The Knowledge For Our Common

Wednesday, October 30, 2013

Railway, Antara Sumatera dan Malaysia


‘’Malaysia Luncurkan Armada Kereta Api yang Dipasok Cina’’. Demikian judul pemberitaan Antara 9 Maret 2012.

Disebutkan bahwa operator utama kereta api Malaysia, Keretapi Tanah Melayu Berhad (KTMB), 8 Maret 2012 meluncurkan KA yang dibeli dari produsen KA listrik Cina, Zhuzhou Electric Locomotive Co. Ltd.

Berita ini hanya bagian kecil dari kemajuan perkeretaapian di Malaysia yang luas daratannya kalah jauh dengan pulau Sumatera.

Kalau kita lihat topografi Sumatera dan Malaysia, luas Malaysia agaknya setara dengan luas tiga provinsi di Sumatera (NAD, Sumut dan Riau).

Artinya, kalau dibandingkan dengan keseluruhan daratan Sumatera, Malaysia sangat jauh lebih kecil. Tetapi sebaliknya, Sumatera yang lebih luas dan lebih kaya sumber daya alam, ternyata kalah jauh dalam hal infrastruktur transportasi, terlebih untuk perkeretaapiannya (railway).

Malaysia saat ini memiliki jaringan rel KA antarkota sepanjang 1.699 Km, menghubungkan Thailand di utara dengan Singapura di selatan melalui dua jalur KA. Lintas barat membentang dari Padang Besar ke Johor Bahru sepanjang 901 Km. Sedangkan jalur KA lintas timur membentang dari Rantau Panjang ke Gemas sepanjang 526 Km.

Baik dari Padang Besar maupun dari Rantau Panjang, hubungan KA ke Haadyai, Thailand menggunakan jalur rel milik Negeri Gajah Putih, menjadi bagian dari Trans Asian Railway.

Jaringan KA antarkota di Malaysia juga memiliki akses ke sejumlah pelabuhan, Tumpat di pantai timur serta ke Port Dickson, Port Klang dan Penang di pantai barat, selat Malaka. Itu belum termasuk jalur perkotaan sepanjang 175 Km di Kuala Lumpur dan sekitarnya.

Sejak 1990 telah mengusung program ambisius, menjadikan seluruh lintasan KA sepanjang pantai barat menjadi Electric Double Track. Beberapa bagian telah selesai dikerjakan, antara lain Rawang-Seremban (105 Km) selesai tahun 1995. Tahun 2008 dari Padang Besar-Ipoh (329 Km), juga dari Rawang-Ipoh (179 Km) mulai dikerjakan pembangunan 2009, Seremban-Gemas (94 Km) juga mulai dikerjakan. Saat ini sedang dikerjakan Gemas-Johor Bahru (194 Km), diprogramkan akhir 2016 seluruh lintasan KA pantai barat, Padang Besar-Johor Bahru sudah Electric Double Track.

Sebagian dana untuk membangun perkeretapian di Malaysia berasal dari barter crude palm oil (CPO) dengan Cina. Padahal, perkebunan sawit di Malaysia dipastikan kalah luas dengan kebun sawit di Sumut plus Riau.

Kenapa kita tidak meniru Malaysia, membarter CPO ke Cina untuk membangun infrastruktur perkeretaapian Trans Sumatera Railway, minimal menghubungkan Rantauprapat-Kotapinang-Dumai-Pekanbaru.

Kereta Api di Sumatera
Secara historis di Sumatera pernah membentang jalan KA Aceh dari Kuraja (Banda Aceh)-Besitang sepanjang 486 Km dengan lebar sepur 0,750 m.

Menyambung dengan rel di Sumatera Utara Besitang-Rantauprapat (367 Km). Kemudian di Riau dan Sumbar juga pernah terbentang rel dari Pekanbaru ke Solok melalui Muaro (215 Km).

Menyambung dengan jalur menuju Padang dan Teluk Bayur. Bahkan tahun 1925 sudah ada masterplan Pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan jalan KA Rantauprapat-Kotapinang-Duri-Pekanbaru. Sayang tak pernah terwujud.

Sebagian jalur KA yang pernah ada secara historis tadi kini tinggal kenangan. Lintasan KA di Aceh (486 Km) hanya tersisa 58 Km antara Lhokseumawe-Bireuen, yang belakangan dibangun dengan lebar 1.435 mm, selebihnya tinggal puing-puing belaka.

Begitu juga jalur Pekanbaru-Muaro, yang sering disebut sebagai The Death Railway, karena dibangun secara kerja paksa Romusya dan tawanan perang, kini tinggal kenangan. Pulau Sumatera hanya memiliki jalur KA yang terpotong-potong di Aceh, Sumut, Sumbar dan Sumsel plus Lampung.

Berpatok pada data historis, panjang jalur KA di Sumatera —Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung— adalah 1.833 Km. Tetapi yang masih aktif beroperasi hanya 1.350 Km, 483 Km sudah tidak beroperasi lagi, sebagian besar di Aceh.

Ini tidak termasuk jalur Pekanbaru-Muaro (215 Km) sebab sejak selesai dibangun sama sekali belum sempat dioperasikan. 

Rencana menghubungkan jalur KA yang masih terpisah di tiga wilayah menjadi satu kesatuan Trans Sumatera Railway sudah dituangkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 43/2011).

Sayangnya, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tidak mengakomodasi percepatan Trans Sumatera Railway dalam PM Nomor: 43/2011 dan baru akan dilaksanakan pada tahun 2030.

Respon Pemprov Se-Sumatera
Penawaran pembangunan jalur KA yang direncanakan Pemprov Riau meliputi Pekanbaru-Dumai-Rantauprapat (252 Km); Duri-Pekanbaru (124 Km); Pekanbaru-Muaralembu (161 km); Muaralembu-Taluk Kuantan-Muaro (138 Km).

Jika dibangunnya jalur KA di Riau, maka jalur KA eksisting di Sumut yang hanya sampai Rantauprapat akan memanjang ke Pekanbaru.

Diharapkan ini dapat memicu Pemprov lainnya di Sumatera, agar dapat memprakarsai pembangunan jalur KA di setiap provinsi. Pemprov Jambi, membangun jalur antara Pekanbaru-Jambi menghubungkan ke jalur KA eksisting di Sumsel.

Pemprov Bengkulu, membangun jalur KA Lubuklinggau-Bengkulu. Pemprov Lampung membangun jalur KA Tanjungkarang-Bakaheuni. Pemprov Sumbar, membangun jalur baru (short-cut) Solok-Padang sepanjang 51 Km.

Selama ini respons sejumlah Pemprov se-Sumatera terhadap Rencana Induk Perkeretaapian untuk mewujudkan Trans Sumatera Railway cukup besar.

Masing-masing Pemprov mempromosikan prospek dan potensi, bahkan di beberapa provinsi telah menemukan calon investor yang berminat.

Diharapkan hal ini dapat ditangani secara serius, tidak hanya di tingkat provinsi, tetapi juga di departemen tingkat pusat sehingga jalur Trans Sumatera Railway tidak sekedar wacana belaka.

Bertolak dari kemajuan perkeretaapian Malaysia yang pendanaannya didukung dengan barter CPO ke Cina, saatnya kita di Sumatera, utamanya para kepala daerah untuk menirunya.

Biarkan AS mengintervensi CPO Indonesia dengan dalih merusak lingkungan, bukankah Cina yang sedang ‘’haus’’ berinvestasi infrastruktur.  Saatnya sejumlah kepala daerah se-Sumatera melobi Cina menawarkan barter CPO dengan infrastruktur perkeretapian mewujudkan Trans Sumatera Railway.

Jalan trans Sumatera —lintas timur, lintas tengah dan lintas barat— nyaris tak kuasa lagi memikul beban mobilitas barang dan orang.

Sudah saatnya Trans Sumatera Railway yang sudah direncanakan sejak tahun 1925 kita wujudkan. Kita cari terobosan untuk mempercepat terwujudnya Trans Sumatera Railway. Semoga



@ http://www.riaupos.co/



Tuesday, October 29, 2013

Perantau Minang di Malaysia

Tokoh-tokoh Minang dalam pecahan mata uang Dollar, Ringgit, dan Rupiah
Abdul Aziz Ishak, pada tahun 1983 pernah menulis buku berjudul : “Mencari Bako”. Konon buku ini ia tulis karena kebanggaannya sebagai orang keturunan Minang yang banyak mencipta peradaban di kedua belah negeri, Indonesia dan Malaysia. Walau menurut adat Minangkabau yang matrilineal itu, Aziz tak “benar-benar sebagai orang Minang”, namun kegalauannya mencari keluarga ayah (bako dalam istilah Minangkabau), mendorongnya untuk menulis buku setebal 155 halaman. Dalam buku itu diterangkan, bahwa Aziz merupakan generasi kelima keturunan Datuk Jannaton, anggota keluarga Kerajaan Pagaruyung yang meneroka Pulau Pinang di awal abad ke-18. Walau jauh sudah pertautan Aziz dengan ranah Minang, namun rasa keminangannya itu masih perlu ia nukilkan. Dari catatan ini, terungkap pula nama Jamaluddin atau Che Din Kelang, seorang kaya Minangkabau asal Kelang Selangor, yang menikahi emak tua-nya Aishah. Kini keturunan Datuk Jannaton telah menyebar ke serata dunia, dan banyak dari mereka yang “menjadi orang”. Selain Aziz Ishak yang pernah menjabat menteri pertanian Malaysia, saudara tertuanya Yusof Ishak sukses menjadi Presiden Republik Singapura yang pertama.
Kisah lainnya datang dari Rais Yatim, yang saat ini menjabat sebagai menteri komunikasi, informasi, dan kebudayaan Malaysia. Rais lahir dari pasangan Mohammad Yatim dan Siandam asal Palupuh, luhak Agam. Orang tuanya yang berprofesi sebagai pedagang, telah merantau ke Malaysia sejak tahun 1920-an. Dalam sebuah autobiografinya, Rais menulis seluk beluk memasak rendang, masakan Minangkabau yang telah mendunia. Rais mencatat, ada tiga kunci memasak rendang agar terasa nikmat : pertama cukup kelapa dan ramuan, kedua mesti dikacau berterusan, dan ketiga apinya jangan besar. Komentar Rais mengenai rendang, melengkapi pengamatannya tentang adat perpatih yang berhulu di Minangkabau. Ternyata kecintaan Rais akan budaya Minang, bukan sebatas masakannya saja. Gaya rumah yang dibangunnya-pun, mengikuti arsitektur Minang beratapkan gonjong. Seperti banyak perantau Minang lainnya yang sukses berkarya di seantero jagad, Rais juga memiliki sifat demokratis dan egaliter. Selain itu karakter Minang yang melekat pada dirinya adalah, ia orang yang berprinsip, mudah bergaul, tahu dengan ereng dan gendeng, serta alur dan patut.

