The Knowledge For Our Common

Showing posts with label KRISTEN. Show all posts
Showing posts with label KRISTEN. Show all posts

Saturday, March 15, 2014

INTENSITAS YANG BEBAS DARI SEGALA KELEKATAN / اينتنسيتس يڠ بيبس دري سڬالا كيليقاتن

INTENSITAS YANG BEBAS DARI SEGALA KELEKATAN

Di dalam keadaan penuh gairah tanpa sebab, terdapat intensitas yang bebas dari segala kelekatan; tetapi bila gairah mempunyai sebab, terdapat kelekatan, dan kelekatan adalah awal kesedihan.

Kebanyakan dari kita melekat; kita melekat kepada seseorang, kepada suatu negara, kepada suatu kepercayaan, kepada suatu gagasan, dan bila obyek kelekatan kita diambil atau dengan cara lain kehilangan maknanya, kita mendapati diri kita kosong, tidak memadai. Kekosongan ini kita coba isi dengan melekat kepada sesuatu yang lain lagi, yang lagi-lagi menjadi obyek dari gairah kita.

J Krishnamurti
Buku Kehidupan: Kelekatan


اينتنسيتس يڠ بيبس دري سڬالا كيليقاتن

د دالم كادأن ڤنوه ڬايرح تنڤا سبب، ترداڤت اينتنسيتس يڠ بيبس دري سڬالا كيليقاتن; تتاڤي بيلا ڬايرح ممڤوڽاءي سبب، ترداڤت كيليقاتن، دان كيليقاتن اداله اول كسدهن.

كبڽقان دري كيت ملكت; كيت ملكت كڤد سساورڠ، كڤد سواتو نڬارا، كڤد سواتو كڤرچايأن، كڤد سواتو ڬاڬسن، دان بيلا اوبييك كيليقاتن كيت دأمبيل اتاو دڠن چارا لاين كهيلڠن معنىڽ، كيت منداڤتي ديري كيت كوسوڠ، تيدق ممادأي. ككوسوڠن اين كيت چوبا ايسي دڠن ملكت كڤد سسواتو يڠ لاين لاڬي، يڠ لاڬي-لاڬي منجادي اوبييك دري ڬايرح كيت.

ج كريشنامورتي
بوكو كهيدوڤن: كيليقاتن

Monday, December 30, 2013

Kekristenan di Indonesia 1



Kekristenan sudah ada di Indonesia dan menurut catatan ensiklopedia dicatat jelas keberadaannya pada abad ke-10 dan ke-11. Menurut sensus penduduk tahun 2010, sekitar 5,85% dari penduduk Indonesia adalah Protestan dan sekitar 3% beragama Katolik

Sejarah

Agama Kristen pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-7. Melalui gereja Assiria (Gereja Timur) yakni berdiri di dua tempat yakni, Pancur (Sekarang wilayah dari Deli Serdang) dan Barus (Sekarang wilayah dari: Tapanuli Tengah) di Sumatra (645 SM).
Sejarah kedatangan telah tercatat oleh ulama Syaikh Abu Salih al-Armini dalam bukunya dengan judul FIBA “Tadhakur Akhbar min al-Kana’is wa al-Adyar min Nawabin Mishri wa al-Iqta’aih” (Daftar berita pada gereja-gereja dan monastries di provinsi-provinsi Mesir dan sekitarnya). Daftar gereja-gereja dan monastries dari naskah asli dalam bahasa Arab dengan 114 halaman ini berisi berita tentang 707 gereja-gereja dan 181 monastries Kristen yang tersebar di sekitar Mesir, Nubia, Abysina, Afrika Barat, Spanyol, Arab dan India . Dalam bukunya (Abu Salih), tanah Indonesia masih dimasukkan dalam wilayah India (al-Hindah) 
Gereja Ortodoks adalah kelompok Kristen/Gereja pendatang yang menurut penelitian dari pakar-pakar sejarah dan arkeologi lama, pertama hadir dan datang ke Indoneia yang ditandai dengan/melalui kehadiran Gereja Nestorian yang merupakan corak gereja Asiria di daerah Fansur (Barus), di wilayah Mandailing, Sumatera Utara. Namun menurut A.J. Butler M.A., kata Fahsûr seharusnya ditulis Mansûr, yaitu sebuah negara pada jaman kuno yang terdapat di Barat Laut India, terletak di sekitar Sungai Indus. Mansur merupakan negara paling utama yang terkenal di antara orang-orang Arab dalam hal komoditas kamfer (al-kafur).
Protestanisme pertama kali diperkenalkan oleh Belanda pada abad keenam belas, sehingga terpengaruh pada ajaran Calvinisme dan Lutheran. Katolik Roma pertama tiba pada tahun 1511 di tanah Aceh, yaitu dari Ordo Karmel, dan 1534 di kepulauan Maluku melalui orang Portugis yang dikirim untuk eksplorasi. Fransiskus Xaverius, misionaris Katolik Roma dan pendiri Ordo Yesuit bekerja di kepulauan Maluku pada tahun 1546 sampai tahun 1547.
Pada 1960-an akibat anti-Komunis dan anti-Konfusianisme banyak Komunis dan Tionghoa diklaim sebagai orang Kristen, akan tetapi banyak bangsa Tionghoa yang akhirnya menerima agama Kristen dan sekarang mayoritas kalangan muda bangsa Tionghoa adalah umat Kristen. Kristen di Indonesia lebih bebas untuk menjalankan agama mereka dibandingkan dengan beberapa negara seperti RRC, Malaysia, dan beberapa negara Arab. Di provinsi Papua dan Sulawesi Utara, Protestan merupakan agama mayoritas. Jumlah populasi orang Kristen juga ditemukan di sekitar danau Toba di Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, pedalaman Tana Toraja, dan sebagian wilayah di provinsi Maluku. Walaupun Indonesia mayoritas beragama Muslim, para misionaris tetap bebas untuk menyebarkan agama Kristen di Indonesia. Dan banyak sekolah Kristen yang mengajarkan agama Kristen. Protestan di Indonesia terdiri dari berbagai denominasi, yaitu Huria Kristen Batak Protestan, Gereja Pentakosta, Gereja Tiberias Indonesia/Gereja Bethel Indonesia, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh , Gereja Yesus Sejati, Mennonit, Gereja Metodis, Gereja Baptis, Gereja Tabernakel Indonesia, Gereja Kristen Protestan Simalungun, Gereja Kristen Rejang dan denominasi lainnya.


Katolik



Kata Katolik berasal dari kata sifat bahasa Yunani, καθολικός (katholikos), artinya "universal". Dalam konteks eklesiologi Kristen, kata Katolik memiliki sejarah yang kaya sekaligus beberapa makna. Bagi sebagian pihak, istilah "Gereja Katolik" bermakna Gereja yang berada dalam persekutuan penuh dengan Uskup Roma, terdiri atas Ritus Latin dan 22 Gereja Katolik Timur; makna inilah yang umum dipahami di banyak negara. Bagi umat Protestan, "Gereja Katolik" atau yang sering diterjemahkan menjadi "Gereja Am" bermakna segenap orang yang percaya kepada Yesus Kristus di seluruh dunia dan sepanjang masa, tanpa memandang "denominasi". Umat Gereja Ortodoks Timur, Gereja Anglikan, Gereja Lutheran dan beberapa Gereja Metodis percaya bahwa Gereja-Gereja mereka adalah katolik, dalam arti merupakan kesinambungan dari Gereja universal mula-mula yang didirikan oleh para rasul. Baik Gereja Katolik Roma maupun Gereja Ortodoks percaya bahwa Gerejanya masing-masing adalah satu-satunya Gereja yang asli dan universal. Dalam "Kekristenan Katolik" (Termasuk Komuni Anglikan), para uskup dipandang sebagai pejabat tertinggi dalam agama Kristen, sebagai gembala-gembala keesaan dalam persekutuan dengan segenap Gereja dan dalam persekutuan satu sama lain. Katolik dianggap sebagai salah satu dari Empat Ciri Gereja. Ketiga ciri lainnya adalah Satu, Kudus, dan Apostolik, sesuai Kredo Nicea tahun 381: "Aku percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik."


Riwayat penggunaan kata "katolik" dalam Gereja

Ignatius dari Antiokhia

Sepucuk surat yang ditulis oleh Ignatius kepada umat Kristiani di Smyrna sekitar tahun 106 adalah bukti tertua yang masih ada mengenai penggunaan istilah Gereja Katolik (Surat kepada jemaat di Smyrna, 8). Gereja Katolik digunakan Ignatius untuk menyebut Gereja universal dalam persekutuan dengan Uskup Roma (Sri Paus). Kaum bidaah tertentu pada masa itu, yang menyangkal bahwa Yesus adalah insan jasmaniah yang benar-benar menderita sengsara dan wafat, dan justru berkata bahwa "dia hanya tampak seolah-olah menderita sengsara" (Surat kepada jemaat di Smyrna, 2), bukanlah umat Kristiani sejati dalam pandangan Ignatius. Istilah Gereja Katolik juga digunakan dalam Kemartiran Polikarpus pada 155, dan dalam Canon Muratorianus, sekitar 177.

