecil di daerah pegunungan negeri Austria.
Inilah ceritanya....
ORGEL YANG RUSAK
Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu. Seorang tukang orgel telah dipanggil dari tempat lain. Tetapi menjelang Hari Natal tahun 1818, orgel itu masih belum selesai diperbaiki. Sandiwara Natal terpaksa dipindahkan dari gedung gereja, karena bagian-bagian orgel yang sedang dibetulkan itu masih berserakan di lantai ruang kebaktian. Tentu tidak ada seorang pun yang mau kehilangan kesempatan melihat sandiwara Natal. Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa pemain kenamaan yang biasa mengadakan tour keliling. Drama Natal sudah menjadi tradisi di desa itu, sama seperti di desa-desa lainnya di negeri Austria. Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya mempunyai rumah besar di desa itu. Ia mengundang para anggota gereja untuk menyaksikan sandiwara Natal itu di rumahnya. Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari gereja itu, diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut menyaksikan pertunjukan di rumah orang kaya itu. Sesudah drama Natal itu selesai, Pendeta Mohr tidak terus pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang berdekatan. Dari puncaknya ia memandang jauh ke bawah, dan melihat desa di lembah yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan.
Sungguh malam itu indah sekali.... malam yang kudus....malam yang sunyi....
HADIAH NATAL YANG ISTIMEWA
Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum juga siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah syair tentang apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam itu. Keesokan harinya pendeta muda itu pergi ke rumah temannya. Franz Gruber, yang masih muda, adalah kepala sekolah di desa Arnsdorf, yang terletak tiga kilometer jauhnya dari Oberndorf. Ia pun merangkap pemimpin musik di gereja yang dilayani oleh Josef Mohr. Pendeta Mohr lalu memberikan sehelai kertas lipatan kepada kawannya. "Inilah hadiah Natal untukmu," katanya, "sebuah syair yang baru saja saya karang tadi malam." "Terima kasih, pendeta!" balas Franz Gruber. Setelah mereka berdua diam sejenak, pendeta muda itu bertanya: "Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya? " Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja dengan syair hasil karya Josef Mohr. Pada sore harinya, tukang orgel itu sudah cukup membersihkan ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai lagi. Tetapi orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan. Penduduk desa berkumpul untuk merayakan malam Natal. Dengan keheranan mereka menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara malam itu ada sebuah lagu Natal yang baru. Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu ciptaannya -- untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah dia memetik senar pada gitar yang tergantung di pundaknya dengan tali hijau. Lalu ia membawakan suara bas, sedangkan Josef Mohr menya- nyikan suara tenor. Paduan suara gereja bergabung dengan duet itu pada saat-saat yang telah ditentukan.
Dan untuk pertama kalinya lagu "Malam Kudus" diperdengarkan.