Keluarga kerajaan Negeri Sembilan, yang berketurunan raja-raja Pagaruyung, banyak pula yang tampil ke muka. Pada tahun 1957, pasca lepasnya negeri-negeri Semenanjung dan Borneo Utara dari penjajahan Inggris, Tuanku Abdul Rahman terpilih sebagai Yang Dipertuan Agung Malaysia pertama. Tidak seperti halnya Rais Yatim dan juga Ishak bersaudara yang mencuat di panggung politik berkat profesionalitas ataupun keilmuannya, pengangkatan Abdul Rahman sebagai ketua Kerajaan Malaysia, lebih dikarenakan kewibawaannya di tengah raja-raja yang lain. Tahta ini merupakan jabatan bergilir, yang diberikan kepada semua raja yang masuk ke dalam persekutuan Malaysia. Setelah Abdul Rahman, Jafar-lah orang Negeri Sembilan berikutnya yang menjabat posisi tesebut. Seperti halnya gambar Mohammad Hatta dalam salah satu pecahan rupiah, dan Yusof Ishak dalam pecahan dollar Singapura, diabadikannya Abdul Rahman pada salah satu pecahan mata uang ringgit, menjadi kebanggaan tersendiri bagi orang-orang Minang. Satu lagi yang mencuat dari keluarga kerajaan Negeri Sembilan adalah Tuanku Tan Sri Abdullah, yang merupakan putra Tuanku Abdul Rahman. Keberhasilannya membangun serikat niaga Melewar Corporation, telah mengantarkannya sebagai salah satu miliarder Malaysia terkemuka.


Rais Yatim menyambut Minangkabau Food Festival di Kuala Lumpur
Muszaphar Shukor, contoh suskes ilmuwan Minang di Malaysia. Angkasawan pertama negeri jiran ini, dalam suatu kunjungannya ke Indonesia mengaku berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Walau Payakumbuh merupakan kampung neneknya, namun Muszaphar masih menganggap ranah Minang sebagai asal usulnya. Profesi Muszaphar, sebenarnya adalah seorang dokter ortopedi. Namun perjalanan karirnya, telah mengantarkan ia lepas landas ke luar angkasa. Perjalanannya ke dunia luar itu, masih berkait erat dengan dunia kedokteran yang selama ini ia geluti. Dia bereksperimen mengenai karakteristik dan perkembangan sel-sel kanker hati dan leukimia, serta kristalisasi berbagai protein dan mikroba pada gravitasi rendah. Kepergiannya ke luar angkasa pada Oktober 2007 lalu, tidak hanya membanggakan masyarakat Minangkabau dan Malaysia, namun juga mengangkat harkat dan martabat bangsa Melayu secara keseluruhan.
Perantau lainnya adalah Tahir Jalaluddin. Salah satu dari banyak ulama Minangkabau yang sukses berkarya di Malaysia. Ulama tamatan Al Azhar Kairo ini, merupakan sosok pekerja keras kelahiran Ampek Angkek, Agam. Usahanya dalam menyebarkan paham modernisme kepada masyarakat Islam semenanjung, telah banyak melahirkan ulama-ulama Melayu puritan yang revolusioner. Majalah Al-Iman, merupakan bentuk nyata kontribusi Syeikh Tahir dalam membangun keislaman di Malaysia. Walau cikal bakal kemunculan majalah tersebut ada di Singapura, namun tingginya mobilitas para pembaca Al-Iman, juga turut mempengaruhi proses pembaharuan di Malaysia. Kerasnya Tahir Jalaluddin dalam mendidik, melahirkan seorang lagi politisi Minang yang sukses di Malaysia. Dia adalah Tun Hamdan Syeikh Tahir, yang merupakan putra kandung Syeikh Tahir sendiri. Dalam perjalanannya Hamdan muncul sebagai pendidik Malaysia yang kesohor, dan menjadi pejabat gubernur Pulau Pinang (1989-2001). Kontribusi Hamdan membangun peradaban Malaysia, telah menempatkannya sebagai salah seorang yang sedikit mendapatkan gelar Tun.
Satu lagi nama yang mencuat di Malaysia adalah Ibrahim Anon. Hobi menggambar dan profesinya yang pelukis, telah mengantarkan Ibrahim sebagai kartunis Malaysia kelas wahid. Melalui majalah humor Gila-gila, Ibrahim menciptakan tokoh Ujang. Watak Ujang yang coba disampaikannya dalam visual humor itu, merupakan karakter yang mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat Malaysia. Ketokohan Ujang, membuat namanya lekat di hati. Walau nama Ibrahim tinggi menjulang, namun ia tak pernah lupa dengan asal usulnya di Minangkabau. Drama televisi “Aku Budak Minang, Atuk dan Aca”, merupakan wujud ketaklupaan Ibrahim kepada ranah tumpah darahnya.
Keluarga Saidi, Adnan beserta adik-adiknya Ahmad dan Amarullah, merupakan keluarga pejuang Malaysia yang selalu dikenang. Dibanding kedua saudaranya, Adnan merupakan prajurit Minang yang cemerlang. Pada tahun 1933 ketika berusia 18 tahun, ia bergabung dalam Resimen Melayu. Setahun kemudian, dia terpilih sebagai anggota terbaik. Dalam pertempuran di Bukit Candu, karir militer Adnan berakhir tragis. Serangan besar-besaran tentara Jepang, telah menewaskannya dan banyak tentara Melayu lainnya. Keberanian Adnan Saidi bersama batalion pertama dan kedua Resimen Melayu dalam mempertahankan Pasir Panjang, menjadi salah satu episode yang kekal dalam lipatan sejarah Malaysia.
Selain nama-nama di atas, masih banyak lagi sosok yang menorehkan tinta emasnya di gelanggang kehidupan jiran Malaysia. Zulhasril Nasir dalam bukunya “Tan Malaka dan Gerakan Kiri Minangkabau” mencatat, setidaknya ada puluhan perantau Minang yang menjadi tokoh pergerakan di Malaysia. Mereka antara lain Ahmad Boestamam, Rashid Maidin, Sutan Jenain, dan Shamsiah Fakeh. Selain itu masih ada nama-nama yang duduk di kursi kementerian seperti Abdul Samad Idris dan Amirsham Abdul Aziz, serta Tan Sri Norma Abbas wanita pertama yang menjabat hakim besar Malaysia. Aznil Nawawi, Azmyl Yunor, dan Aishah yang kesemuanya berprofesi sebagai artis, menambah panjang deretan nama perantau Minang yang sukses di Malaysia.



@http://afandriadya.com/

Sumatra, Dalam Pandangan Orang Malaysia

Karuan saja bunyi posting Mohd. Am, salah seorang netter asal Malaysia, dalam sebuah forum dunia maya : www.topix.com. Dalam tulisannya, dia mengklaim bahwa Sumatra merupakan bagian dari Malaysia. Pernyataan ini didasarkan atas teritori Kesultanan Johor di abad ke-18, yang meliputi daratan Riau di Sumatra. Dalam konteks Riau pernah menjadi bagian Johor, memang tak ada yang salah. Namun dari judul yang diangkat : Sumatra itu Milik Malaysia, jelas merupakan bentuk provokasi yang jauh dari nilai-nilai ilmiah. Aksi ini tentu memancing banyak komentar dari para netter lainnya. Hingga tulisan ini diturunkan, telah ada 12.921 respons yang masuk ke dalam page diskusi ini. Sepanjang pengamatan saya — yang cukup sering mengunjungi website ini — mungkin posting Mohd. Am inilah yang paling banyak mendapatkan balasan.
Bukan kali pertama situs ini membuat geger masyarakat Indonesia. Sebelumnya seorang netter Malaysia lain, mengubah syair lagu Indonesia Raya dengan nada merendahkan. Merasa terhina, aksi tersebut spontan dibalas netter Indonesia, yang mengacak-acak syair lagu kebangsaan Malaysia : Negaraku. Tidak hanya itu, puluhan demonstran yang tergabung dalam kelompok Bendera, juga melempari Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta dengan plastik berisi kotoran manusia. Menurut koordinator aksi Adrian Napitupulu, tindakan tersebut perlu dilakukan sebagai bentuk balasan atas klaim dan penghinaan yang dilakukan oleh bangsa Malaysia selama ini.

Mohd. Am sebenarnya bukanlah orang Malaysia pertama yang mendambakan bergabungnya Sumatra dengan Malaysia. Sebelumnya, sudah banyak pula rakyat Malaysia yang menginginkan hal tersebut. Cita-cita itu bahkan tak hanya di kalangan rakyat berderai, namun juga sampai ke tingkat elit pemerintahan Malaysia. Adanya rumor pembangunan jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Sumatra dengan Semenanjung, menjadi salah satu bukti keinginan tersebut. Bagi sebagian besar rakyat Malaysia, Sumatra merupakan bagian yang tak bisa dipisahkan. Seperti halnya orang-orang Taiwan menganggap mainland China sebagai induk mereka, begitu pula masyarakat Malaysia memandang Sumatra. Pulau yang dijuluki dengan sebutan Suwarnadwipa itu, merupakan asal nenek moyang bagi 70% warga Melayu-Malaysia.