St. Kiril dari Yerusalem

St. Kyril dari Yerusalem (sekitar 315-386) mengimbau orang-orang yang sedang menerima bimbingan iman Kristiani darinya demikian: "Jika kalian berada di dalam kota-kota, jangan hanya bertanya di manakah Rumah Tuhan (karena sekte-sekte profan lainnya juga berusaha menyebut tempat-tempat mereka sendiri Rumah-Rumah Tuhan), jangan juga hanya bertanya di manakah Gereja, tetapi bertanyalah di manakah Gereja Katolik. Karena inilah nama khusus dari Gereja yang Kudus ini, bunda kita semua, yang adalah mempelai dari Tuhan kita Yesus Kristus, Putera Tunggal Allah" (Materi-materi Katekisasi, XVIII, 26).

Theodosius I

Istilah Kristen Katolik termuat dalam undang-undang kekaisaran Romawi tatkala Theodosius I, Kaisar Romawi dari 379 sampai 395, mengkhususkan nama tersebut bagi para penganut "agama yang diajarkan kepada orang-orang Romawi oleh Rasul Petrus yang suci, karena agama itu telah terpelihara berkat tradisi yang kuat dan yang kini dianut oleh Pontif (Paus) Damasus dan oleh Petrus, Uskup Aleksandria ...sedangkan bagi orang-orang lain, karena menurut penilaian kami mereka adalah orang-orang gila yang bodoh, kami nyatakan bahwa mereka harus ditandai dengan sebutan nista sebagai kaum bidaah, dan tidak boleh menyebut tempat-tempat pertemuan mereka sebagai gereja-gereja." Undang-undang 27 Februari 380 ini termaktub dalam kitab 16 dari Codex Theodosianus.[7] Undang-undang ini mengukuhkan Kristianitas Katolik sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi.

Augustinus dari Hippo

Penggunaan istilah Katolik untuk membedakan Gereja "sejati" dari kelompok-kelompok bidaah juga dilakukan oleh Augustinus yang menulis demikian:
"Dalam Gereja Katolik, ada banyak hal lain yang layak membuat saya tetap berada dalam rahimnya. Kesepahaman orang-orang dan bangsa-bangsa membuat saya bertahan dalam Gereja; begitu pula otoritasnya, dikukuhkan oleh mukjizat-mukjizat, disuburkan oleh pengharapan, diperbesar oleh kasih, dan diperkokoh oleh usia. Suksesi para imam membuat saya bertahan, mulai dari tahta Rasul Petrus sendiri, yang kepadanya Tuhan, sesudah kebangkitanNya, memberi tugas untuk menggembalakan domba-dombaNya (Jn 21:15-19), turun sampai para uskup yang ada sekarang.
"Dan begitulah, akhirnya, dengan nama Katolik, yang, bukan tanpa alasan, di tengah-tengah begitu banyak bidaah, telah dipertahankan Gereja; sehingga, sekalipun semua kaum bidaah ingin disebut umat Katolik, namun bilamana ada orang asing yang bertanya di manakah Gereja katolik berhimpun, tidak satupun bidaah yang sanggup menunjuk kapel atau rumahnya sendiri.
"Sebanyak itulah jumlah dan makna ikatan-ikatan mulia yang dimiliki nama Kristiani itu yang menahan seorang beriman agar tetap dalam Gereja Katolik, sebagaimana yang seharusnya ... Dengan kamu, di mana tak ada satu pun hal-hal ini untuk memikat atau menahan saya... Tak seorangpun dapat melepaskan saya dari iman yang mengikat pikiran saya dengan ikatan-ikatan yang begitu banyak dan begitu kuat pada agama Kristiani... Di pihak saya, saya tidak percaya akan injil kecuali digerakkan oleh otoritas Gereja Katolik."
— St. Augustinus (354–430): Melawan Epistola kaum Manikeus yang disebut Fundamental, bab 4: Bukti-bukti iman Katolik. Sejarah singkat gereja Katolik Roma
Awalnya, jemaat Kristen berada di bawah kepemimpinan besar lima daerah, yaitu Yerusalem, Antiokia, Aleksandria, Konstantinopel, dan Roma. Uskup Roma dikenal oleh 5 daerah sebagai "yang pertama", permasalahan dengan doktrin dan prosedur banyak mengambil Roma sebagai masukan pendapat. Kursi Roma merupakan kursi dari suksesor Santo Petrus yang mendapat julukan "Pangeran Para Rasul" sebagai tanda persatuan Gereja
Perpecahan-perpecahan besar dalam struktur Gereja sebagai lembaga tercatat sebagai berikut:
Seluruh grup di atas kecuali Protestan masih menyebut persekutuan mereka sebagai Katolik. Dewasa ini, semakin banyak Gereja-Gereja Timur yang kembali ke dalam persekutuan penuh dengan Roma, namun dengan tetap mempertahankan tata cara beribadah mereka. Kelompok ini dikenal dengan sebutan Gereja Katolik ritus Timur.

Gereja Katolik Roma

Secara umum, sebutan Gereja Katolik merujuk pada Gereja Katolik Roma. Kata Roma diatributkan pada Gereja ini karena Gereja Katolik mengimani Paus yang berkedudukan di kota Roma, Italia sebagai kepala gereja yang kelihatan, wakil Yesus Kristus di bumi, yang merupakan kepala utama gereja yang tak kelihatan. Paus adalah penerus Petrus turun temurun yang tidak terputuskan. Menurut tradisi gereja, Petrus menjadi uskup Roma dan menjadi martir di sana. Gereja Katolik dengan penambahan kata Roma sendiri sebenarnya tidak pernah menjadi nama resmi yang digunakan oleh Gereja Katolik.

Sakramen

Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus Kristus menginstitusikan tujuh sakramen, tidak lebih dan tidak kurang, baik menurut Kitab Suci  maupun Tradisi Suci dan sejarah Gereja. Adapun sakramen yang diakui oleh Gereja Katolik Roma sebagai berikut:
Dalam ajaran Katolik, sakramen adalah berkat penyelamatan khusus yang oleh Yesus Kristus diwariskan kepada gereja. Santo Agustinus menyebut sakramen sebagai "tanda kelihatan dari rahmat Allah yang tidak kelihatan"Katolik di Indonesia
Penyebaran agama Katolik sudah dimulai sejak kedatangan Portugis di Indonesia yang dilakukan oleh beberapa misionaris pada abad ke-16 dan abad ke-17 di bagian timur seperti di Maluku dan Flores. Agama katolik baru memasuki tanah Jawa pada masa pemerintahan Herman Willem Daendels di Batavia awal abad-19 dengan didirikan gereja pertama di sana pada tahun 1807 dan disertai dengan diakuinya oleh Vatikan. Pada 2005, sekitar 3,05%–7.380.203 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, beragama Katolik






@wikipedia.ID


Wednesday, December 25, 2013

Apakah Yesus Lahir Pada 25 Desember?



1. Cara yang paling tepat untuk mengetahui kelahiran Yesus Kristus adalah dengan melihat pernyataan Alkitab tentang Zakharia, ayah Yohanes pembaptis. Bacalah Lukas 1:5, ayat ini memiliki arti yang sangat besar.
Lukas 1:5 Pada zaman Herodes, raja Yudea, adalah seorang imam yang bernama Zakharia dari rombongan Abia. Isterinya juga berasal dari keturunan Harun, namanya Elisabet.

2. Kita mengetahui dari injil Lukas bahwa Maria segera mengunjungi Elizabet saudara sepupunya setelah Maria baru saja mengandung Yesus. Pada saat itu kandungan Elizabeth berumur enam bulan sudah (ayat 36- 41).
Lukas 1:36-41
36 ==> Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 ==> Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38 ==> Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.
39 ==> Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda.
40 ==> Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet.
41 ==> Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus
Jadi dengan mengetahui bahwa usia Yohanes Pembaptis itu lebih tua enam bulan dari Yesus, maka amatlah mudah bagi kita untuk melacak dengan tepat kelahiran Yesus. Dan pada pembicaraan ini "kelompok Abia" menjadi penting.

3. Sekitar 1000 tahun sebelumnya, pada saat Daud, jumlah para imam di Israel tumbuh dengan cukup pesat. Daud karenanya membagi mereka ke dalam 24 bagian atau kelompok. Yang mana masing–masing kelompok akan mendapat giliran mereka masing–masing dalam melayani di bait Allah. (1 Taw 24; 23:6; 28:13). 1 Tawarikh 23:6 Juga Daud membagi-bagi mereka dalam rombongan menurut anak-anak Lewi, yakni Gerson, Kehat dan Merari. 1 Tawarikh 28:13 mengenai rombongan-rombongan para imam dan para orang Lewi dan mengenai segala pekerjaan untuk ibadah di rumah TUHAN dan segala perkakas untuk ibadah di rumah TUHAN.