BAGAIMANA TERSEBAR
Tukang orgel turut hadir dalam kebaktian Malam Natal itu. Ia senang sekali mendengarkan lagu Natal yang baru. Mulailah dia bersenandung, mengingat not-not melodi itu dan mengulang- ulangi kata-katanya. "Malam Kudus" masih tetap bergema dalam ingatannya pada saat ia selesai memperbaiki orgel Oderndorf, lalu pulang. Sekarang masuklah beberapa tokoh baru dalam ceritanya, yaitu: Strasser bersaudara. Keempat gadis Strasser itu adalah anak-anak seorang pembuat sarung tangan. Mereka berbakat luar biasa di bidang musik. Sewaktu masih kecil, keempat gadis cilik itu suka menyanyi di pasar, sedangkan ayah mereka menjual sarung tangan buatannya. Banyak orang mulai memperhatikan mereka, dan bahkan memberi uang atas nyanyiannya. Demikian kecilnya permulaan karier keempat gadis Strasser itu, hanya sekedar menyanyi di pasar. Tetapi mereka cepat menjadi tenar. Mereka sempat berkeliling ke banyak kota. Yang terutama mereka tonjolkan ialah lagu-lagu rakyat dari tanah air mereka, yakni dari daerah pegunungan negeri Austria. Tukang orgel tadi mampir ke rumah keempat Strasser bersaudara. Kepada mereka ia nyanyi- kan lagu Natal yang baru saja dipelajarinya dari kedua penciptanya di gereja desa itu. Salah seorang penyanyi wanita menuliskan kata-kata dan not-not yang mereka dengarkan dari tukang orgel teman mereka. Dengan berbuat demikian mereka pun dapat menghafalkannya. Keempat wanita itu senang menambahkan "Malam Kudus" pada acara mereka. Makin lama makin bayak orang yang mendengarnya, sehingga lagu Natal itu mulai dibawa ke negeri-negeri lain pula. Pernah seorang pemimpin konser terkenal mengundang keempat kakak-beradik dari keluarga Strasser itu untuk menghadiri konsernya. Sebagai atraksi penutup acara yang tak diumumkan sebelumnya, ia pun memanggil keempat wanita itu untuk maju ke depan dan menyanyi. Antara lain, mereka menyanyikan "Malam Kudus," yang oleh mereka diberi judul "Lagu dari Surga." Raja dan ratu daerah Saksen menghadiri konser itu. Mereka mengundang rombongan penyanyi Strasser itu untuk datang ke istana pada Malam Natal. Tentu di sanapun mereka mem- bawakan lagu "Malam Kudus."
RAHASIA ASAL USULNYA
Lagu Natal yang indah itu umumnya dikenal hanya sebagai "lagu rakyat"saja. Tetapi sang raja ingin tahu siapakah pengarangnya. Pemimpin musik di istana, yaitu komponis besar Felix Mandelssohn juga tidak tahu tentang asal usul lagu natal itu. Sang raja mengirim seorang utusan khusus untuk menyelidiki rahasia itu. Utusannya hampir saja pulang dengan tangan kosong. Lalu secara kebetulan ia mendengarkan seekor burung piaraan yang sedang bersiul. Lagu siulannya tak lain ialah "Malam Kudus"! Setelah utusan raja tahu bahwa burung itu dulu dibawa oleh seseorang dalam perjalanannya dari daerah pegunungan Austria, maka pergilah dia ke sana serta menyelidiki lebih jauh. Mula- mula ia menyangka bahwa barangkali ia akan menemukan lagu itu dalam naskah-naskah karangan Johann Michael Haydn, seorang komponis bangsa Austria yang terkenal. Tetapi sia-sia semua penelitiannya. Akan tetapi usaha utusan raja itu telah menimbulkan rasa ingin tahu pada penduduk setempat. Seorang pemimpin koor anak-anak merasa bahwa salah seorang muridnya mungkin, pernah melatih burung yang pandai mengkidungkan "Malam Kudus" itu. Maka ia menyembunyikan diri sambil bersiul meniru suara burung tersebut. Segera muncullah seorang anak laki-laki, mencari burung piarannya yang sudah lama lolos. Ternyata anak itu bernama Felix Gruber. Dan lagu yang sudah termasyur itu, yang dulu diajarkan kepada burung piaraannya, ditulis asli oleh ayahnya sendiri! Demikianlah seorang bocah dan seekor burung turut mengambil peranan dalam menyatakan kepada dunia luar, siapakah sebenarnya yang mengarang "Lagu Natal dari Desa di Gunung" itu.
