Memaknai Natal
Posted by Muhammad Irfan on Wednesday, December 25, 2013 with No comments
"Lalu kata malaikat itu kepada mereka: 'Jangan takut,
sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,
Tuhan, di kota Daud.'" (Lukas 2:10-11)
Kata "Natal" berasal dari bahasa Latin, yang berarti:
"Lahir". Ketika kita merayakan Natal setiap tahunnya, kita sedang
merayakan hari lahirnya Tuhan kita Yesus Kristus, dua ribu tahun yang
lalu. Natal bukanlah sekadar rutinitas perayaan keagamaan yang harus
dijalani setiap tahunnya. Namun, inti Natal adalah memperingati dan
merenungkan kembali makna kelahiran Yesus Kristus bagi kita, umat-Nya.
Dalam kutipan ayat firman Tuhan di atas dijelaskan
bahwa Bayi Natal yang kita rayakan bukanlah manusia biasa. Dia adalah
Juru Selamat, yang akan menyelamatkan manusia dari belenggu dosa. Selain
itu, Dia juga adalah Tuhan dan Raja, yang menjadi Penguasa tunggal
dalam setiap aspek kehidupan umat-Nya.
Sekalipun perayaan Natal (kelahiran Tuhan Yesus)
tidak pernah diperintahkan Tuhan Yesus atau dirayakan oleh orang Kristen
di Alkitab sebagaimana halnya Paskah (kebangkitan Tuhan Yesus), tetapi
mengingat Natal adalah hari kelahiran Tuhan dan Juru Selamat kita, maka
layaklah kita merayakannya.
Hari Natal, yang puncaknya biasa dirayakan umat
kristiani di seluruh dunia pada tanggal 24 -- 25 Desember setiap tahun,
tinggal beberapa hari lagi. Oleh karena itu, marilah kita mempersiapkan
hati untuk menyambut Natal. Sebab, Dia yang kelahiran-Nya kita rayakan
adalah Tuhan, Raja, dan Juru Selamat kita.
Makna Natal bagi Orang-Orang Percaya
Natal adalah kesukaan besar bagi segala bangsa.
Manusia yang sedang terbelenggu oleh dosa akan diselamatkan dan diberi
hidup kekal oleh seorang Juru Selamat yang baru lahir, Yesus Kristus.
Karena itu, kita patut bersukacita seperti bala tentara surga yang
bersukacita dengan nyanyian/puji-pujian saat peristiwa Natal (Lukas 2:13-14). Dan, sukacita Natal adalah bagi semua orang dari segala bangsa yang percaya kepada-Nya (Lukas 2:10). Kita dapat mengundang setiap orang untuk menerima kasih Natal tersebut.
Natal adalah Kesederhanaan
Walaupun Natal adalah sukacita, tetapi Natal bukanlah
kemewahan. Anak Allah yang kudus lahir bukan di ibu kota Israel,
Yerusalem, tetapi di kota kecil Betlehem (Lukas 2:4-6). Dia juga tidak lahir di istana, tetapi di kandang domba (Lukas 2:7). Kelahiran-Nya diberitakan bukan kepada raja, nabi, atau orang besar, tetapi kepada para gembala domba yang sederhana (Lukas 2:8-12). Kita patut merayakan Natal secara sederhana karena peristiwa Natal yang pertama adalah sederhana.
Natal adalah Pengorbanan
Karena kasih-Nya kepada manusia yang berdosa, Allah
rela mengorbankan anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, agar manusia
terbebas dari dosa. Manusia yang telah jatuh dalam dosa seharusnya akan
mati menanggung dosa-dosanya, tetapi Allah yang Pengasih dan Penyayang
mengorbankan anak-Nya yang tunggal untuk mati menggantikan kita (Yohanes 3:16).
Allah berkorban dalam Natal. Karena itu, kita juga sepatutnya berkorban
dalam Natal, seperti para majus yang mengorbankan
persembahan-persembahan mereka (Matius 2:11), sebagai "kado Natal" kita kepada-Nya.
Natal adalah Kemenangan
Melalui kelahiran Tuhan Yesus, kesudahan Iblis dan
kejahatan semakin dekat. Manusia akan dibebaskan dari dosa, itulah
sebabnya bayi Natal itu diberi nama "Yesus" (Matius 1:21),
yang artinya: Allah menyelamatkan. Kemenangan telah tiba bagi manusia.
Melalui peristiwa Natal, orang berdosa telah menang, kuasa Iblis telah
dihancurkan. Memang, kita masih hidup di dunia yang penuh dosa,
kejahatan, dan penderitaan. Kemenangan kita yang sesungguhnya baru
terjadi saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kali, saat itu tidak ada lagi
dosa, kejahatan, dan penderitaan. Namun, melalui peristiwa Natal
(kedatangan-Nya yang pertama), kita telah mencapai sebuah tahapan
kemenangan.
Natal adalah Penggenapan dan Pembuktian Kasih Allah
Para nabi sebelumnya telah berulang-ulang menubuatkan
kedatangan Tuhan Yesus ke dunia ini, dan akhirnya tergenapi pada
peristiwa Natal tersebut (Matius 1:22-23).
Melalui peristiwa Natal, kasih Allah dibuktikan/digenapi bahwa Ia
adalah Allah yang memegang janji-Nya dan yang tidak akan pernah berdusta
kepada manusia. Melalui peristiwa Natal, kita juga diingatkan untuk
tetap percaya pada firman, janji, dan kasih Allah yang tidak pernah
berubah bagi kita, umat-Nya.
Diambil dan disunting dari:
Nama situs | : | Pondok Renungan |
Alamat URL | : | http://www.pondokrenungan.com/isi.php?table=isi&id=1748 |
Penulis | : | Harison Jannes Ompusunggu |
Tanggal akses | : | 28 Oktober 2013 |
@http://natal.sabda.org/
0 comments:
Post a Comment