4. Berdasarkan kitab Talmud, semua imam melayani di Yerusalem selama tiga masa raya -– Paskah, Pentakosta, dan Pondok Daun (Imamat 13; Ulangan 16). Sedangkan saat yang lain mereka akan bergantian melayani yang mana tiap kelompok akan melayani selama seminggu. Pergiliran ini dimulai pada saat Sabat pertama di bulan Nisan atau Abib –- bulan pertama dalam kalendar Yahudi. Mereka bergantian dari Sabat ke Sabat.

5. Karena semua kelompok bekerja selama minggu Paskah, maka hal ini berarti bahwa kelompok Abia – urutan ke delapan (1 Taw 24:10) akan bertugas pada permulaan minggu kesembilan. Dan ketika pergiliran ini selesai, minggu Pentakosta baru dimulai –- jadi kelompok Abia akan tetap tinggal untuk minggu yang kesepuluh juga. Lukas 1 menceritakan bahwa Yohanes dikandung segera setelah ayahnya pulang dari melayani di bait Allah. (ayat 23-24). Hal ini terjadi pada pertengahan bulan Sivan, bulan ketiga pada kalender Yahudi. Karenanya, kandungannya akan terbuka sekitar musim semi tahun berikutnya. Karena Yesus akan lahir sekitar enam bulan setelah Yohanes, maka Ia pasti dilahirkan sekitar musim gugur. Setiap musim berlangsung selama tiga bulan.

6. Hal di atas sangat nyata ketika Lukas menggambarkan keadaan sekeliling kelahiran Yesus. Lukas 2:8. Segera sesudah masa panen musim gugur dan masa raya Pondok Daud, di bulan Oktober, musim hujan Yudea mulai datang. Dan di bulan November –- ketika cuaca mulai dingin, ternak akan dimasukkan dari dinginnya musim dingin. Sehingga di bulan Desember ternak–ternak itu tidaklah akan keluar di padang di malam hari bersama dengan para gembala mereka.

7. Bukti kuat lain adalah perginya Yusuf dan Maria ke Bethlehem pada saat sensus (Lukas 2:1-4). Dalam keadaan normalnya, hal ini dilakukan pada saat setelah panen, yang mana hal ini menandakan musim gugur. Jadi jelas Yesus tidak lahir di 25 Desember. Apakah yang ada di balik cabang daun "Mistletoe"?
Cabang Mistletoe adalah cabang pohon yang digunakan oleh manusia dalam perayaan Natal dengan cara ketika dua orang manusia berada di bawah cabang daun ini mereka harus berciuman. Sesungguhnya, Nimrodlah yang disimbolkan dalam cabang daun ini yang sesungguhnya mengadaptasi konteks Yesus yang adalah "cabang anggur Allah". Nimrod disebut kayu Yule yang mati yang harus dibakar pada malam Natal dan akhirnya muncul sebagai pohon Natal sebagai "cabang Allah" yang juga dirayakan di Mesir "dengan pohon palem" dan Roma.

Darimanakah Gereja Roma mendapatkan tanggal 25 Desember?
Dari kebudayaan berhala kuno yang cukup berpengaruh di kekaisaran Roma. Perayaan ini terfokus pada perayaan lahirnya anak dari "ratu sorga" Babilonia pada tanggal 25 Desember setelah melalui masa kehamilan selama sembilan bulan yang dimulai pada tanggal 25 Maret yang dikenal sebagai "Hari Bunda".

Bagaimanakah proses masuknya "Natal" ke dalam "kekristenan dunia"?
Bangsa-bangsa yang asing dengan Sabat dan masa-masa raya Alkitab akhirnya secara perlahan-lahan dan pasti mulai mengadopsi perayaan berhala ini untuk menyembah dewa yang sesungguhnya masih sama, yaitu dewa Matahari ke dalam ibadah kekristenan dunia.
Penyembahan kepada dewa Matahari Yule Soltice atau Saturnalia (yang dipandang sebagai sang juru selamat) disamarkan dengan penyembahan yang menggunakan nama "Yesus Kristus".

Yule memiliki arti "bayi" sehingga Yule's day adalah "hari bayi". Hari raya ini dirayakan dengan penganan yang disebut "Penganan Bayi" atau "Roti Nur" yang mana kebudayaan ini juga dapat ditemui di dalam Skotlandia dan Skandinavia.




@http://natal.sabda.org/


Tuesday, December 24, 2013

Hai Dunia, Gembiralah (KJ 119)



Hai dunia, gembiralah dan sambut Rajamu!
Dihatimu terimalah! Bersama bersyukur,
Bersama bersyukur, Bersama sama bersyukur!
Hai dunia, elukanlah Rajamu, Penebus!
Hai bumi, laut, gunung lembah, bersoraklah terus,
Bersoraklah terus, bersorak-soraklah terus!
Janganlah dosa menetap di ladang dunia,
Sejahtera penuh berkat berlimpah s''lamanya,
Berlimpah s''lamanya, berlimpah-limpah s''lamanya.

Dialah Raja semesta, besar dan mulia.
Masyhurkanlah, hai dunia, besar anug''rahNya,
Besar anug''rahNya, besar besar anug''rahNya.

Malam Kudus (KJ-092)



Malam kudus, sunyi senyap; dunia terlelap.
Hanya dua berjaga terus ayah bunda mesra dan kudus;
Anak tidur tenang, Anak tidur tenang.
Malam kudus, sunyi senyap. Kabar Baik menggegap;
bala sorga menyanyikannya, kaum gembala menyaksikannya:
"Lahir Raja Syalom, lahir Raja Syalom!"

Malam kudus, sunyi senyap. Kurnia dan berkat
tercermin bagi kami terus di wajahMu, ya Anak kudus,
cinta kasih kekal, cinta kasih kekal.