Rumah khas Minangkabau di Negeri Sembilan

Besarnya frekuensi penerbangan Kuala Lumpur-Padang di awal milenium ini, mencerminkan tingginya gairah warga Malaysia untuk mengunjungi sanak saudara mereka di seberang selat. Tanah Minangkabau, yang menurut penelitian Thomas Stamford Raffles sebagai sumber kearifan dunia Melayu, merupakan salah satu tempat yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan Malaysia saat ini. Sebuah biro perjalanan lokal mencatat, sebanyak 3.500 turis asal Malaysia datang mengunjungi Sumatra Barat (Sumbar) setiap minggunya. Roslina, sebut saja begitu, adalah salah seorang warga Malaysia yang acap menyambangi Sumbar. Walau tergolong renta, namun hal itu tak menghalanginya untuk kembali datang ke luhak nan tigo — sebutan untuk dataran tinggi Minangkabau yang menjadi tempat asal sebagian orang Malaysia. Menurutnya, kunjungan kali ini bertujuan untuk mencari sanak keluarga yang telah terpisah sejak puluhan tahun lampau. Hampir setiap bulan, ada puluhan Roslina lainnya yang datang mengunjungi Sumbar untuk mencari belahan famili mereka.
Minangkabau dan Malaysia memang memiliki keterikatan yang cukup kuat. Selain faktor sejarah dan politik, budaya nasional Malaysia-pun banyak menyerap unsur-unsur Minangkabau. Seperti sistem adat perpatih, seni bela diri pencak silat, hingga cara pengolahan kuliner. Kuatnya keterikatan Malaysia dengan Sumatra Barat, bisa terlihat dari besarnya bantuan pemerintah Malaysia kepada Pemda Sumbar. Mulai dari pembangunan infrastruktur, bantuan gempa 2009, hingga pemugaran Istana Basa Pagaruyung. Bahkan Rais Yatim, Menteri Pariwisata dan Kebudayaan Malaysia yang urang awak itu, menyokong diadakannya event tahunan Minangkabau Food Festival di Kuala Lumpur.

Sejarah Malaysia dan Sumatra

Di tilik secara historis, antara Sumatra dan Semenanjung memiliki kebersamaan politik yang cukup panjang. Pada abad ke-8 hingga 12, keduanya berada di bawah kekuasaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang. Ketika itu, kekuatan politik-ekonomi Sumatra menguasai hampir seluruh daratan Asia Tenggara, mulai dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kamboja, Thai, Vietnam, hingga Semenanjung Melayu. Dominasi Sriwijaya juga turut berperan dalam menyebarkan kebudayaan dan Bahasa Melayu ke seluruh Nusantara. Di penghujung abad ke-14, imperium ini mendapatkan serangan dari pasukan Majapahit. Putra mahkota kerajaan : Parameswara, berhasil melarikan diri ke Tumasik sebelum akhirnya berlabuh di kampung Malaka. Disini, atas bantuan Orang Laut, sang pangeran mendirikan Kerajaan Malaka. Berdirinya Malaka, mendorong terjadinya eksodus orang-orang Palembang ke Semenanjung. Disana mereka beranak-pinak, dan membawa kebudayaan serta kebiasaan hidup yang telah berlangsung lama.
Runtuhnya Imperium Sriwijaya, dilanjutkan oleh Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Minangkabau. Pada abad pertengahan, Pagaruyung merupakan salah satu kerajaan makmur di Nusantara. Kekayaannya disokong oleh hasil alam serta jaringan perdagangan yang cukup luas. Sejak abad ke-11, para saudagar Minang telah membangun koloni dagang mereka di sepanjang pantai barat Sumatra dan kedua belah sisi selat. Terbentuknya Negeri Sembilan, merupakan kerja besar para perantau Minang yang meneruka dan berniaga di wilayah tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga berkontribusi dalam pembukaan Pulau Pinang serta beberapa areal hutan di wilayah Selangor. Kesultanan Johor-pun sempat dipimpin oleh seorang pengelana Minang, sebelum akhirnya diambil alih orang-orang Bugis-Makassar.
Pada masa pembentukan negara Malaysia modern, orang Minangkabau kembali memainkan peran. Yakni dengan diangkatnya Tuanku Abdul Rahman, salah seorang keturunan raja Pagaruyung, sebagai Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia. Konon kabarnya, beliau pernah meminjam emas kepada ahli waris Pagaruyung, untuk mengisi pundi-pundi negara yang baru itu. Menurut berita yang dilansir koran Kontan, pinjaman tersebut bernilai cukup besar. Jika dikonversi dengan kurs saat ini, mungkin setara dengan Rp 350 triliun. Entah benar entah tidak, sampai hari ini belum ada pernyataan resmi dari kedua belah pihak terkait dengan isu tersebut.

Selain orang-orang Palembang dan Minangkabau, etnis Aceh-pun dianggap sebagai nenek moyang bangsa Malaysia. Menurut La Grand Encyclopedie, pada abad ke-16 Aceh telah meluaskan pengaruhnya ke seluruh utara Sumatra dan Semenanjung. Politik ekspansif ini, juga diikuti dengan perpindahan penduduk Aceh ke pantai barat Sumatra serta Semenanjung Malaysia. Kedah dan Perak, dua negara bagian di utara Malaysia, merupakan tempat dimana banyak dijumpai masyarakat keturunan Aceh. Selama masa pemerintahan Iskandar Muda (1607-1636), kontribusi Aceh atas negeri-negeri Melayu cukuplah besar. Berkat jasa beliau dan anak keturunannya, kebudayaan Melayu dipelihara dan dikembangkan. Kini warisan budaya yang dirawat bangsa Aceh sejak abad ke-17 itu, hendak diminta “paksa” oleh pemerintah Malaysia. Hal ini demi mewujudkan visi Malaysia 2020, sebagai pusat peradaban Melayu sedunia.
Bukan seperti yang diteriakkan oleh Mohd. Am beserta kroni-kroninya, fakta sejarah di atas jelas memperlihatkan betapa besarnya pengaruh Sumatra atas keberadaan Malaysia saat ini. Dan berkaca dari realita tersebut, perlu pula dipertimbangkan untuk membuat slogan Malaysia yang baru : “Malaysia is replica of Sumatra“. Hal ini mungkin sebagai langkah awal, untuk mewujudkan Sumatra-Malaysia bersatu.




Sumber peta : http://www.wikipedia.org
@http://afandriadya.com/ 

Batin Yang Hening Aktif

Batin yang sungguh-sungguh hening luar biasa aktif, hidup, kuat - bukan terhadap sesuatu secara khusus. Hanya batin seperti itulah yang bebas dari kata-kata - bebas dari pengalaman, dari pengetahuan.

Batin seperti itu dapat mencerap apa yang benar, batin seperti itu mempunyai pencerapan langsung, yang berada di luar waktu.

Batin hanya dapat diam bila ia memahami proses waktu, dan hal itu membutuhkan kewaspadaan, bukan? Tidakkah batin seperti itu bebas, bukan bebas dari sesuatu, melainkan bebas?

Kita hanya tahu bebas dari sesuatu. Sebuah batin yang bebas dari sesuatu bukanlah batin yang bebas; kebebasan seperti itu, kebebasan dari sesuatu, hanyalah suatu reaksi, dan itu bukan kebebasan.

Sebuah batin yang mencari kebebasan tidak pernah bebas. Tetapi batin itu bebas bila ia memahami faktanya, seperti apa adanya, tanpa menerjemahkan, tanpa mengutuk, tanpa menghakimi; dan karena bebas, batin seperti itu polos, sekalipun ia hidup 100 hari, 100 tahun, mempunyai semua pengalaman.

Ia polos karena ia bebas, bukan dari sesuatu, melainkan di dalam dirinya sendiri. Hanya batin seperti itulah yang dapat mencerap apa yang benar, yang berada di luar waktu.

 



Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Persepsi

Dari Persepsi Datanglah Energi

Masalah sesungguhnya adalah membebaskan batin secara total sehingga ia berada dalam kesadaran yang tidak mempunyai tepi, tidak mempunyai batas. Dan bagaimana batin dapat menemukan keadaan itu? Bagaimana ia sampai kepada kebebasan itu?

Saya harap Anda mengajukan pertanyaan ini secara serius kepada diri Anda, karena bukan saya yang menanyakannya kepada Anda. Saya tidak mencoba mempengaruhi Anda; saya hanya menunjukkan pentingnya mengajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri.

Pengajuan pertanyaan ini secara lisan oleh orang lain tidak berarti apa-apa jika Anda tidak mengajukannya kepada diri Anda sendiri dengan tekun, dengan rasa mendesak.

Batas kebebasan bertambah sempit dari hari ke hari, seperti tentu Anda lihat bila Anda benar-benar mengamati. Para politisi, para pemimpin, para rohaniwan, koran dan buku yang Anda baca, pengetahuan yang Anda peroleh, kepercayaan yang Anda anut - semua itu membuat batas-batas kebebasan semakin bertambah sempit.

Jika Anda menyadari proses ini berlangsung, jika Anda sungguh-sungguh mencerap sempitnya roh, perbudakan batin yang semakin meningkat, maka Anda akan menemukan bahwa dari persepsi itu datanglah energi; dan energi yang lahir dari persepsi inilah yang akan menghancur-leburkan batin yang remeh, batin yang terhormat, batin yang pergi ke tempat ibadah, batin yang penuh ketakutan.

Demikianlah, persepsi adalah jalan kebenaran.

 



Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Persepsi

Batin Yang Berceloteh

Mencerap sesuatu adalah pengalaman yang menakjubkan. Saya tidak tahu, pernahkah Anda sungguh-sungguh mencerap sesuatu - pernahkah Anda mencerap sekuntum bunga atau sebuah wajah atau langit atau laut.

Sudah tentu, Anda melihat semua itu selagi Anda melintas naik bus atau mobil; tetapi saya bertanya-tanya, pernahkah Anda mencoba untuk sungguh-sungguh memandang sekuntum bunga?

Dan ketika Anda memandang sekuntum bunga, apa yang terjadi? Anda dengan segera menamai bunga itu, Anda memikirkan apa jenis bunga itu, atau Anda berkata, “Betapa indah warnanya. Saya ingin menanamnya di tamanku; saya ingin memberikannya kepada istriku, atau menyisipkannya di lubang kancing bajuku,” dan seterusnya.

Dengan kata lain, pada saat Anda memandang sekuntum bunga, batin Anda mulai berceloteh; oleh karena itu Anda tidak pernah mencerap bunga itu.

Anda mencerap sesuatu hanya apabila batin Anda diam, jika batin tidak berceloteh.

Jika Anda dapat memandang bintang senja di atas laut tanpa suatu gerak batin, maka Anda sungguh-sungguh mencerap keindahannya yang luar biasa; dan jika Anda mencerap keindahan, tidakkah Anda juga mengalami keadaan cinta?

Sesungguhnya keindahan dan cinta adalah sama. Tanpa cinta tidak ada keindahan, dan tanpa keindahan tidak ada cinta.