TANDA PENGENAL ORANG KRISTEN
Setelah satu abad lebih, "Malam Kudus" sesungguhnya menjadi milik bersama seluruh umat menusia. Bahkan lagu Natal itu pernah dipakai secara luar biasa, untuk menciptakan hubungan persahabatan antara orang- orang Kristen dari dua bangsa yang sangat berbeda bahasa dan latar belakangnya:
Pada waktu Natal tahun 1943, seluruh daerah Lautan Pasifik diliputi oleh Perang Dunia Kedua. Beberapa minggu setelah Hari Natal itu, sebuah pesawat terbang Amerika Serikat meng- alami kerusakan yang hebat dalam peperangan, sehingga jatuh ke dalam samudra di dekat salah satu pulau Indonesia. Kelima orang awak kapal itu, yang luka-luka semua, terapung-apung pada pecahan-pecahan kapalnya yang sudah tenggelam. Lalu nampak pada mereka beberapa perahu yang makin mendekat. Orang-orang yang asing bagi mereka mendayung dengan cepatnya dan menolong mereka masuk ke dalam perahu-perahu itu. Penerbang-penerbang bangsa Amerika itu ragu-ragu dan curiga, Apakah orang-orang ini masih di bawah kuasa Jepang, musuh mereka? Apakah orang-orang ini belum beradab, dan hanya menarik mereka dari laut untuk memperlakukan mereka secara kejam? Segala macam kekuatiran terkilas pada pikiran mereka, karena mereka sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa para pendayung berkulit coklat itu. Sebaliknya, orang-orang tersebut sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Rupa-rupanya tiada jalan untuk mengetahui dengan pasti, apakah tentara angkatan udara itu telah jatuh ke dalam tangan kawan atau lawan. Akhirnya, sesudah semua perahu itu mendarat di pantai, salah seorang penduduk pulau itu mulai menyanyikan "Malam Kudus." Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu masih asing bagi para penerbang yang capai dan curiga. Tetapi lagunya segera mereka kenali. Dengan tersenyum tanda perasaan lega, turutlah mereka menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Insaflah mereka sekarang bahwa mereka sudah jatuh ke tangan orang-orang Kristen sesama- nya, yang akan melindungi dan merawat mereka.
LAGU DUNIAWI DAN SURGAWI
Bagaimana dengan sisa hidup kedua orang yang mula-mula menciptakan lagu "Malam Kudus"?
Josef Mohr hidup dari tahun 1792 sampai tahun 1848. Franz Gruber hidup dari tahun 1787 sampai tahun 1863. Kedua orang itu terus melayani Tuhan bertahun-tahun lamanya dengan ber- bagai-bagai cara. Namun sejauh pengetahuan orang, mereka tidak pernah menulis apa-apa lagi yang luar biasa. Nama-nama mereka pasti sudah dilupakan oleh dunia sekarang.....kecuali satu kejadian, yaitu: Pada masa muda mereka pernah bekerja sama untuk menghasilkan sebuah lagu pilihan.
Gereja kecil di desa Oberndorf itu dilanda banjir pegunungan pada tahun 1899, sehingga hancur luluh. Sebuah gedung gereja yang baru sudah dibangun di sana. Di sebelah dalamnya ada pahatan dari marmer dan perunggu sebagai peringatan lagu "Malam Kudus." Pahatan itu menggambarkan Pendeta Mohr, seakan-akan ia sedang bersandar di jendela, me- lihat keluar dari rumah Tuhan di surga. Tangannya ditaruh di telinga. Ia tersenyum sambil mendengar suara anak-anak di bumi yang sedang menyanyikan lagu Natal karangannya. Di belakang- nya berdiri Franz Gruber, yang juga tersenyum sambil memetik gitarnya. Sungguh tepat sekali kiasan dalam pahatan itu! Seolah-olah seisi dunia, juga seisi surga, turut menyanyikan "Lagu Natal dari Desa di Gunung."




Sumber :
Buku "Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian" (Jilid I),
oleh H.L. Cermat,

Dua Puluh Lima Desember



Memasuki bulan Desember, segenap orang Kristen dan gereja sibuk mempersiapkan diri untuk memperingati hari Natal. Sejauh manakah kita mengenal akan tanggal yang selalu diperingati sebagai hari Natal itu?