Sejarah Lagu Malam Kudus



Kita tentu akan merasa sesuatu yang kurang kalau ada perayaan Natal tanpa menyanyikan "Malam Kudus", bukan?
Terjemahan-terjemahan lagu Natal kesayangan itu sedikit berbeda satu dari yang lainnya, namun semuanya hampir serupa. Hal itu berlaku juga dalam bahasa-bahasa asing. Lagu itu begitu sederhana, sehingga tidak perlu ada banyak selisih pendapat atau perbedaan kata dalam menterjemahkannya.
"Malam Kudus" sungguh merupakan lagu pilihan, karena dinyanyikan dan dikasihi di seluruh dunia. Bahkan musikus ternama rela memasukkannya pada acara konser dan piringan hitam mereka. Anehnya, nyanyian yang terkenal di seluruh dunia itu sesungguhnya berasal dari sebuah desa kecil di daerah pegunungan negeri Austria.
Inilah ceritanya....
ORGEL YANG RUSAK
Orgel di gereja desa Oberndorf sedang rusak. Tikus-tikus sudah mengunyah banyak bagian dalam dari orgel itu. Seorang tukang orgel telah dipanggil dari tempat lain. Tetapi menjelang Hari Natal tahun 1818, orgel itu masih belum selesai diperbaiki. Sandiwara Natal terpaksa dipindahkan dari gedung gereja, karena bagian-bagian orgel yang sedang dibetulkan itu masih berserakan di lantai ruang kebaktian. Tentu tidak ada seorang pun yang mau kehilangan kesempatan melihat sandiwara Natal. Pertunjukan itu akan dipentaskan oleh beberapa pemain kenamaan yang biasa mengadakan tour keliling. Drama Natal sudah menjadi tradisi di desa itu, sama seperti di desa-desa lainnya di negeri Austria. Untunglah, seorang pemilik kapal yang kaya raya mempunyai rumah besar di desa itu. Ia mengundang para anggota gereja untuk menyaksikan sandiwara Natal itu di rumahnya. Tentu saja Josef Mohr, pendeta pembantu dari gereja itu, diundang pula. Pada malam tanggal 23 Desember, ia turut menyaksikan pertunjukan di rumah orang kaya itu. Sesudah drama Natal itu selesai, Pendeta Mohr tidak terus pulang. Ia mendaki sebuah bukit kecil yang berdekatan. Dari puncaknya ia memandang jauh ke bawah, dan melihat desa di lembah yang disinari cahaya bintang yang gemerlapan.
Sungguh malam itu indah sekali.... malam yang kudus....malam yang sunyi....
HADIAH NATAL YANG ISTIMEWA
Pendeta Mohr baru sampai ke rumah tengah malam. Tetapi ia belum juga siap tidur. Ia menyalakan lilin, lalu mulai menulis sebuah syair tentang apa yang telah dilihatnya dan dirasakannya pada malam itu. Keesokan harinya pendeta muda itu pergi ke rumah temannya. Franz Gruber, yang masih muda, adalah kepala sekolah di desa Arnsdorf, yang terletak tiga kilometer jauhnya dari Oberndorf. Ia pun merangkap pemimpin musik di gereja yang dilayani oleh Josef Mohr. Pendeta Mohr lalu memberikan sehelai kertas lipatan kepada kawannya. "Inilah hadiah Natal untukmu," katanya, "sebuah syair yang baru saja saya karang tadi malam." "Terima kasih, pendeta!" balas Franz Gruber. Setelah mereka berdua diam sejenak, pendeta muda itu bertanya: "Mungkin engkau dapat membuat lagunya, ya? " Franz Gruber senang atas saran itu. Segera ia mulai bekerja dengan syair hasil karya Josef Mohr. Pada sore harinya, tukang orgel itu sudah cukup membersihkan ruang kebaktian sehingga gedung gereja dapat dipakai lagi. Tetapi orgel itu sendiri masih belum dapat digunakan. Penduduk desa berkumpul untuk merayakan malam Natal. Dengan keheranan mereka menerima pengumuman, bahwa termasuk pada acara malam itu ada sebuah lagu Natal yang baru. Franz Gruber sudah membuat aransemen khusus dari lagu ciptaannya -- untuk dua suara, diiringi oleh gitar dan koor. Mulailah dia memetik senar pada gitar yang tergantung di pundaknya dengan tali hijau. Lalu ia membawakan suara bas, sedangkan Josef Mohr menya- nyikan suara tenor. Paduan suara gereja bergabung dengan duet itu pada saat-saat yang telah ditentukan.
Dan untuk pertama kalinya lagu "Malam Kudus" diperdengarkan.
BAGAIMANA TERSEBAR
Tukang orgel turut hadir dalam kebaktian Malam Natal itu. Ia senang sekali mendengarkan lagu Natal yang baru. Mulailah dia bersenandung, mengingat not-not melodi itu dan mengulang- ulangi kata-katanya. "Malam Kudus" masih tetap bergema dalam ingatannya pada saat ia selesai memperbaiki orgel Oderndorf, lalu pulang. Sekarang masuklah beberapa tokoh baru dalam ceritanya, yaitu: Strasser bersaudara. Keempat gadis Strasser itu adalah anak-anak seorang pembuat sarung tangan. Mereka berbakat luar biasa di bidang musik. Sewaktu masih kecil, keempat gadis cilik itu suka menyanyi di pasar, sedangkan ayah mereka menjual sarung tangan buatannya. Banyak orang mulai memperhatikan mereka, dan bahkan memberi uang atas nyanyiannya. Demikian kecilnya permulaan karier keempat gadis Strasser itu, hanya sekedar menyanyi di pasar. Tetapi mereka cepat menjadi tenar. Mereka sempat berkeliling ke banyak kota. Yang terutama mereka tonjolkan ialah lagu-lagu rakyat dari tanah air mereka, yakni dari daerah pegunungan negeri Austria. Tukang orgel tadi mampir ke rumah keempat Strasser bersaudara. Kepada mereka ia nyanyi- kan lagu Natal yang baru saja dipelajarinya dari kedua penciptanya di gereja desa itu. Salah seorang penyanyi wanita menuliskan kata-kata dan not-not yang mereka dengarkan dari tukang orgel teman mereka. Dengan berbuat demikian mereka pun dapat menghafalkannya. Keempat wanita itu senang menambahkan "Malam Kudus" pada acara mereka. Makin lama makin bayak orang yang mendengarnya, sehingga lagu Natal itu mulai dibawa ke negeri-negeri lain pula. Pernah seorang pemimpin konser terkenal mengundang keempat kakak-beradik dari keluarga Strasser itu untuk menghadiri konsernya. Sebagai atraksi penutup acara yang tak diumumkan sebelumnya, ia pun memanggil keempat wanita itu untuk maju ke depan dan menyanyi. Antara lain, mereka menyanyikan "Malam Kudus," yang oleh mereka diberi judul "Lagu dari Surga." Raja dan ratu daerah Saksen menghadiri konser itu. Mereka mengundang rombongan penyanyi Strasser itu untuk datang ke istana pada Malam Natal. Tentu di sanapun mereka mem- bawakan lagu "Malam Kudus."
RAHASIA ASAL USULNYA
Lagu Natal yang indah itu umumnya dikenal hanya sebagai "lagu rakyat"saja. Tetapi sang raja ingin tahu siapakah pengarangnya. Pemimpin musik di istana, yaitu komponis besar Felix Mandelssohn juga tidak tahu tentang asal usul lagu natal itu. Sang raja mengirim seorang utusan khusus untuk menyelidiki rahasia itu. Utusannya hampir saja pulang dengan tangan kosong. Lalu secara kebetulan ia mendengarkan seekor burung piaraan yang sedang bersiul. Lagu siulannya tak lain ialah "Malam Kudus"! Setelah utusan raja tahu bahwa burung itu dulu dibawa oleh seseorang dalam perjalanannya dari daerah pegunungan Austria, maka pergilah dia ke sana serta menyelidiki lebih jauh. Mula- mula ia menyangka bahwa barangkali ia akan menemukan lagu itu dalam naskah-naskah karangan Johann Michael Haydn, seorang komponis bangsa Austria yang terkenal. Tetapi sia-sia semua penelitiannya. Akan tetapi usaha utusan raja itu telah menimbulkan rasa ingin tahu pada penduduk setempat. Seorang pemimpin koor anak-anak merasa bahwa salah seorang muridnya mungkin, pernah melatih burung yang pandai mengkidungkan "Malam Kudus" itu. Maka ia menyembunyikan diri sambil bersiul meniru suara burung tersebut. Segera muncullah seorang anak laki-laki, mencari burung piarannya yang sudah lama lolos. Ternyata anak itu bernama Felix Gruber. Dan lagu yang sudah termasyur itu, yang dulu diajarkan kepada burung piaraannya, ditulis asli oleh ayahnya sendiri! Demikianlah seorang bocah dan seekor burung turut mengambil peranan dalam menyatakan kepada dunia luar, siapakah sebenarnya yang mengarang "Lagu Natal dari Desa di Gunung" itu.
TANDA PENGENAL ORANG KRISTEN
Setelah satu abad lebih, "Malam Kudus" sesungguhnya menjadi milik bersama seluruh umat menusia. Bahkan lagu Natal itu pernah dipakai secara luar biasa, untuk menciptakan hubungan persahabatan antara orang- orang Kristen dari dua bangsa yang sangat berbeda bahasa dan latar belakangnya:
Pada waktu Natal tahun 1943, seluruh daerah Lautan Pasifik diliputi oleh Perang Dunia Kedua. Beberapa minggu setelah Hari Natal itu, sebuah pesawat terbang Amerika Serikat meng- alami kerusakan yang hebat dalam peperangan, sehingga jatuh ke dalam samudra di dekat salah satu pulau Indonesia. Kelima orang awak kapal itu, yang luka-luka semua, terapung-apung pada pecahan-pecahan kapalnya yang sudah tenggelam. Lalu nampak pada mereka beberapa perahu yang makin mendekat. Orang-orang yang asing bagi mereka mendayung dengan cepatnya dan menolong mereka masuk ke dalam perahu-perahu itu. Penerbang-penerbang bangsa Amerika itu ragu-ragu dan curiga, Apakah orang-orang ini masih di bawah kuasa Jepang, musuh mereka? Apakah orang-orang ini belum beradab, dan hanya menarik mereka dari laut untuk memperlakukan mereka secara kejam? Segala macam kekuatiran terkilas pada pikiran mereka, karena mereka sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa para pendayung berkulit coklat itu. Sebaliknya, orang-orang tersebut sama sekali tak dapat berbicara dalam bahasa Inggris. Rupa-rupanya tiada jalan untuk mengetahui dengan pasti, apakah tentara angkatan udara itu telah jatuh ke dalam tangan kawan atau lawan. Akhirnya, sesudah semua perahu itu mendarat di pantai, salah seorang penduduk pulau itu mulai menyanyikan "Malam Kudus." Kata-kata dalam bahasa Indonesia itu masih asing bagi para penerbang yang capai dan curiga. Tetapi lagunya segera mereka kenali. Dengan tersenyum tanda perasaan lega, turutlah mereka menyanyi dalam bahasa mereka sendiri. Insaflah mereka sekarang bahwa mereka sudah jatuh ke tangan orang-orang Kristen sesama- nya, yang akan melindungi dan merawat mereka.
LAGU DUNIAWI DAN SURGAWI
Bagaimana dengan sisa hidup kedua orang yang mula-mula menciptakan lagu "Malam Kudus"?
Josef Mohr hidup dari tahun 1792 sampai tahun 1848. Franz Gruber hidup dari tahun 1787 sampai tahun 1863. Kedua orang itu terus melayani Tuhan bertahun-tahun lamanya dengan ber- bagai-bagai cara. Namun sejauh pengetahuan orang, mereka tidak pernah menulis apa-apa lagi yang luar biasa. Nama-nama mereka pasti sudah dilupakan oleh dunia sekarang.....kecuali satu kejadian, yaitu: Pada masa muda mereka pernah bekerja sama untuk menghasilkan sebuah lagu pilihan.
Gereja kecil di desa Oberndorf itu dilanda banjir pegunungan pada tahun 1899, sehingga hancur luluh. Sebuah gedung gereja yang baru sudah dibangun di sana. Di sebelah dalamnya ada pahatan dari marmer dan perunggu sebagai peringatan lagu "Malam Kudus." Pahatan itu menggambarkan Pendeta Mohr, seakan-akan ia sedang bersandar di jendela, me- lihat keluar dari rumah Tuhan di surga. Tangannya ditaruh di telinga. Ia tersenyum sambil mendengar suara anak-anak di bumi yang sedang menyanyikan lagu Natal karangannya. Di belakang- nya berdiri Franz Gruber, yang juga tersenyum sambil memetik gitarnya. Sungguh tepat sekali kiasan dalam pahatan itu! Seolah-olah seisi dunia, juga seisi surga, turut menyanyikan "Lagu Natal dari Desa di Gunung."