Keindahan ada di dalam wujud, keindahan ada di dalam ucapan, keindahan ada di dalam tingkah laku.

Jika tidak ada cinta, tingkah laku adalah hampa; ia sekadar produk dari masyarakat, produk suatu budaya tertentu, dan apa yang dihasilkan bersifat mekanis, tanpa jiwa.

Tetapi jika batin mencerap tanpa bergetar sedikit pun, maka ia mampu memandang kepada kedalaman total dari dirinya; dan persepsi seperti itu sungguh-sungguh tanpa-waktu.

Anda tidak perlu melakukan sesuatu untuk mendatangkannya; tidak ada disiplin, tidak ada praktek, tidak ada metode yang dengan itu Anda bisa belajar mencerap.

 


Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Persepsi

Friday, October 25, 2013

Keadaan Tanpa Waktu



Kalau kita berbicara tentang waktu, maksud kita bukanlah waktu kronologis, waktu yang diukur dengan arloji. Waktu itu memang ada, harus ada. Jika Anda ingin mengejar bus, jika Anda ingin naik kereta api atau memenuhi janji bertemu esok pagi, Anda harus punya waktu kronologis.

Tetapi adakah hari esok, secara psikologis, yang adalah waktu batiniah? Adakah sesungguhnya hari esok secara psikologis? Ataukah hari esok itu diciptakan oleh pikiran, oleh karena pikiran melihat mustahilnya perubahan secara langsung, seketika, lalu menciptakan proses yang berangsur-angsur ini?

Saya melihat sendiri, sebagai manusia, bahwa adalah penting sekali untuk mengadakan revolusi radikal dalam cara saya hidup, berpikir, merasa, dan dalam tindakan-tindakan saya, dan saya berkata kepada diri sendiri, “Saya butuh waktu untuk itu; besok saya akan menjadi lain, atau bulan depan.”

Itulah waktu yang kita bicarakan: struktur waktu psikologis, hari esok, atau masa depan, dan di dalam waktu seperti itulah kita hidup. Waktu adalah masa lampau, saat sekarang, masa depan - bukan menurut arloji.

Saya ada, kemarin; kemarin bergerak melalui hari ini dan menciptakan masa depan. Itu cukup sederhana. Saya mempunyai pengalaman setahun lalu, yang terekam dalam batin saya, dan saat sekarang saya terjemahkan menurut pengalaman, pengetahuan, tradisi, keterkondisian itu, dan saya menciptakan hari esok. Saya terperangkap dalam lingkaran ini. Inilah yang kita sebut hidup; inilah yang kita namakan waktu.

Pikiran, yang adalah Anda, beserta segala ingatan, keterkondisian, gagasan-gagasan, harapan-harapan, keputusasaan, kesepian eksistensial yang mencekam—semua itu adalah waktu. ...

Dan untuk memahami keadaan tanpa waktu, ketika waktu berhenti, kita harus menyelidiki apakah batin dapat bebas total dari semua pengalaman, yang berasal dari waktu.
Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Waktu

Thursday, October 24, 2013

Hakikat Pikiran Sesungguhnya


 
Image Sumber : http://maramissetiawan.files.wordpress.com/

Waktu adalah pikiran, dan pikiran adalah proses yang menciptakan waktu, sebagai hari kemarin, hari ini, dan hari esok, sebagai alat yang kita gunakan untuk pencapaian, sebagai cara hidup.

Waktu bagi kita adalah luar biasa penting; kehidupan demi kehidupan, satu kehidupan berlanjut kepada kehidupan lain yang diubah sedikit, yang terus berlanjut.

Jelas, waktu adalah hakikat sesungguhnya dari pikiran, pikiran adalah waktu.

Dan selama ada waktu sebagai alat untuk mencapai sesuatu, batin tidak bisa mengatasi dirinya sendiri - kualitas yang mengatasi diri dimiliki oleh batin yang baru, yang bebas dari waktu.

Waktu adalah faktor bagi ketakutan. Dengan waktu, saya maksudkan bukan waktu kronologis, yang diukur dengan arloji: detik, menit, jam, hari, tahun, melainkan waktu sebagai proses psikologis, batiniah. Fakta inilah yang menimbulkan ketakutan.
Waktu adalah ketakutan; karena waktu adalah pikiran, ia menghasilkan ketakutan. Waktulah yang menciptakan frustrasi, konflik, oleh karena persepsi yang seketika terhadap fakta ini, kesadaran terhadap fakta ini adalah tanpa waktu. ...

Dengan demikian, untuk memahami ketakutan, orang harus sadar akan waktu - waktu sebagai jarak, ruang, ’aku’, yang diciptakan oleh pikiran sebagai hari kemarin, hari ini, dan hari esok, dengan menggunakan ingatan akan hari kemarin untuk menyesuaikan diri dengan saat sekarang, dan dengan demikian mengkondisikan masa depan.

Dengan demikian, bagi kebanyakan dari kita, ketakutan adalah realitas yang luar biasa.

Dan suatu batin yang terlibat ketakutan, terlibat rumitnya ketakutan, tidak pernah dapat bebas; ia tidak pernah memahami totalitas ketakutan tanpa memahami liku-liku waktu. Keduanya berjalan bersama-sama.
Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Waktu

Wednesday, October 23, 2013

Separuh Timor Leste sudah tersambung WiMAX: Indonesia perlu belajar dari Timor Leste



Kami berempat, Pak Kemal Prihatman, Pak Muchlis, Pak Harry Sufehmi dan saya, Onno W. Purbo,  berangkat dari Indonesia dengan misi berkontribusi membantu IT di Timor Leste khususnya dalam bidang open source. Kami berada di Timor Leste antara tanggal 1-5 Juni 2009.


Kami di sambut oleh teman-teman dari Ministry of Infrastructure Timor Leste sebuah lembaga yang bertanggung jawab untuk masalah telekomunikasi, jalan dan energy. Teman yang menyambut kami adalah Pak Paulo Dacosta, Pak Hilman Akil dan dua orang staff wanita. Pak Paulo Dacosta yang merupakan salah seorang manajer di Ministry of Infrastructure. Sedang, Pak Hilman Akil merupakan advisor untuk Direktorat National ICT di bawah Ministry of Infrastructure.
Dalam obrolan awal kami dengan teman-teman dari Timor Leste ini, hal yang akan menarik bagi kita di Indonesia adalah keberhasilan Ministry of Infrastructure Timor Leste, yang di pimpin oleh Pak Pedro Lay da Silva salah seorang lulusan Atmajaya. Timor Leste sedang implementasi National Connevtivity Project (NCP) dilakukan oleh Directorate National ICT dari Ministry of Infrastructure, yang di pimpin oleh Pak Flavio C. Neves lulusan UGM.
Melalui NCP, Ministry of Infrastructure Timor Leste berhasil menyambungkan 5 distrik dari 13 distrik yang ada di Timor Leste menggunakan WiMAX. Hampir setengah dari Timor Leste tersambung WiMAX. Di samping itu mereka juga mengoperasikan VoIP atau lebih tepat-nya Next Generation Network (NGN) seperti yang kita kenal di VoIP Rakyat di atas  infrastuktur WiMAX mereka.
Hal ini menjadikan biaya telekomunikasi secara keseluruhan akan menjadi rendah. Naga-naga-nya Indonesia tertinggal jauh dan harus belajar ke Timor Leste dalam implementasi WiMAX & NGN.
Directorate National ICT di bawah Ministry of Infrastructure Timor Leste pada saat ini sedang mengimplementasikan National Connectivity Project (NCP) yang merupakan infrastruktur kunci untuk e-government Timor Leste yang akan datang. Dikawal oleh Pak Hilman Akil seorang Indonesia, seorang alumni MIT Amerika Serikat, yang menjadi advisor untuk Directorate National ICT proses tender hingga pengawalan implementasi national connectivity project dilakukan.
Pada dasarnya National Connectivity Project (NCP) ini lahir dari kebutuhan akan komunikasi data untuk seluruh jajaran pemerintah di Timor Leste. Proyek ini akan mendukung komnunikasi data antara departemen dengan departemen lainnya, maupun antara Dili dengan pemerintahan distrik.

Di dalam implementasinya, NCP ini ada tiga Phase, yakni Phase-1 untuk Dili, Oecusse dan Baucau, Phase-2 untuk Maliana, Ermera, Suai, dan Batugade (di perbatasan), dan Phase-3 Ainaro, Liquica, Aileu, Manatuto,Same, dan Viqueque dan Phase tambahan untuk Perbatasan, yakni Sakato, Salele dan Bobomento.
Seluruh distrik seluruh negara Timor Leste kemungkinan akan tersambung secara penuh paling tidak akhir tahun 2009 atau awal 2010. Antar Distrik digunakan infrastruktur VSAT menggunakan satelit Telkom-2. Dari ibu kota distrik, antar kantor pemerintah digunakan WiMAX versi 802.16d yang bekerja pada frekuensi 3.5GHz. Sedang di dalam gedung pemerintah digunakan WiFi dan jaringan LAN.
Yang lebih mengagumkan, seluruh proses National Connectivity Project (NCP) dilakukan dalam waktu yang singkat. Agustus 2008 konsep NCP mulai dimatangkan. Termasuk proses study banding terhadap berbagai negara yang telah melakukan implementasi WiMAX seperti di Nauru. Ada 18 peserta tender yang ingin berpartisipasi di NCP dari berbagai negara seperti Australia, Portugal, Singapore, Singapore, Indonesia, dengan 9 prakualifikasi, tapi hanya 7 peserta yang memasukan dokumen. Proses tender di menangkan oleh Telkom Indonesia International yang di pimpin oleh Pak Mulya Tambunan.
Proses transfer teknologi di lakukan dengan baik. Untuk tahap pertama, implementasi di tiga Distrik, Telkom Indonesia International yang melakukan implementasi sambil melakukan training terhadap orang Timor Leste.
Untuk dua (2) distrik selanjutnya, proses implementasi dilakukan oleh teman-teman dari Timor Leste sendiri dengan panduan dari Jakarta. Ada sekitar 30-an orang Timor Leste yang direkrut sebagai help desk dan call center untuk implementasi National Connectivity Project (NCP). Salah satu kunci sukses dari NCP adalah alokasi budget untuk capacity building, penaikan kapasitas dari kemampuan SDM, termasuk di dalamnya beasiswa untuk staff NCP untuk belajar ICT. Seperti Linda salah satu staff NCP ternyata lulusan STT Telkom (sekarang IT Telkom di Bandung).
Demikian laporan singkat dari perkembangan Timor Leste di bidang ICT yang tampaknya jauh lebih maju dari apa yang kita sangka di Indonesia. Kita tampaknya perlu belajar juga ke Timor Leste.