Tahun Kelahiran Yesus
Kita dan penanggalan internasional setiap tahun selalu menempatkan hari Natal pada tanggal 25 bulan Desember, dan menceritakan kepada anak Sekolah Minggu kita itulah tanggal kelahiran Yesus. Sebagian orang (termasuk salah satu media massa yang terbit di Jakarta baru- baru ini), dengan pemikiran kalau dalam bahasa Inggris ada sebutan ‘Before Christ (B.C.)’ atau ‘Sebelum Masehi (S.M.)’ untuk menyebut tahun-tahun sebelum kelahiran Yesus dan ‘Anno Domini (A.D.)’ atau ‘Masehi (M)’ untuk tahun sesudahnya, maka mereka menganggap Yesus lahir tepat pada tahun 0 Masehi. Padahal sebenarnya tahun 0 Sebelum Masehi dan/atau tahun 0 Masehi itu tidak pernah ada. Jadi kalau begitu, tahun berapakah Yesus lahir? Sebagian orang yang lain berpegang bahwa tahun 4 Sebelum Masehi adalah tahun kelahiran Yesus. Mengapa bisa begitu? Bukankah digunakannya tahun ‘Masehi’ adalah untuk memisahkan tahun sebelum dan sesudah kelahiran Yesus?
Menurut catatan Flavius Josephus, seorang ahli sejarah yang hidup pada tahun 37-100 Masehi (jadi tidak terlalu jauh dari masa kehidupan Yesus), dapat diketahui bahwa Herodes yang disebutkan dalam Matius 2:1 “………. pada jaman Raja Herodes ……” adalah Herodes Agung, yang hidup dari tahun 73-4 Sebelum Masehi. Raja Herodes inilah yang menyebabkan Yesus diungsikan ke Mesir. Baru setelah kematiannya, Yesus kembali dari pengungsian (lihat Matius 2:19-20). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa Yesus dilahirkan sekurang- kurangnya beberapa tahun atau bulan sebelum 4 S.M. Dan menurut dugaan yang lazim, kelahiran Yesus adalah antara tahun 8 dan tahun 5 s.M.
Benarkah Yesus Lahir Tahun 5 s.M.?
Pada jaman itu, tahun dalam kekaisaran Romawi dihitung dari tahun berdirinya kota Roma. Tahun Romawi disebut AUC, singkatan dari Ab Urbe Condita, yang berarti ‘sejak berdirinya kota’. Kemudian pada abad ke-6, atas perintah Kaisar Justinian, seorang rahib bernama Dionisius Exigius membuat kalender baru. Ia mengganti perhitungan tahun Romawi dengan tahun Masehi, yang dimulai dari kelahiran Yesus. Tetapi di kemudian hari barulah diketahui bahwa ia membuat kekeliruan hitung. Ia menempatkan kelahiran Yesus pada tahun 753 AUC, padahal seharusnya pada tahun 749 atau 747 AUC. Kekeliruan ini sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Dan sampai sekarang kita pun sudah terlanjur menggunakan tahun hasil perhitungan Dionisius itu, yang sebetulnya empat atau lima tahun terlambat dari kenyataan kelahiran Yesus.
Lalu Bagaimana dengan Bulan Kelahiran-Nya?
Apabila kita melihat di peta, maka kita akan menemukan bahwa Israel terletak di sebelah utara garis khatulistiwa, hampir sejajar dengan Jepang, yang berarti bulan Desember adalah musim dingin. Bagaimana dengan catatan Injil yang menjelaskan tentang para gembala pada malam kelahiran Yesus dalam Lukas 2:8 “….gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”? Hal ini menunjukkan bahwa kelahiran Yesus pasti bukanlah pada bulan Desember.
Seseorang bernama Klemens dari Alexandria membuat perhitungan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon, yaitu tanggal 20 Mei. Tetapi itu pun bukan merupakan suatu kepastian.
Mengapa Kita Tidak Punya Tanggal Kelahiran Yesus yang Pasti?