Sumber :
Buku "Riwayat Lagu Pilihan dari Nyanyian Pujian" (Jilid I),
oleh H.L. Cermat,

Dua Puluh Lima Desember



Memasuki bulan Desember, segenap orang Kristen dan gereja sibuk mempersiapkan diri untuk memperingati hari Natal. Sejauh manakah kita mengenal akan tanggal yang selalu diperingati sebagai hari Natal itu?
Tahun Kelahiran Yesus
Kita dan penanggalan internasional setiap tahun selalu menempatkan hari Natal pada tanggal 25 bulan Desember, dan menceritakan kepada anak Sekolah Minggu kita itulah tanggal kelahiran Yesus. Sebagian orang (termasuk salah satu media massa yang terbit di Jakarta baru- baru ini), dengan pemikiran kalau dalam bahasa Inggris ada sebutan ‘Before Christ (B.C.)’ atau ‘Sebelum Masehi (S.M.)’ untuk menyebut tahun-tahun sebelum kelahiran Yesus dan ‘Anno Domini (A.D.)’ atau ‘Masehi (M)’ untuk tahun sesudahnya, maka mereka menganggap Yesus lahir tepat pada tahun 0 Masehi. Padahal sebenarnya tahun 0 Sebelum Masehi dan/atau tahun 0 Masehi itu tidak pernah ada. Jadi kalau begitu, tahun berapakah Yesus lahir? Sebagian orang yang lain berpegang bahwa tahun 4 Sebelum Masehi adalah tahun kelahiran Yesus. Mengapa bisa begitu? Bukankah digunakannya tahun ‘Masehi’ adalah untuk memisahkan tahun sebelum dan sesudah kelahiran Yesus?
Menurut catatan Flavius Josephus, seorang ahli sejarah yang hidup pada tahun 37-100 Masehi (jadi tidak terlalu jauh dari masa kehidupan Yesus), dapat diketahui bahwa Herodes yang disebutkan dalam Matius 2:1 “………. pada jaman Raja Herodes ……” adalah Herodes Agung, yang hidup dari tahun 73-4 Sebelum Masehi. Raja Herodes inilah yang menyebabkan Yesus diungsikan ke Mesir. Baru setelah kematiannya, Yesus kembali dari pengungsian (lihat Matius 2:19-20). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, bahwa Yesus dilahirkan sekurang- kurangnya beberapa tahun atau bulan sebelum 4 S.M. Dan menurut dugaan yang lazim, kelahiran Yesus adalah antara tahun 8 dan tahun 5 s.M.
Benarkah Yesus Lahir Tahun 5 s.M.?
Pada jaman itu, tahun dalam kekaisaran Romawi dihitung dari tahun berdirinya kota Roma. Tahun Romawi disebut AUC, singkatan dari Ab Urbe Condita, yang berarti ‘sejak berdirinya kota’. Kemudian pada abad ke-6, atas perintah Kaisar Justinian, seorang rahib bernama Dionisius Exigius membuat kalender baru. Ia mengganti perhitungan tahun Romawi dengan tahun Masehi, yang dimulai dari kelahiran Yesus. Tetapi di kemudian hari barulah diketahui bahwa ia membuat kekeliruan hitung. Ia menempatkan kelahiran Yesus pada tahun 753 AUC, padahal seharusnya pada tahun 749 atau 747 AUC. Kekeliruan ini sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Dan sampai sekarang kita pun sudah terlanjur menggunakan tahun hasil perhitungan Dionisius itu, yang sebetulnya empat atau lima tahun terlambat dari kenyataan kelahiran Yesus.
Lalu Bagaimana dengan Bulan Kelahiran-Nya?
Apabila kita melihat di peta, maka kita akan menemukan bahwa Israel terletak di sebelah utara garis khatulistiwa, hampir sejajar dengan Jepang, yang berarti bulan Desember adalah musim dingin. Bagaimana dengan catatan Injil yang menjelaskan tentang para gembala pada malam kelahiran Yesus dalam Lukas 2:8 “….gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”? Hal ini menunjukkan bahwa kelahiran Yesus pasti bukanlah pada bulan Desember.
Seseorang bernama Klemens dari Alexandria membuat perhitungan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon, yaitu tanggal 20 Mei. Tetapi itu pun bukan merupakan suatu kepastian.
Mengapa Kita Tidak Punya Tanggal Kelahiran Yesus yang Pasti?
Pada jaman itu, merayakan ulang tahun hanyalah kelaziman orang kafir. Satu-satunya ulang tahun yang kita baca di Perjanjian Baru adalah ulang tahun Herodes Antipas (lihat Matius 14:6). Dan gereja pada jaman itu tidak merayakan kelahiran Yesus melainkan kebangkitan-Nya. Baru sekitar abad ke-3, umat Kristen di Mesir mulai merayakan Natal. Tanggal yang digunakan adalah 6 Januari, bertepatan dengan suatu hari raya umum.
Gereja di Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, dan tanggal yang dipilih adalah 25 Desember. Pemilihan tanggal tersebut adalah untuk memberi isi yang baru kepada perayaan kafir yang menyambut kembalinya matahari ke belahan bumi bagian utara. Tidak lama kemudian kebiasaan merayakan Natal pada tanggal 25 Desember itu pun ditiru oleh gereja-gereja di tempat lain. Dan hingga sekarang, Natal dirayakan setiap tanggal 25 Desember oleh hampir semua gereja.
Anak Sekolah Minggu yang kritis mungkin akan bertanya: Jika demikian kenapa kita tidak menghitung ulang atau mengikuti perhitungan Klemens, yaitu merayakan Natal pada tanggal 20 Mei saja?
Dengan segala kerendahhatian dan tidak ada maksud untuk menggurui, berikut adalah beberapa hal yang saya bisa bagikan dan barangkali bisa dijadikan contoh jawaban atas pertanyaan semacam itu:
1. Perhitungan Klemens menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada tanggal 20 Mei, namun itu pun belum pasti benar. Kenapa kita harus menggunakan tanggal yang kebenarannyapun masih diragukan?
2. Secara umum, sudah berlangsung selama berabad-abad, Natal dirayakan pada bulan Desember, tepatnya pada tanggal 25 Desember, kenapa kita harus menetapkan tanggal perayaan sendiri, yang lain daripada yang lain?
3. Kekeliruan perhitungan ini pastilah ada campur tangan dan atas ijin Allah, karena hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak mengijinkan orang untuk lebih mengutamakan atau lebih tepatnya mengkeramatkan tanggal tertentu lebih daripada yang lain; yang akhirnya justru akan melupakan bahwa rahmat, kasih dan anugerah-Nya selalu baru dan terlimpah setiap hari. Sebagai perbandingan kita dapat melihat bahwa peringatan akan Kematian Kristus atau Paskah, bukan ditentukan oleh tanggal tertentu tetapi oleh hari.
Atau perhitungan satu hari yang kita pakai sekarang, yaitu pagi- malam, yang berubah dari catatan perhitungan satu hari yang Allah berikan (lihat Kejadian 1:5, 8, 13, dst “… jadilah petang, jadilah pagi, itulah hari ….”)
4. Bukankah kenyataannya selama ini juga sudah berlangsung, bahwa banyak gereja yang melaksanakan perayaan Natal tidak tepat pada tanggal 25 Desember?
5. Kesalahan tanggal dalam merayakan hari Natal, tidak akan berpengaruh terhadap iman kepercayaan dan keselamatan kita.
Yang lebih utama dan terutama harus dipikirkan, ditekankan dan diajarkan dalam perayaan Natal adalah hadiah atau komitmen apa yang akan kita berikan sebagai persembahan kepada Kristus, pada saat kita memperingati hari kelahiran-Nya?
Jadi sekarang kreatifitas guru dan waktu (usia) yang tepat diperlukan untuk mengajarkan hal ini kepada anak-anak Sekolah Minggu, agar tidak membuat mereka justru menjadi bingung dan akhirnya kehilangan arti/makna yang sesungguhnya dari inkarnasi Kristus ke dunia ini.



@http://natal.sabda.org/


Diambil dari berbagai sumber Penulis: Robby Indarjono Nama Situs: Pemuda Kristen.com Alamat URL: http://www.pemudakristen.com/artikel/rohani_umum.php

Thursday, December 19, 2013

Ini pendapat Gus Dur soal perayaan Natal




Sekarang sedang ribut berita soal ucapan selamat natal dari seorang muslim kepada umat Kristen yang diharamkan oleh ulama Aceh. Alasannya, perayaan Natal merupakan ritual keagamaan non-Muslim yang tidak dibenarkan bagi umat Islam untuk mengikutinya.