@http://timorlestemerdeka.wordpress.com/

 

Pahami Proses Berpikir Anda


Misalkan Anda tidak pernah membaca sebuah buku, entah buku agama entah buku psikologi, dan Anda harus menemukan makna, arti dari kehidupan. Bagaimana Anda melakukannya?

Misalkan tidak ada Guru-Guru, tidak ada lembaga-lembaga agama, tidak ada Buddha, tidak ada Kristus, dan Anda harus mulai dari awal. Bagaimana Anda melakukannya?

Pertama-tama, Anda perlu memahami proses berpikir Anda, bukan? - dan tidak memproyeksikan diri Anda, pikiran-pikiran Anda, ke masa depan dan menciptakan suatu Tuhan yang menyenangkan hati Anda; itu terlalu kekanak-kanakan.

Jadi, pertama-tama Anda perlu memahami proses berpikir Anda. Itulah satu-satunya jalan untuk menemukan sesuatu yang baru, bukan?

Bila kita berkata bahwa pembelajaran dan pengetahuan merupakan penghalang, rintangan, yang kita maksudkan bukan pengetahuan teknis --bagaimana mengemudikan mobil, bagaimana menjalankan mesin-- atau efisiensi yang dihasilkan oleh pengetahuan seperti itu.

Yang kita maksudkan adalah sesuatu yang lain: suatu rasa kebahagiaan kreatif yang tidak dapat dihasilkan oleh pengetahuan atau pembelajaran sebanyak apa pun. Menjadi kreatif --dalam arti kata itu yang paling sejati-- berarti bebas dari masa lampau dari saat ke saat, oleh karena masa lampaulah yang terus-menerus membayangi masa kini.
Sekadar berpegang pada informasi, pada pengalaman orang lain, pada apa yang dikatakan orang lain, betapa pun luhurnya, dan mencoba menyesuaikan tindakan Anda dengan itu -- semua itu adalah pengetahuan, bukan?

Tetapi, untuk menemukan sesuatu yang baru, Anda harus berangkat sendiri; Anda harus mulai melangkah dalam suatu perjalanan, dengan telanjang sama sekali, terutama telanjang dari pengetahuan, oleh karena mudah sekali --melalui pengetahuan atau kepercayaan-- untuk memperoleh pengalaman, tetapi pengalaman-pengalaman ini hanyalah sekadar produk dari proyeksi diri, dan oleh karena itu sama sekali tidak nyata, palsu.

 

Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Pengetahuan

Penentuan Jadwal Shalat Fardhu


Diagram Waktu Shalat berdasarkan posisi matahari


Dari sudut pandang Fiqih penentuan waktu shalat fardhu seperti dinyatakan di dalam kitab-kitab fiqih adalah sebagi berikut :

Waktu Subuh   Waktunya diawali saat Fajar Shiddiq sampai matahari terbit (syuruk). Fajar Shiddiq ialah terlihatnya cahaya putih yang melintang  mengikut garis lintang ufuk di sebelah Timur akibat pantulan cahaya matahari oleh atmosfer. Menjelang pagi hari, fajar ditandai dengan adanya cahaya samar yang menjulang tinggi (vertikal) di horizon Timur yang disebut Fajar Kidzib atau Fajar Semu yang terjadi akibat pantulan cahaya matahari oleh debu partikel antar planet yang terletak antara Bumi dan Matahari. Setelah cahaya ini muncul beberapa menit kemudian cahaya ini hilang dan langit gelap kembali. Saat berikutnya barulah muncul cahayamenyebar di cakrawala secara horizontal, dan inilah dinamakan Fajar Shiddiq. Secara astronomis Subuh dimulai saat kedudukan matahari  ( s° ) sebesar 18° di bawah horizon Timur atau disebut dengan “astronomical twilight”  sampai sebelum piringan atas matahari menyentuh horizon yang terlihat (ufuk Hakiki / visible horizon). Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria sudut  s=20° dengan alasan kepekaan mata manusia lebih tinggi saat pagi hari karena perubahan terjadi dari gelap ke terang.

Waktu Zuhur  Disebut juga waktu Istiwa (zawaal) terjadi ketika matahari berada di titik tertinggi. Istiwa juga dikenal dengan sebutan Tengah Hari (midday/noon). Pada saat Istiwa, mengerjakan ibadah shalat (baik wajib maupun sunnah) adalah haram. Waktu Zuhur tiba sesaat setelah Istiwa, yakni ketika matahari telah condong ke arah Barat. Waktu tengah hari dapat dilihat pada almanak astronomi atau dihitung dengan menggunakan algoritma tertentu. Secara astronomis, waktu Zuhur dimulai ketika tepi piringan matahari telah keluar dari garis zenith, yakni garis yang menghubungkan antara pengamat dengan pusat letak matahari ketika berada di titik tertinggi (Istiwa). Secara teoretis, antara Istiwa dengan masuknya Zuhur ( z° ) membutuhkan waktu 2 menit, dan untuk faktor keamanan biasanya pada jadwal shalat waktu Zuhur adalah 4 menit setelah Istiwa terjadi atau z=1°.

Waktu Ashar  Menurut Mazhab Syafi’i, Maliki, dan Hambali, waktu Ashar diawali jika panjang bayang-bayang benda melebihi panjang benda itu sendiri. Sementara Madzab Imam Hanafi mendefinisikan waktu Ashar jika panjang bayang-bayang benda dua kali melebihi panjang benda itu sendiri. Waktu Ashar dapat dihitung dengan algoritma tertentu yang menggunakan trigonometri tiga dimensi. Secara astronomis ketinggian matahari saat awal waktu Ashar dapat bervariasi tergantung posisi gerak tahunan matahari/gerak musim. Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria waktu Ashar adalah saat panjang bayangan = panjang benda + panjang bayangan saat istiwa. Dengan demikian besarnya sudut tinggi matahari waktu Ashar ( a° ) bervariasi dari hari ke hari.

Waktu Maghrib   Diawali saat matahari terbenam di ufuk sampai hilangnya cahaya merah di langit Barat.Secara astronomis waktu maghrib dimulai saat seluruh piringan  matahari masuk ke horizon  yang terlihat (ufuk Mar’i / visible horizon) sampai waktu Isya yaitu saat kedudukan matahari  sebesar i° di bawah horizon Barat.  Di Indonesia khususnya Departemen Agama menganut kriteria sudut i=18° di bawah horison Barat.

Waktu ‘Isya  Diawali dengan hilangnya cahaya merah (syafaq) di langit Barat, hingga terbitnya Fajar Shiddiq di Langit Timur. Secara astronomis, waktu Isya  merupakan kebalikan dari waktu Subuh yaitu dimulai saat kedudukan matahari  sebesar i° di bawah horizon Barat sampai sebelum posisi matahari sebesar s° di bawah horizon Timur.

Waktu Imsak   Diawali 10 menit sebelum Waktu Subuh dan berakhir saat Waktu Subuh. Ijtihad 10 menit adalah perkiraan waktu saat Rasulullah membaca Al Qur’an sebanyak 50 ayat waktu itu. Untuk waktu Imsak ini saya kutipkan dari pelbagai sumber, karena ada pergeseran interpretasi akan tujuan imsak diadakan. Awal mula imsak diperkenalkan kepada masyarakat menurut saya sebagai peringatan bahwa sebentar lagi waktu sahur akan habis. Artinya pada saat imsak tersebut waktu sahur belum habis tetapi dihimbau untuk mengurangi aktivitas makan dan minum karena khawatir kebablasan. Layaknya lampu kuning pada traffic light, artinnya siap-siap sebentar lagi puasa dimulai. Namun seiring waktu berjalan imsak ini terasimilasi kedalam ranah payung hukum puasa dimana banyak yang memahami imsak sebagai waktu awal dimulainya berpuasa.
Sampai saat ini masih banyak ditemukan orang yang berpegang teguh kepada pendapat bahwa imsak itu merupakan awal dimulainya ibadah puasa. Meraka akan menghindari makan dan minum setelah imsak meski waktu subuh belum datang karena akan membatalkan puasa mereka.
Saya hanya mau menggaris bawahi bahwa masih banyak hal-hal yang berkenaan dengan ibadah namum minim informasi sehingga sering kali terjadi salah penafsiran di kalangan masyarakat, salah satunya imsak ini. Oleh karena itu pihak terkait harus bisa lebih memberikan informasi yang benar, akurat, dan lengkap ketika akan membuat dan mengeluarkan suatu aturan yang berfungsi untuk menunjang aktivitas tertentu agar bisa difahami sebagaimana mestinya.
menahan diri dari makan dan minum adalah mulai terbitnya fajar (masuknya waktu shubuh). Dasarnya firman 

Allah Ta’ala,

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.” (Qs. Al Baqarah: 187)

Juga dasarnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Fajar ada dua macam: [Pertama] fajar diharamkan untuk makan dan dihalalkan untuk shalat (yaitu fajar shodiq, fajar masuknya waktu shubuh, -pen) dan [Kedua] fajar yang diharamkan untuk shalat (yaitu shalat shubuh) dan dihalalkan untuk makan (yaitu fajar kadzib, fajar yang muncul sebelum fajar shodiq, -pen).”(Diriwayatakan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro no. 8024 dalam “Puasa”, Bab “Waktu yang diharamkan untuk makan bagi orang yang berpuasa” dan Ad Daruquthni dalam “Puasa”, Bab “Waktu makan sahur” no. 2154. Ibnu Khuzaimah dan Al Hakim mengeluarkan hadits ini dan keduanya menshahihkannya sebagaimana terdapat dalam Bulughul Marom)
Dasarnya lagi adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Bilal biasa mengumandangkan adzan di malam hari. Makan dan minumlah sampai kalian mendengar adzan Ibnu Ummi Maktum.” (HR. Bukhari no. 623 dalam Adzan, Bab “Adzan sebelum shubuh” dan Muslim no. 1092, dalam Puasa, Bab “Penjelasan bahwa mulainya berpuasa adalah mulai dari terbitnya fajar”). Seorang periwayat hadits ini mengatakan bahwa Ibnu Ummi Maktum adalah seorang yang buta dan beliau tidaklah mengumandangkan adzan sampai ada yang memberitahukan padanya “Waktu shubuh telah tiba, waktu shubuh telah tiba.”
Demi menjaga “keamanan” terhadap jadwal waktu shalat yang biasanya diberlakukan untuk suatu kawasan tertentu, maka dalam hal ini setiap awal waktu shalat menggunakan kaidah “ihtiyati” yaitu menambahkan beberapa menit dari waktu yang sebenarnya. Besarnya ihtiyati ini biasanya ditambahkan 2 menit di awal waktu shalat dan dikurangkan 2 menit sebelum akhir waktu shalat.
Akibat pergerakan semu matahari 23,5° ke Utara dan 23,5° ke Selatan selama periode 1 tahun, waktu-waktu tersebut bergesar dari hari-kehari. Akibatnya saat waktu shalat juga mengalami perubahan. oleh sebab itulah jadwal waktu shalat disusun untuk kurun waktu selama 1 tahun dan dapat dipergunakan lagi pada tahun berikutnya. Selain itu posisi atau letak geografis serta ketinggian tempat juga mempengaruhi kondisi-kondisi tersebut di atas.