Pada jaman itu, merayakan ulang tahun hanyalah kelaziman orang kafir. Satu-satunya ulang tahun yang kita baca di Perjanjian Baru adalah ulang tahun Herodes Antipas (lihat Matius 14:6). Dan gereja pada jaman itu tidak merayakan kelahiran Yesus melainkan kebangkitan-Nya. Baru sekitar abad ke-3, umat Kristen di Mesir mulai merayakan Natal. Tanggal yang digunakan adalah 6 Januari, bertepatan dengan suatu hari raya umum.
Gereja di Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, dan tanggal yang dipilih adalah 25 Desember. Pemilihan tanggal tersebut adalah untuk memberi isi yang baru kepada perayaan kafir yang menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi bagian utara. Tidak lama kemudian kebiasaan merayakan Natal pada tanggal 25 Desember itu pun ditiru oleh gereja-gereja di tempat lain. Dan hingga sekarang, Natal dirayakan setiap tanggal 25 Desember oleh hampir semua gereja.
Anak Sekolah Minggu yang kritis mungkin akan bertanya: Jika demikian kenapa kita tidak menghitung ulang atau mengikuti perhitungan Klemens, yaitu merayakan Natal pada tanggal 20 Mei saja?
Dengan segala kerendahhatian dan tidak ada maksud untuk menggurui, berikut adalah beberapa hal yang saya bisa bagikan dan barangkali bisa dijadikan contoh jawaban atas pertanyaan semacam itu:
1. Perhitungan Klemens menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 20 Mei, namun itu pun belum pasti benar. Kenapa kita harus menggunakan tanggal yang kebenarannyapun masih diragukan?
2. Secara umum, sudah berlangsung selama berabad-abad, Natal dirayakan pada bulan Desember, tepatnya pada tanggal 25 Desember, kenapa kita harus menetapkan tanggal perayaan sendiri, yang lain daripada yang lain?
3. Kekeliruan perhitungan ini pastilah ada campur tangan dan atas ijin Allah, karena hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak mengijinkan orang untuk lebih mengutamakan atau lebih tepatnya mengkeramatkan tanggal tertentu lebih daripada yang lain; yang akhirnya justru akan melupakan bahwa rahmat, kasih dan anugerah-Nya selalu baru dan terlimpah setiap hari. Sebagai perbandingan kita dapat melihat bahwa peringatan akan Kematian Kristus atau Paskah, bukan ditentukan oleh tanggal tertentu tetapi oleh hari.
Atau perhitungan satu hari yang kita pakai sekarang, yaitu pagi- malam, yang berubah dari catatan perhitungan satu hari yang Allah berikan (lihat Kejadian 1:5, 8, 13, dst “… jadilah petang, jadilah pagi, itulah hari ….”)
4. Bukankah kenyataannya selama ini juga sudah berlangsung, bahwa banyak gereja yang melaksanakan perayaan Natal tidak tepat pada tanggal 25 Desember?
5. Kesalahan tanggal dalam merayakan hari Natal, tidak akan berpengaruh terhadap iman kepercayaan dan keselamatan kita.
Yang lebih utama dan terutama harus dipikirkan, ditekankan dan diajarkan dalam perayaan Natal adalah hadiah atau komitmen apa yang akan kita berikan sebagai persembahan kepada Kristus, pada saat kita memperingati hari kelahiran-Nya?
Jadi sekarang kreatifitas guru dan waktu (usia) yang tepat diperlukan untuk mengajarkan hal ini kepada anak-anak Sekolah Minggu, agar tidak membuat mereka justru menjadi bingung dan akhirnya kehilangan arti/makna yang sesungguhnya dari inkarnasi Kristus ke dunia ini.



@http://natal.sabda.org/


Diambil dari berbagai sumber Penulis: Robby Indarjono Nama Situs: Pemuda Kristen.com Alamat URL: http://www.pemudakristen.com/artikel/rohani_umum.php