"Haram juga ucapan Natal, jangankan ikut mengucapkan, menyerupai saja dengan yang bukan budaya Islam sudah haram, apa lagi ikut terlibat dengan mengucapkannya," kata ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Banda Aceh, Abdul Karim Syeikh, Sabtu (14/12) saat dihubungi merdeka.com.

Sejak dulu sebenarnya masalah seperti ini sudah menjadi polemik di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Ada sebagian yang menilai haram, ada juga yang tidak. Nah, untuk memperkaya referensi, ada baiknya anda tahu bagaimana pendapat Gus Dur soal masalah ini.

Gus Dur pernah menulis artikel di Koran Suara Pembaruan pada 20 Desember 2003 berjudul: Harlah, Natal dan Maulid. Menurut Gus Dur , kata Natal yang menurut arti bahasa sama dengan kata harlah (hari kelahiran), hanya dipakai untuk Nabi Isa al-Masih belaka. Jadi ia mempunyai arti khusus, lain dari yang digunakan secara umum -seperti dalam bidang kedokteran ada istilah perawatan pre-natal yang berarti "perawatan sebelum kelahiran".

Dengan demikian, maksud istilah 'Natal' adalah saat Isa Al-Masih dilahirkan ke dunia oleh 'perawan suci' Maryam. Karena itulah ia memiliki arti tersendiri, yaitu saat kelahiran anak manusia bernama Yesus Kristus untuk menebus dosa manusia.

Sedangkan Maulid, Gus Dur menjelaskan, adalah saat kelahiran Nabi Muhammad Saw. Pertama kali dirayakan kaum Muslimin atas perintah Sultan Shalahuddin al-Ayyubi atau dalam dunia barat dikenal sebagai Saladin, dari Dinasti Mamalik yang berkebangsaan Kurdi. Tujuannya untuk mengobarkan semangat kaum Muslimin, agar menang dalam perang Salib (crusade).

Dia memerintahkan membuat peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad, enam abad setelah Rasulullah wafat. Peristiwa Maulid itu hingga kini masih dirayakan dalam berbagai bentuk, walaupun Dinasti Sa'ud melarangnya di Saudi Arabia. Karya-karya tertulis berbahasa Arab banyak ditulis dalam puisi dan prosa untuk menyambut kelahiran Nabi Muhammad itu.

Dengan demikian, Gus Dur melanjutkan, dua kata (Natal dan Maulid) mempunyai makna khusus, dan tidak bisa disamakan. Dalam bahasa teori Hukum Islam (fiqh) kata Maulid dan Natal adalah "kata yang lebih sempit maksudnya, dari apa yang diucapkan" (yuqlaqu al'am wa yuradu bihi al-khash). Penyebabnya adalah asal-usul istilah tersebut dalam sejarah perkembangan manusia yang beragam. Artinya jelas, Natal dipakai orang-orang Kristiani, sedangkan maulid dipakai orang-orang Islam.

Menurut Gus Dur , Natal dalam kitab suci Alquran disebut sebagai "yauma wulida" (hari kelahiran, yang secara historis oleh para ahli tafsir dijelaskan sebagai hari kelahiran Nabi Isa, seperti terkutip: "kedamaian atas orang yang dilahirkan (hari ini)" (salamun yauma wulid) yang dapat dipakaikan pada beliau atau kepada Nabi Daud. Sebaliknya, firman Allah dalam surat al-Maryam: "Kedamaian atas diriku pada hari kelahiranku" (al-salamu 'alaiyya yauma wulidtu), jelas-jelas menunjuk kepada ucapan Nabi Isa.

Bahwa kemudian Nabi Isa 'dijadikan' Anak Tuhan oleh umat Kristiani, adalah masalah lain lagi. Artinya, secara tidak langsung Natal memang diakui oleh kitab suci al-Qur'an, juga sebagai kata penunjuk hari kelahiran beliau, yang harus dihormati oleh umat Islam juga. Bahwa, hari kelahiran itu memang harus dirayakan dalam bentuk berbeda, atau dalam bentuk yang sama tetapi dengan maksud berbeda, adalah hal yang tidak perlu dipersoalkan.

"Jika penulis ( Gus Dur ) merayakan Natal adalah penghormatan untuk beliau (Isa) dalam pengertian yang penulis yakini, sebagai Nabi Allah SWT."

Dengan demikian, Gus Dur melanjutkan, "menjadi kemerdekaan bagi kaum Muslimin untuk turut menghormati hari kelahiran Nabi Isa, yang sekarang disebut hari Natal. Mereka bebas merayakannya atau tidak, karena itu sesuatu yang dibolehkan oleh agama. Penulis ( Gus Dur ) menghormatinya, kalau perlu dengan turut bersama kaum Kristiani merayakannya bersama-sama."

Dalam litelatur fiqih, Gus Dur mengimbuhkan, jika seorang muslim duduk bersama-sama dengan orang lain yang sedang melaksanakan peribadatan mereka, seorang Muslim diperkenankan turut serta duduk dengan mereka asalkan ia tidak turut dalam ritual kebaktian. Namun hal ini masih merupakan ganjalan bagi kaum muslimin pada umumnya, karena kekhawatiran mereka akan dianggap turut berkebaktian yang sama.

"Karena itulah, kaum Muslimin biasanya menunggu di sebuah ruangan, sedangkan ritual kebaktian dilaksanakan di ruang lain. Jika telah selesai, baru kaum Muslimin duduk bercampur dengan mereka untuk menghormati kelahiran Isa al-Masih."





@ http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-pendapat-gus-dur-soal-perayaan-natal.html



Wednesday, December 18, 2013

Masjid dan Gereja ini Satu Halaman di Solo

Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah


Web nu.or.id hari ini (19/7) melaporkan hasil liputan mengenai dua bangunan ibadah Masjid dan Gereja yang memiliki satu halaman. Kedua rumah ibadah itu terletak di Jl. Gatot Subroto No 222, Solo, Jawa Tengah, tidak tersekat tembok kokoh, apalagi pagar tinggi. Satu-satunya pemisah bangunan tersebut hanya tugu lilin tua yang merupakan simbol perdamaian kerukunan umat beragama.
Menurut nu.or.id, hidup berdampingan dalam perbedaan, tapi tanpa perselisihan, adalah impian semua umat dan hal itu tampak di Kota Solo pada Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan dan Masjid Al-Hikmah yang memiliki halaman bersama.
Menurut salah satu jamaah masjid, Sujadi mengatakan "Kita merasa bangga, bisa hidup bersama meski dengan keyakinan berbeda," jelasnya ketika ditemui pada Rabu (18/7).
Menurut Pendeta Nunung Istiningdya, GKJ Joyodiningratan didirikan tahun 1939, sementara mushala Al-Hikmah yang saat ini sudah berubah menjadi masjid didirikan tahun 1947. Suasana kondusif yang terjalin selama ini, kata Nunung, lantaran selalu terjalinnya komunikasi di antara pengurus kedua tempat beribadah itu.
"Selama puluhan tahun kami tak pernah ada konflik. Sebagai tanda kerukunan, kami mendirikan sebuah tugu lilin di antara bangunan gereja dan masjid," katanya.
Kerukunan antardua jemaah beda agama ini tidak hanya terlihat pada kegiatan ibadah sehari-hari. Saat perayaan hari besar misalnya, mereka akan saling membantu dan mengamankan kegiatan peringatan hari besar tersebut.
Pernyataan Nunung juga dibenarkan oleh Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Natsir Abu Bakar. Menurutnya, sebagai pengurus masjid pihaknya selalu berkomunikasi dengan gereja.
"Kami selalu berkomunikasi, apa pun yang dilakukan harus selalu rukun," terangnya.
Karena harmonisasi yang baik ini, tak jarang dua rumah ibadah tersebut menjadi rujukan pemuka agama seluruh dunia. Ada yang datang dari Singapura, Malaysia, Belanda, Jerman, Inggris, Italia, Spanyol, juga dari Filipina, Jepang, dan Vietnam.

Berdasarkan buku tamu gereja maupun buku tamu masjid, terlihat siapa saja yang pernah berkunjung. Kedatangan mereka ke Solo adalah untuk melihat secara langsung tentang kerukunan umat beragama di Solo.





@http://satuharapan.com/

1 Alamat, Masjid & Gereja Ini Berbagi Tembok

Kubah masjid di sebelah salib tinggi. Tak ada keangkuhan di sana. 


Berbeda bukan berarti saling bermusuhan. Termasuk soal keyakinan. Kerukunan beragama niscaya terjalin jika masing-masing umat saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya. 

Ajaran itulah yang terpancar dari seberang Jalan Gatot Soebroto No 222 Solo. Di sana berdiri dua bangunan tempat ibadah yang berbeda: Masjid Al Hikmah dan Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan. Dengan nomor alamat yang sama.

Dari kejauhan, dua bangunan ibadah terlihat menonjolkan lambang masing-masing, kubah hijau dan bulan sabit bintang, juga salib besar yang berdiri di atap gereja. Namun, tak ada keangkuhan di sana. 