Berdasarkan konsep waktu menggunakan posisi matahari secara astronomis para ahli kini berusaha membuat rumus waktu shalat berdasarkan letak geografis dan ketinggian suatu tempat di permukaan bumi dalam bentuk sebuah program komputer yang dapat menghasilkan sebuah tabulasi data secara akurat dalam sebuah “Jadwal Waktu Shalat”. Kini software waktu shalat terus dibuat dan dikembangkan diantaranya: Accurate Times, Athan Software, Prayer Times, Mawaqit, Shalat Time dsb. serta software produksi BHR Departemen Agama yang disebarluaskan secara nasional yaitu Winhisab. Program ini masih terlalu sederhana untuk kelas Nasional dan saya yakin BHR bisa membuat yang lebih baik lagi.

Waktu Shalat Sunah

Tidak semua shalat sunah mempunyai waktu tertentu melainkan beberapa shalat sunah sudah diatur waktunya. Waktu-waktunya adalah mengikuti waktu shalat yang dianjarkan Nabi Muhammad s.a.w. Diantara shalat sunahyang dilakukan mengikuti waktu tertentu adalah:
  • Shalat Dhuha - dilakukan ketika waktu matahari baru naik (mengikut pandangan beberapa ulama, pada ketinggian segalah atau tujuh hasta) atau sekitar 3,5° ketinggian Matahari.
  • Shalat Ied - dilakukan pada waktu pagi hari raya yang pertama bagi kedu jenis hari raya tersebut, umumnya dilakukan pada waktu Dhuha  yaitu waktu matahari baru naik (mengikut pandangan sebagianulama, pada ketinggian segalah)
  • Shalat Tarawih - dilakukan pada waktu Isya’ (umumnya dilakukan selepas Shalat Isya’ sebelum kemunculan waktu imsak)
  • Shalat Sunat Gerhana - dilakukan pada waktu gerhana (matahari atau bulan) sedang terjadi.
  • Shalat Sunat Rawatib - dilakukan sebelum dan selepas solat fardhu. Tidak semua solat mempunyai kedua-dua solat sunat.

Waktu Haram Shalat

Berikut adalah waktu yang diharamkan solat (sebagian ulama mengatakan berlaku bagi selain tanah haram):
  • Waktu selepas shalat Subuh hingga terbit matahari.
  • Waktu mulai terbit matahari (syuruk) hingga matahari berada di kedudukan pada kadar segalah (tujuh hasta).
  • Waktu rambang (zawal, istiwa, rembah) atau waktu tengahari (matahari tegak) hingga gelincir matahari kecuali hari Jumaat.
  • Waktu selepas shalat Asar hingga matahari kekuningan.
  • Waktu matahari kekuningan hingga matahari terbenam.

Sumber : rukyatulhilal.org/waktu-shalat/index.html
Dengan beberapa tambahan yang perlu ditambahkan terutama tentang waktu Imsak

Kekacauan Yang Diciptakan Oleh Waktu

Waktu berarti bergerak dari apa adanya menuju ’apa seharusnya’. Sekarang saya takut, tetapi suatu hari kelak saya akan bebas dari ketakutan, setidak-tidaknya itulah yang kita kira. Untuk berubah dari apa adanya kepada ’apa seharusnya’ terlibat waktu.

Nah, waktu menyiratkan upaya di dalam interval antara apa adanya dan ’apa seharusnya’. Saya tidak suka ketakutan, dan saya akan berupaya untuk memahami, menganalisis, membedah, atau saya akan menemukan akar permasalahannya, atau saya akan melepaskan diri secara total dari ketakutan. Semua ini menyiratkan daya upaya - dan daya upaya itulah yang kita kenal sehari-hari.

Kita selalu berada dalam konflik antara apa adanya dan ’apa seharusnya’. ’Apa seharusnya’ adalah suatu gagasan, dan gagasan itu fiktif, itu bukan ’apa adanya diri saya’ sekarang, yang adalah faktanya; dan ’apa adanya diri saya’ sekarang hanya dapat berubah apabila saya memahami kekacauan yang diciptakan oleh waktu.

Jadi, mungkinkah bagi saya untuk bebas dari ketakutan secara total, sepenuhnya, dengan seketika?

Jika saya biarkan ketakutan berlanjut, saya akan menciptakan kekacauan selamanya; dengan demikian kita melihat, bahwa waktu adalah unsur dari kekacauan, bukan suatu cara untuk pada akhirnya bebas dari ketakutan.

Jadi, tidak ada proses berangsur-angsur untuk melenyapkan ketakutan, sama seperti tidak ada proses berangsur-angsur untuk melenyapkan racun nasionalisme.

Jika Anda memiliki nasionalisme dan Anda berkata pada akhirnya nanti akan ada persaudaraan di antara sesama manusia, di dalam jangka waktu itu ada perang, ada kebencian, ada kesengsaraan, ada perpecahan yang mengerikan antara manusia dengan manusia; oleh karena itu, waktu menciptakan kekacauan.
Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Waktu

Apakah Meditasi Lepas Dari Agama & Tuhan?

Image Sumber : http://historinasafitri.files.wordpress.com/
Ada banyak pengertian meditasi menurut si penggunanya. Dalam MTO atau MMD, meditasi tidak lain adalah praktik kesadaran atau praktik keheningan. Ketika ego/diri/pikiran lenyap dalam keheningan/kesadaran, terdapat Sesuatu Yang Lain yang melampaui agama sebagai sistem pemikiran, melampaui tuhan-tuhan sebagai konsep, melampaui kerangka kepercayaan.


HUDOYO HUPUDIO:
<<Meditasi pada dasarnya apakah lepas dari agama, bahkan Tuhan pater?>>

Izinkan saya berbagi:
Pada umumnnya, "Tuhan" yg kita kenal adalah "Tuhan" yg kita pelajari sejak kecil bersumber pada kitab suci yg kita imani. "Tuhan" seperti itu adalah gagasan yg ada di dalam pikiran kita; dan pikiran itu sifatnya selalu terbatas, terkondisi, dan subjektif. Oleh karena itu manusia mempunyai pemahaman yg berbeda2 tentang "Tuhan", tergantung dari apa yg dipelajarinya sejak kecil. Bahkan pemahaman umat yg beriman kepada kitab suci yang sama pun bisa berbeda2 tentang "Tuhan". Jelas "Tuhan" seperti itu bukanlah Tuhan yg sejati, oleh karena "Tuhan" seperti itu hanyalah konsep dari PIKIRAN yg berbeda2.

MTO (yg diajarkan oleh Romo Sudri) dan MMD (yg saya ajarkan) mengembangkan KESADARAN, di mana orang tidak lagi bergantung pada PIKIRAN, sehingga akhirnya PKIRAN dan AKU akan berhenti/padam secara alami. Maka di situ hadirlah 'sesuatu yg lain', yg bukan berasal dari pikiran. 'Sesuatu yg lain' itu adalah yang suci dan abadi. Itulah yg dicari oleh umat manusia selama ribuan tahun dg berbagai jalan.

Bernadette Roberts, seorang ibu rumah tangga Katolik yg telah mencapai penyatuan dg Tuhan ketika ia masih berusia remaja sebagai suster di sebuah biara, dan yang setelah itu selama 20 tahun berada bersama Tuhan secara nyata/eksperiensial setiap malam, tiba2 mengalami runtuh dan lenyapnya diri (rasa aku)-nya bersama Tuhannya. Dan ia mengalami, sebagai "ganti" Tuhan, hadirnya 'sesuatu yg lain', yang tidak bisa dipahami dengan pikirannya, dan oleh karenanya dinamakannya "Yang Tak Dikenal". ["The Experience of No-Self"]

*****

Kiranya patut kita renungkan kembali pernyataan St Thomas Aquinas, teolog terbesar Kristiani sepanjang zaman:

"Pada akhir pengetahuan kita, kita mengetahui Allah sebagai yang tak dikenal."
(In finem nostrae cognitionis Deum tamquam ignotum cognoscimus.)
[Boetium de Trinitate]

[dari timeline Romo Sudrijanta]

Thursday, October 10, 2013

MA Menangkan Tutut untuk Miliki Lagi TPI, Selanjutnya Apa?




Mahkamah Agung mengabulkan kasasi yang diajukan Siti Hardiyanti Rukmana terkait sengketa kepemilikan stasiun televisi TPI yang kini sudah berganti nama jadi MNC TV membuat saham-saham grup MNC yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) berada di zona merah.
Kabiro Hukum dan Humas MA, Ridwan Mansyur menjelaskan MA telah memutus Perkara No. 862 K/Pdt/2013 dengan Pemohon Kasasi: Ny. Siti Hardiyanti Rukmana dkk melawan Termohon kasasi: PT. Berkah Karya Bersama dkk.
Majelis hakim yang terdiri dari Hakim Soltoni Mohdally, Takdir Rakhmadi, I Made Tara telah memutuskan perkara tersebut pada tanggal 2 Oktober 2013 dengan Amar putusan yang berbunyi:

  • - Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi.
  • - Membatalkan putusan PT. Jakarta No. 629/Pdt/2011 yang membatalkan putusan PN. No. 10/pdt.g/2010.
  • - Mengadili sendiri : mengabulkan gugatan penggugat (pemohon kasasi) untuk sebagian
  • - Menyatakan para tergugat (termohon kasasi) telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum
  • - Menyatakan sah dan sesuai hukum keputusan RUPS yang tertuang dalam akta
"Ini petikan singkatnya, selebihnya masih dalam proses minutasi, setelah selesai akan dipublish di direktori putusan dan salinan resmi kepada para pihak," kata Ridwan dalam penjelasan lewat pesan teks ke liputan6.com, Kamis (10/10/2013).

Awal Mula Kasus
Kasus pengambilialihan TPI sendiri bermula ketika Indosat membeli obligasi convertible yang dikeluarkan TPI masing-masing senilai Rp 10 miliar atau totalnya Rp 150 miliar pada 15 Oktober 1997 dimana akan jatuh tempo pada Oktober 2002.
Lalu Harry membeli obligasi tersebut yang dalam perjanjiannya bisa ditukar dengan saham TPI. Pihak Harry kala itu di atas angin karena bisa memiliki saham TPI jika pihak Tutut tak bisa membayar utang obligasinya. Dalam hitung-hitungan waktu itu, nilai obligasi tersebut setara dengan 75% saham TPI.
Harry Tanoe pun sudah menjalankan rencana akuisisi TPI sejak tahun 2003 namun perjalanannya sangat kompleks karena pihak Tutut tak ingin ada pengambilalihan saham. Sampai akhirnya digelar RUPSLB TPI pada 18 Maret 2005 yang tanpa persetujuan Tutut mengubah kepemilikan saham.
Setelah ada keputusan ini, bisakah Tutut kembali memiliki TPI? Sepertinya memang tidak mudah karena TPI sendiri sudah berganti nama menjadi MNC TV. Kedua pihak nampaknya akan saling adu strategi untuk mempertahankan haknya dalam TPI yang kini sudah jadi MNC TV itu.
@http://bisnis.liputan6.com

Malaysia Punya MRT Sejak 11 Tahun Lalu, RI Baru Rencana




Pembangunan alat transportasi Mass Rapid Transit (MRT) dan monorel ternyata sudah direncanakan sejak lama. Namun untuk pembangunan kedua moda transportasi tersebut, RI kalah cepat dari Malaysia
Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengatakan rencana pembangunan monorel sudah ada sejak 14 tahun lalu, sedangkan MRT sudah sejak 24 tahun lalu. Meski sudah lama pelaksanaan pembangunan proyek tersebut baru berjalan saat ini, sedangkan Malaysia sudah berjalan sejak 11 tahun yang lalu.
"Saya ulang-ulang, dibanding Kuala Lumpur itu perencanaannya duluan kita. Tapi yang punya 11 tahun lalu dia sudah punya. Kita baru akan punya," kata Jokowi dalam seminar wirausaha di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta, Senin (8/7/2013).
Untuk itu, Jokowi mengaku malu ketika menghadiri pertemuan dengan pejabat negara di luar negeri yang membicarakan alat transportasi massal di negaranya. Pasalnya, di Indonesia sendiri belum ada alat transportasi yang bisa dibanggakan.
"Saya suka malu, paling tidak satu kilometer (km) saja MRT-nya. Monorelnya 1 km saja, jadi tidak malu-malu amat. Saya mau nyeritain bus juga malu, inilah Jakarta," ujarnya sambil bergurau.
Menurut dia, proyek untuk mengurai kemacetan di Jakarta tersebut harus segera dilaksanakan. Pasalnya di Jakarta, ada 440 mobil baru dan 1.400 motor baru, dan hal ini pasti akan menimbulkan dampak kepadatan arus lalu lintas.
"Bayangin kalau kita teruskan, kalau ini tidak cepet dikejar oleh itu (MRT dan Monorel), bahaya sekali," tegasnya.
Mantan Walikota Solo tersebut mengungkapkan, sebelumnya sudah ada rencana lain untuk mengurai kemacetan agar penggunaan kendaraan beralih menggunakan transportasi umum, seperti penerapan sistem ganjil genap pada nomor seri kendaraan, namun dengan berbagai pertimbangan sistem tersebut tidak jadi diterapkan.
"Tapi kalau kemarin genap ganjil jalan, separuh pengguna mobil mau kemana?, MRT nggak ada, busnya gak cukup hanya menampung 40%," pungkasnya
 
 
 
 
 
@http://bisnis.liputan6.com/
 
 

Sunday, October 06, 2013

Berpikir Tanpa Si Pemikir

Monyet di pohon merasa lapar, lalu muncul dorongan untuk mengambil sebiji buah atau biji-bijian. Tindakan datang lebih dulu, baru kemudian muncul gagasan bahwa sebaiknya Anda menyimpan makanan itu. Dengan kata lain, apakah tindakan datang lebih dulu, ataukah si pelaku? Adakah si pelaku tanpa tindakannya? Pahamkah Anda?

Inilah yang selalu kita pertanyakan kepada diri sendiri: Siapakah yang melihat? Siapakah si pengamat?

Apakah si pemikir, kalau terpisah dari pikirannya; apakah si pengamat, kalau terpisah dari apa yang diamati; apakah si penerima pengalaman, kalau terpisah dari pengalamannya; apakah si pelaku, kalau terpisah dari tindakannya? ...

Tetapi, jika Anda betul-betul meneliti prosesnya, dengan sangat teliti, dengan tajam dan dengan cerdas, Anda akan melihat bahwa selalu terdapat tindakan lebih dulu; dan tindakan itu beserta tujuan yang dibayangkannya menciptakan si pelaku. Dapatkah Anda pahami ini?

Jika tindakan mempunyai tujuan yang dibayangkan, maka upaya mencapai tujuan itu melahirkan si pelaku. Jika Anda berpikir dengan jernih dan tanpa prasangka, tanpa menyesuaikan diri, tanpa usaha meyakinkan orang lain, tanpa suatu tujuan yang dibayangkan, maka dalam berpikir seperti itu tidak ada si pemikir - yang ada hanyalah pemikiran.

Hanya bila Anda mencari suatu tujuan dalam pemikiran Anda, maka ’Anda’ menjadi penting, dan bukan pikiran itu. Mungkin beberapa di antara kalian pernah mengamati ini.

Ini sungguh penting untuk ditemukan, oleh karena dari situ kita akan tahu bagaimana harus bertindak.

Jika si pemikir datang lebih dulu, maka si pemikir lebih penting daripada pikirannya; dan semua filsafat, adat istiadat, dan kegiatan dari peradaban masa kini didasarkan pada asumsi itu.

Tetapi jika pikiran datang lebih dulu, maka pikiran lebih penting daripada si pemikir.

Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Pikiran

Saturday, October 05, 2013

Merebut Kembali Timor Leste

Pualau Timor
Negara Timor Leste berdiri pada tanggal 20 Mei 2002.
Seperti yang telah kita ketahui bersama walaupun sudah tepat sebelas tahun menjadi Negara tetangga yang baru, dari hati yang paling dalam sebagian besar Bangsa Indonesia tentu saja masih ada perasaan “kurang rela” menerima begitu saja tentang berdirinya Negara tetangga kita yang baru - Timor Leste.
Pulau Timor yang terletak di propinsi Nusa Tenggara Timur ini hari ini dimiliki 2 Negara, Indonesia dan Timor Leste. Tapi kita harus terus ingat bersama bahwa dibalik segala batas administratif tersebut, bagaimanapun juga Pulau Timor sebenarnya adalah satu kesatuan, satu bangsa.
Dalam sejarah dunia, kita ketahui bersama bukan hanya di Indonesia saja. Dinamika Politik membentuk sejarah yang memisahkan bangsa bangsa yang secara regional seharusnya bersaudara harus terpaksa dipisahkan oleh perbedaan kepentingan elite pemimpin yang menguasainya.
Selain Pulau Timor kita juga mengenal beberapa contoh negara berikut, yaitu Korea utara dan Korea Selatan di Semenanjung Korea, serta adapun India-Bangladesh-Pakistan. Mereka semua seharusnya satu kesatuan, bersaudara namun terpisahkan karena situasi sejarah dan kekuatan politik yang berbeda.
Orang Korea Utara dan Selatan tentu saja bersaudara, bahasanya sama, nama keluarga banyak yang sama, benar benar saudara. Begitu pula masyarakat di Pulau Timor bagian Indonesia tentu saja bersaudara dengan penduduk Pulau Timor di bagian Timor Leste.
Apakah memungkinkan merebut kembali Timor Leste?
Pada era globalisasi dan informasi teknologi seperti hari ini, sudah terlihat kuno jika kita mengandalkan kekuatan invasi militer untuk merebut suatu Negara (menjajah). Ini sudah 2013, “That’s not us”.
Satu satunya jalan yang paling etis bisa kita lakukan untuk menyatukan kembali takdir bangsa yang seharusnya bersama adalah melalui “merebut hati” rakyatnya! Tentu saja, merebut hati adalah cara yang paling damai dan beradab.
Bagaimana cara merebut hati Negara tetangga itu? Cukup mudah, yaitu dengan pembangunan secara masiv dan terencana di daerah perbatasan di tanah air sendiri. Membangun batas terluar Timor Leste yaitu membangun Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Sangat memungkinkan kita bersatu kembali. Mengapa? Sejarah sudah membuktikannya, Jerman sudah melakukannya.
Dulu saat Jerman masih dipisahkan Tembok Berlin, awalnya ideologi yang berbeda membuat beberapa penduduk Jerman Timur membenci saudara mereka sendiri di Jerman Barat. Suatu hari penduduk Kota Berlin Timur melemparkan sampah melalui tembok perbatasan ke wilayah Berlin Barat. apa yang dilakukan saudaranya di Jerman Barat? Keesokan harinya mereka membalas dengan melemparkan makanan, melemparkan roti yang sekiranya bisa bermanfaat bagi saudaranya di seberang tembok. Mengetahui hal tersebut penduduk Jerman Timur terharu, dan menumbuhkan kembali rasa persaudaraan. Dan iya, mereka tersadar, mereka harusnya memang satu, kenapa harus dipisahkan?
Pada Tahun 1991, tembok Berlin diruntuhkan, bangsa bersaudara yang memang harusnya bersama kini berpelukan kembali. Dan menjadi Negara Maju.
Di belahan bumi yang lainnya, Korea Selatan dan Korea Utara pada hari ini masih terus berjuang untuk unifikasi semenanjung Korea, dengan cara mereka masing masing tentu saja.
Alih alih memperkuat pertahanan militer, Korea Selatan justru lebih fokus mengembangkan perekonomian untuk merangkul kembali saudara mereka di utara agar mau kembali bersatu dan berjalan bersama. Apakah usaha ini akan berhasil? Kita tunggu saja, waktu yang akan membuktikannya. :)
Berita baiknya, hal yang terjadi di pulau Timor saat ini tidak seekstrim yang terjadi di Jerman dan Korea.
Tidak ada tembok perbatasan, tidak ada konflik yang besar, tidak ada ketegangan.
Namun pada suatu hari nanti, satu dekade ke depan, relakah kita Indonesia akan dikalahkan Timor Leste secara ekonomi? “What? Yang bener saja?”
Bisakah Timor Leste mengalahkan Indonesia? Tentu Saja BISA!  Jika Indonesia tetap saja seperti hari ini, kita akan dikalahkan Negara yang lebih kecil. Negara dengan teritorial lebih kecil tentu dalam membangun negerinya bisa bekerja lebih fokus, lebih mudah dan lebih efektif mengurus tatanan perekonomian rumah tangganya.
Indonesia Harus sudah bangkit, bangun dari tidur mulai hari ini!