Saking dekatnya, tembok masjid dan gereja saling berdempetan. Tempat imam masjid langsung berbatasan dengan ruang pertemuan gereja. Bahkan, di bagian atas ruang imam tersebut dibiarkan terbuka sehingga tembok salah satu ruangan gereja terlihat menonjol.

Menurut cerita Pendeta Widi Atmo Herdjanto, gereja dibangun lebih dulu pada tahun 1939. Kala itu, gereja didirikan di atas tanah milik H Zaini yang telah dibeli oleh sejumlah umat Kristen asal Danukusuman, Solo.

Saat bangunan gereja tersebut dibangun, para pendiri juga sudah mengetahui ihwal rencana pembangunan mushola, yang direalisasikan tahun 1947, tepat di sisi utara gereja. 

“Mulai saat itulah kerukunan kedua umat beragama ini terjalin, seperti halnya kedua bangunan tempat ibadah. Perwakilan  Islam maupun Kristen membangun prasasti tugu lilin sebagi simbol kebersamaan,” ujar Pendeta Herdjanto kepada VIVAnews, Jumat, 27 Juli 2012

Prasasti lilin yang memiliki tinggi 100 centimeter hingga kini masih tegak berdiri, posisinya di  tempat wudlu perempuan yang terletak di sebelah selatan masjid. Tugu bercat putih tersebut menjadi sumpah janji di antara kedua pemeluk keyakinan yang berbeda itu. Untuk hidup rukun dan damai. Jangan sampai terjadi permusuhan dan peliharalah kedamaian selamanya.

Mushola menjadi masjid

Dalam perkembangannya, bangunan mushola tersebut pun berkembang menjadi masjid. Seperti diceritakan Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Muhamad Nasir Abu Bakar, sebelum merubah bangunan mushola menjadi  bangunan masjid, pihaknya terlebih dahulu juga melakukan komunikasi dengan pihak gereja.

Demikian juga ketika ada permasalahan yang menyangkut kepentingan kedua umat tersebut, Nasir mengakui selalu mengedepankan komunikasi yang penuh rasa kekeluargaan dan persaudaraan. Semisal, akan melakukan Salat Ied pada hari raya, pihaknya selalu meminta izin kepada pihak GKJ Joyodiningratan untuk meminjam halaman depan gereja untuk dijadikan sebagai tempat salat. Sebab, bangunan masjid terlalu kecil untuk menampung umat muslim.

“Sebelum melakukan Salat Ied, sekitar pukul 05.30 WIB jemaat gereja dengan remaja masjid berbaur ikut membersihkan jalan dan halaman yang akan menjadi tempat salat,” ujarnya.

Saat Idul Fitri jatuh pada hari Minggu, seperti dikatakan Pendeta Herdjanto, pihaknya akan menghilangkan jadwal  kebaktian pagi pukul 06.30 WIB. Padahal, setiap Minggu dalam satu hari terdapat empat jadwal kebaktian, yakni pukul 06.30, 08.30,14.30, 18.30 WIB. “Tetapi untuk menghormati  saudara muslim yang Salat Ied di depan gereja maka kami meniadakan jadwal kebaktian yang pagi supaya tidak menganggu kekhusyukan saudara kita yang sedang melaksanakan salat,”  kata dia.

Pun demikian saat umat Kristiani melaksanakan kebaktian setiap hari Minggu, jemaat gereja tersebut juga parkir di depan masjid. Yang menjaga kendaraan mereka adalah remaja masjid. “Ini dilakukan supaya saudara kita yang Kristiani tenang dan khusyuk selama mengikuti kebaktian. Karena kendaraannya ditunggu remaja masjid,” tutur Nasir.

Bahkan, keberadaan pengeras suara masjid yang terletak tepat diatas kantor gereja juga tidak dipermasalahkan. “Tidak ada complain sama sekali. Suara adzan itu memang keras, ya memang fungsinya untuk panggilan salat bagi kaum muslim," ucap pendeta.

Sebaliknya saat kalangan jemaat gereja melakukan peribadatan pada  misa Natal, lanjut dia, pihak pengurus masjid juga tahu diri. Kalau biasanya sebelum adzan didahului dengan membaca Alquran dengan pengeras suara selama 10 menit, namun untuk menghormati peribadatan umat Kristiani, pembacaan Alquran itu ditiadakan.

“Jika berbarengan dengan Natal, kami meniadakan bacaan Alquran sebelum adzan supaya tidak menggangu peribadatan umat Kristiani. Ini merupakan cara untuk menghormati mereka,” tegas Nasir.

Terkenal hingga luar negeri

Sikap toleransi yang terjalin di kawasan tersebut kabarnya menyebar ke seluruh dunia. Banyak orang asing yang berkunjung. Selain ingin melihat dari dekat, merea juga ingin mengetahui kunci kerukunan yang terjadi antara umat beragama tersebut. Bahkan, dua pekan lalu mendapatkan kunjungan special dari kalangan tokoh agama Eropa.

“Biasanya mereka yang studi banding ke sini menanyakan mengenai berdirinya gereja dan masjid. Saya selalu bilang, gereja lebih dulu berdiri. Kenapa masjid bisa berdiri karena ada kesepakatan dari para pendahulu kita. Silakan membangun masjid bersinggungan, bersampingan dan bergadengan dengan gereja. Dan momentum ini disertai dengan pendirian tugu yang artinya tidak akan ada perbedaan dan permusuhan sampai nanti. Jadi ke depannya insya Allah tetap aman,” harap Nasir.

Prinsip kehidupan yang penuh dengan toleransi tersebut, dikatakan Nasir,  akan selalu ditularkan kepada generasi muda di daerah tersebut. 

Lantas, ia pun menegaskan bahwa baik dari phak gereja maupun masjid sangat menjaga betul arti pentingnya kedamaian, persaudaraan dan persatuan.  “Kami memang menjaga betul persatuan. Tetapi kalau mengenai agama tidak bisa bercampur, sendiri-sendiri. Dan dalam masalah itu ada pelajaran dari Allah bahwa Islam menjunjung tinggi toleransi, lakum dinukum waliyadin,” ucapnya. 





@http://nasional.news.viva.co.id/

JK Mengabaikan Fatwa MUI Soal Ucapan Selamat Natal



 Entahlah kalau almarhum Buya Hamka masih hidup, bagaimana sikapnya ketika mantan wakil Presiden Jusuf Kalla mengabaikan imbauan Majelis Ulama Indonesia (MUI) agar umat Muslim tidak usah memberikan ucapan Natal kepada kaum Nasrani.
"Saya ucapkan selamat Natal bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT)," ucap Jusuf Kalla di Kupang, Kamis, 20 Desember 2012. Pernyataan Jusuf Kalla itu, bersamaan dengan kunjungannya  ke NTT, yang mayoritas penduduknya Katolik.
Apakah ini berkorelasi dengan kepentingannya tahun 2014, di mana Jusuf Kalla salah satu tokoh, yang namanya akhir-akhir ini mendapatkan dukungan yang tinggi, berdasarkan polling, khususnya menapaki calon presiden mendatang.
Tentu, Jusuf Kalla yang berambisi menjadi calon presiden 2014, ingin mendapatkan dukungan seluruh rakyat Indonesia,termasuk kalangan Nasrani. Apalagi, kaum Nasrani walaupun mereka jumlahnya minoritas, tetapi secara ekonomi mereka, terutama dari kalangan pengusaha Cina, mempunyai peran yang setrategis.
Bahkan, ketika Jusuf Kalla menjadi partnernya SBY, menarik Marie Pangestu (Cina) menjadi menteri perdagangan. Di mana Marie Pangestu adalah salah tokoh di CSIS, yang sangat anti terhadap Islam.
Sekarang pun, Jusuf Kalla mendapatkan dukungan politik dari tokoh Angkatan 66, yang dikenal dengan Liem Bian Koen , dan Liem Bian Kie, yang mempunyai pengaruh yang sangat luas, terutama dikalangan pengusaha, dan sekarang menjadi Ketua APINDO (Assosiasi Pengusaha Indonesia). Liem Bian Koen yang juga dikenal dengan Sofyan Wanandi itu, nampaknya sekarang menjadi figur penting dibelakang Jusuf Kalla.
Liem Bian Koen dan Liem Bian Kie aktivis mahasiswa Katolik (PMKRI), yang ikut dalam perubahan politik menjatuhkan Soekarno, yang konon, mempunyai hubungan dekat Amerika Serikat dan Eropa, dan kemudian terlibat dalam usaha penggulingan Soekarno di tahun l965.
Liem Bian Koen alias Sofyan Wanandi, bersama dengan Hary Tjan Silalahi, yang juga keturunan Cina, mendirikan CSIS, yang menukangi umat Islam bersama Jenderal Ali Murtopo, di awal Orde Baru,  dan membuat golongan Cina, berhasil mentake over (mengambil alih) ekonomi Indonesia seperti sekarang ini, dan membonsai pengusaha Muslim, dan sekarang terpuruk.
Tentu, Jusuf Kalla sangat sadar dengan rencananya yang ingin menjadi kandidat atau calon presiden di tahun 2014, dan berusaha memperluas dukungna politiknya, termasuk dengan golongan Katolik atau Nasrani.
Dengan mengharapkan dukungan kalangan Katolik dan Nasrani lainnya, perlu menciptakan langkah yang dipandang penting, terutama dalam momentum Natal seperti sekarang ini.