Bagaimana cara merebut kembali Timor Leste?

Pulau Timor memang tidak sesubur Jawa, cenderung memiliki iklim lebih kering, curah hujan kecil, angin kencang dan sebagian daerah kurang subur.
Apakah tanpa potensi? Tunggu dulu..

ENERGY
Hal hal yang pada masa lalu dianggap musuh, dianggap hambatan. Pada era modern seperti saat ini justru akan menjadi potensi. Angin bisa menghasilkan energi listrik, Panas Matahari bisa menghasilkan energi listrik.
Potensi angin di pesisir pulau timor harusnya cocok untuk menggerakkan wind turbin untuk menghasilkan listrik. Nusa Tenggara Timur adalah surganya angin di Indonesia, secara geografis NTT berbatasan dengan Australia yang dihubungkan melalui Laut Timor. Laut di sebelah Barat Laut Australia ini dikenal banyak anginnya bahkan tidak jarang pada masa pergantian musim justru tumbuh bibit bibit badai di sana. Ini adalah potensi.
Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) dan selanjutnya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) tentu saja bisa dibangun secara besar besaran di seluruh penjuru Nusa Tenggara.
Kita tidak boleh lagi mengandalkan Pembangkit Listrik tenaga Batu bara dan Diesel, mau sampai kapan? Bukankah BPK sudah mereport kerugian PLN mencapai 37,6 triliun dan kerugian serta pemborosannya itu masih terus berjalan. Itu semua karena PLN salah urus, sumber listriknya ternyata dari bahan baku yang didapatkan dengan cara membayar, mahal pula. Ini aneh, padahal kita memiliki angin dan matahari yang melimpah dan GRATIS. “it’s gift from God”, sudah saatnya kita beralih ke Pembangkit Listrik Energi Terbarukan.




Saat energi listrik sudah melimpah dan bisa didapatkan dari alam secara hampir secara gratis, infrastruktur hingga pelosok NTT bisa lebih mudah dikembangkan. KRL harus hadir dari Kupang sampai Atambua, seluruh kota kota vital calon industri di Pulau Timor harus dihubungkan dengan highway yang lebar dan halus, bangun jaringan jalan tol dengan sistem share investment dengan pihak swasta.
Listrik yang memadai akan memicu industri manufaktur hingga kereta cepat listrik Kupang- Atambua bisa dibangun. Air laut bisa disuling menjadikan air tawar untuk irigasi pertanian. Segalanya bisa!

PARIWISATA
Jadikan perbatasan sebagai beranda depan rumah kita, Indonesia.
Saat infrastruktur sudah semakin lengkap, pulau Timor maju. Nyaman ditinggali, dengan sendirinya akan menarik investasi bisnis yang besar untuk masuk, sektor Pariwisata akan berputar. “Bagaimana wisatawan akan rela masuk masuk pelosok jika infrastrukturnya aja belum tersedia dengan baik. Mau sampai kapan kita hanya mengandalkan Mobil dan Motor?”
Potensi wisata NTT sungguhlah besar, selain Pulau Komodo yang telah mendunia itu, di NTT bisa kita temukan Kampung Megalitik Bena dan Situs Megalit Lai Tarung. Jika pemerintah serius, tentu saja NTT tidak akan kalah dengan situs Megalith kelas dunia seperti di Easter Island Chile atau Stonehenge di Britania Raya.
Dibalik pesonanya yang belum tergali  –atau memang sebenarnya ditelantarkan Pemerintah- menurut pandangan pribadi saya, NTT adalah spot safest place in the world, ini adalah tempat teraman di dunia. Bukanlah berlebihan, mari kita membayangkan ribuan tahun lalu saat dinosaurus secara berangsur angsur menghilang dan punah dari bumi. Mereka secara kebetulan meninggalkan hanya beberapa saja “saudara”nya yaitu The Dragon Komodo di NTT.  Ternyata saudara sepupu dinasaurus ini survive dan tetap bertahan hidup hingga jaman modern hari ini. Ini luar biasa, tanah ini diberkati Tuhan. Trus yang masih menjadi perdebatan para ahli kenapa ada situs megalith di sekitar situ? Kehadiran situs tersebut tentu saja membuktikan bahwa bangsa kita sudah cerdas dari dulunya. Sudah beradab jauh jauh hari sebelum pedagang Eropa dan Arab datang ke sini.
INDUSTRY
Timor adalah wilayah strategis selatan Indonesia. Dari Kupang, kita bisa menjalin transportasi laut menuju Darwin. Dari segi jarak, sebenarnya Kupang lebih efisien dibanding Dili yang berada di peisisir pantai Utara.
Jadikan Pulau Timor Barat sebagai pusat manufaktur, pusat industri, sebagai daerah pioneer green energy, clean energy. Energi yang berkelanjutan, sustainable – dengan Solar Cell dan Wind Turbin tentunya.
Australia dan Timor Leste adalah pasar tujuan komoditas ekspor dari NTT. Produk perikanan, manufaktur, industri, kerajinan tangan. Kupang dan pesisir selatan Pulau Timor bisa dirancang sebagai pelabuhan internasional besar yang terhubung secara langsung ke Darwin Australia.
Buat industri pengolahan-penyulingan air laut menjadi air tawar di sekitar Atambua. Selain akan menghasilkan garam, air tawar besar peranannya untuk dialirkan baik di daerah sendiri maupun diekspor ke Timor Leste. Kita lihat usaha Malaysia yang menjual air ledengnya ke Singapore, tentu saja kita juga bisa melakukannya.
Pulau Timor yang hari ini berhadapan langsung dengan negara lain haruslah memberikan image kemajuan. Visi  modernitas yang menonjol jauh meninggalkan negara tetangga. Timor harus menjadi pilot project yang bisa diteruskan di daerah lain bagian timur Indonesia di masa yang akan datang nantinya.






@http://hankam.kompasiana.com/

Terhimpit Problem Ekonomi, 9 Warga Eks Timtim Kembali ke Timor Leste


 
Perbatasan Indonesia & Timor Leste



Sebanyak sembilan warga eks Timor Timor yang selama ini menetap di Kelurahan Naibonat, Kecamatan Kupang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya yakni Distrik Viqueque dan Dili, Timor Leste (repatriasi).

Wakil koordinator Circle of Imagine Society (CIS) Timor, wilayah Atambua, Deonato Moreira, Selasa (1/10/2013) mengatakan, sembilan warga itu telah masuk ke Timor Leste pada pekan lalu karena terhimpit masalah ekonomi.

“Mereka saat ini sudah tiba dengan selamat. Alasan mereka memilih pulang ke Timor Leste karena sejak memilih menjadi warga negara Indonesia pada tahun 1999 lalu, hidup mereka tidak pernah berubah dan semua bantuan untuk warga eks Timtim, termasuk bantuan perumahan, tidak diberi sehingga selama ini mereka hanya tinggal di kamp pengungsian,” jelas Deonato.

Selain itu, lanjut Deonato, selama hidup di wilayah Timor Barat, mereka tidak diberikan lahan yang cukup untuk digarap.

“Sembilan orang warga eks Timtim itu kita sudah fasilitasi dan terkait itu kita bekerja sama dengan Fila Hikas Knua asal Timor Leste,” kata Deonato.

“Untuk proses pemulangannya, mereka yang masukan data bagi KK yang ingin pulang, lalu kita tindaklanjuti dengan wawancara tentang alasan kepulangan, kemudian kita klarifikasi data, selanjutnya pengurusan surat dari Desa atau Kelurahan dengan mengetahui camat dan kepengurusan surat di Dinas Kependudukan serta surat serah terima oleh Kodim Belu," kata Deonato.

Deonato mengatakan, keputusan untuk repatriasi tersebut adalah keinginan mereka sendiri tanpa ada paksaan dari pihak lain. ”Sebelum mereka memutuskan untuk pulang, mereka sudah sering keluar masuk ke Timor Leste, melalui jalur legal yakni dengan paspor dan ilegal melalui jalan tikus. Saat di sana mereka sudah lakukan rekonsiliasi sendiri dan ada dorongan yang kuat dari keluarga di Timor Leste yang meminta mereka untuk kembali,” ujar Deonato.

Terhitung sampai saat ini, kata Deonato, kerjasama untuk memulangkan warga eks Timtim untuk CIS sudah dilakukan sebanyak lima kali dan pihaknya akan terus membantu warga eks Timtim yang berniat untuk repatriasi.

Sembilan warga yang memilih kembali ke Timor Leste yakni Jose Ramos, Miranda do Santos, Paulo Soares kembali ke Distrik Viqueque dan Gilberne da Costa, Corlinda Sarmento, Antonio da Costa, Imanuel DJS da Costa, Filipo da Costa dan Joao da Costa yang akan kembali ke Bidao Santana, Kota Dili ibukota negara Timor Leste. 





 @http://regional.kompas.com/