Sebaliknya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ingin menjaga akidah Muslim, melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif, dan  menyarankan umat Islam tidak mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Nasrani. Selain itu, ada fatwa MUI yang melarang untuk mengikuti ritual Natal. Karena, mengucapkan selamat Natal, dapat berimplikasi terhadap batalnya iman seorang Muslim.

Tetapik, justeru Jusuf Kalla juga mengimbau agar masyarakat Sulawesi Selatan yang tergabung dalam Kerukunan Keluarga Sulawesi Sealatan (KKSS) di Kupang untuk tetap menjaga kerukunan antarumat beragama di daerah ini. "KKSS harus tetap menjaga kerukunan di daerah ini," katanya.

MUI telah mengeluarkan fatwa pada 1981 di masa Ketua Umum MUI Prof. Dr. Buya Hamka. Fatwa MUI yang ditandatangani Ketua Komisi Fatwa K.H. Syukri Ghazali dan Sekretaris H. Masudi. Isi fatwa ini menyatakan haram bagi umat muslim untuk mengikuti perayaan dan kegiatan Natal.

Tokoh-tokoh yang mengaku Islam, dan sudah kebelet ingin mendapatkan kekuasaan,  tak peduli lagi rambu-rambu akidah, dan yang penting mendapatkan dukungan yang luas, serta berbagai kalangan dan golongan.

Inilah yang menyebabkan banyak tokok Islam, yang berubah, dan menjadi pragmatis, serta tidak lagi memandang penting akidah dan iman. Kekuasaan menjadi segalanya. Wallahu'alam.




@http://m.voa-islam.com/

MUI: Umat Islam Tidak Usah Ucapkan Selamat Natal




Majelis Ulama Indonesia menyarankan umat Islam tidak mengucapkan selamat Natal kepada pemeluk agama Nasrani. "Itu jadi perdebatan, sebaiknya enggak usah sajalah," kata Ketua MUI Bidang Fatwa Maruf Amin di Jakarta, Rabu, 19 Desember 2012.

Meskipun melarang, Maruf meminta umat Islam menjaga kerukunan dan toleransi. Dia menyatakan ada fatwa MUI yang melarang untuk mengikuti ritual Natal. 

Dia menegaskan, mengikuti ritual Natal adalah haram. "Karena itu ibadah (umat lain)," kata dia. Banyak tokoh nasional minta fatwa ini diabaikan saja.Ketika dimintai tanggapan, Gubernur Jakarta memilih diam. 

MUI telah mengeluarkan fatwa pada 1981 di masa Ketua Umum MUI Prof. Dr. Buya Hamka. Fatwa MUI yang ditandatangani Ketua Komisi Fatwa KH. Syukri Ghazali dan Sekretaris H. Masudi. Isi fatwa ini menyatakan haram mengikuti perayaan dan kegiatan Natal. Kidung Natal berbahasa Arab juga dipersoalkan. 





http://www.tempo.co/

Monday, December 16, 2013

Tuhan-Tuhan Anda Memecahbelah Anda





Apakah yang terjadi di dunia? Anda memiliki Tuhan Kristen, Tuhan-Tuhan Hindu, kaum Muslim dengan konsep khasnya tentang Allah—masing-ma sing aliran dengan kebenaran khasnya; dan kebenaran-keben aran ini seperti penyakit di dunia memecah-belah manusia. Kebenaran-keben aran ini, di tangan segelintir orang, menjadi alat eksploitasi. Anda mendatangi masing-masing, satu demi satu, mencicipinya, karena Anda mulai kehilangan rasa memilah-milah, karena Anda menderita dan Anda butuh obat, dan Anda menerima obat apa pun yang ditawarkan oleh suatu aliran, apakah Kristen, Hindu, atau aliran lainnya. Jadi, apakah yang tengah terjadi? Tuhan-tuhan Anda memecah-belah Anda, kepercayaan Anda kepada Tuhan memecah-belah Anda, namun Anda berbicara tentang persaudaraan umat manusia, persatuan di dalam Tuhan, dan pada saat yang sama mengingkari apa yang ingin Anda temukan itu sendiri, oleh karena Anda melekat erat kepada kepercayaan-kepercayaan ini sebagai cara paling kuat untuk menghancurkan keterbatasan, padahal mereka justru memperkuatnya. Semua ini begitu gamblang.




J. Krishnamurti - The Book of Life

Saturday, December 14, 2013

Tuhan Anda Bukan Tuhan




Seorang yang percaya kepada Tuhan tidak pernah dapat menemukan Tuhan. Jika Anda terbuka terhadap realitas, tidak mungkin ada kepercayaan terhadap realitas. Jika Anda terbuka terhadap apa yang tak diketahui, tidak mungkin ada kepercayaan terhadapnya. Bagaimana pun juga, kepercayaan adalah suatu bentuk perlindungan-diri, dan hanya batin yang picik percaya kepada Tuhan. Lihat saja kepercayaan para pilot dalam perang, yang berkata Tuhan menemani mereka sementara mereka menjatuhkan bom! Jadi Anda percaya kepada Tuhan ketika Anda membunuh, ketika Anda memperalat dan memeras sesama manusia. Anda memuja Tuhan dan Anda terus memeras uang dengan kejam, menyokong tentara -- sekalipun Anda percaya akan pengampunan, welas asih, kebaikan hati ... 

Selama ada kepercayaan, tidak mungkin ada apa yang tak diketahui; Anda tidak bisa merenungkan apa yang tak diketahui; pikiran tidak bisa mengukurnya. Pikiran adalah produk masa lampau; ia adalah hasil hari kemarin; dapatkah batin seperti itu terbuka terhadap apa yang tak diketahui? Ia hanya dapat memproyeksikan suatu gambaran, tetapi proyeksi itu tidak nyata; dengan demikian Tuhan Anda bukan Tuhan -- itu hanya suatu gambaran yang Anda buat sendiri, suatu gambaran untuk memuaskan hati Anda sendiri. 

Realitas hanya bisa muncul apabila batin memahami seluruh proses dirinya sendiri dan berhenti. Bila batin sama sekali kosong -- hanya pada saat itulah ia mampu menerima apa yang tak diketahui. Batin tidak akan bersih sampai ia memahami isi hubungan—hubungannya dengan benda-benda, dengan manusia -- sampai ia menegakkan hubungan yang benar dengan segala sesuatu. Sebelum ia memahami seluruh proses konflik dalam hubungan, batin tidak mungkin bebas. 

Hanya apabila batin sama sekali diam, sepenuhnya tidak aktif, tidak memproyeksikan, bila ia tidak lagi mencari dan sama sekali hening -- hanya pada saat itulah apa yang abadi dan berada di luar waktu muncul.






~ J Krishnamurti - The Book of Life, ~


Friday, December 13, 2013

Orang Yang Religius




Apakah keadaan batin yang berkata, ”Saya tidak tahu apakah ada Tuhan, apakah ada cinta,” yakni ketika tidak ada respons dari ingatan? Harap jangan menjawab pertanyaan ini dengan seketika kepada diri sendiri, oleh karena jika Anda lakukan itu, jawaban Anda hanyalah sekadar mengenali apa yang Anda pikir begini atau bukan begitu. Jika Anda berkata, ”Itu adalah keadaan negasi,” Anda membandingkannya dengan sesuatu yang telah Anda ketahui; oleh karena itu, keadaan yang di situ Anda berkata, ”Saya tidak tahu,” tidak ada. ...

Maka, batin yang mampu berkata, ”Saya tidak tahu,” ia berada dalam satu-satunya keadaan yang di situ dapat ditemukan apa pun. Tetapi orang yang berkata, ”Saya tahu,” orang yang telah mempelajari berbagai pengalaman manusia yang tak terhitung banyaknya, dan yang batinnya penuh dengan beban informasi, penuh dengan pengetahuan ensiklopedik, dapatkah ia mengalami sesuatu yang tidak tertimbun? Itu akan sangat sukar baginya. 

Bila batin mengesampingkan secara total seluruh pengetahuan yang pernah dikumpulkannya, yang baginya tidak ada lagi Buddha-Buddha, Kristus-Kristus, para Master, para guru, agama-agama, kutipan-kutipan; bila batin berada sendiri sepenuhnya; tidak tercemar, yang berarti bahwa gerakan dari apa yang diketahui telah berhenti, hanya di situ ada kemungkinan suatu revolusi yang hebat, suatu perubahan fundamental. ...

Orang religius adalah orang yang tidak merasa dirinya termasuk suatu agama apa pun, bangsa apa pun, ras apa pun, yang di dalam dirinya berada sendirian sepenuhnya; berada dalam keadaan tidak tahu; dan bagi dia muncullah berkah dari yang suci.







J Krishnamurti - The Book of Life,