Apakah Penderitaan Itu Perlu ???
Posted by Muhammad Irfan on Friday, October 04, 2013 with No comments
Tubuh kita memiliki inteligensinya sendiri. Kalau
ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuh, maka tubuh memberikan sinyal yang kita tangkap sebagai rasa sakit.
Rasa sakit berguna untuk memberitahu ada sesuatu yang perlu diperhatikan pada tubuh kita.
Ada seorang penderita kusta di perkampungan
orang kusta di Tangerang. Kedua kakinya mati rasa.
Suatu hari ia mencangkul kebun di belakang rumahnya dari pagi hingga sore. Ketika senja tiba, ia berhenti mencangkul dan masuk ke beranda rumahnya. Setelah duduk, ia baru merasa sangat lelah, badannya panas-dingin. Ia mencoba membuka sepatu bootnya. Tidak seperti biasanya, kali ini sulit sekali sepatu dibuka. Setelah dilihat-lihat, sepatu
kanannya penuh darah yang mengucur dari kakinya.
Ternyata, ia melihat ada tonggak bambu yang menembus sepatu dan menancap ke kakinya.
Darah mengucur, tetapi ia tidak merasa apa pun.
Kemudian ia dilarikan ke rumah sakit, untunglah jiwanya masih tertolong.
Seandainya ia merasakan sakit ketika tonggak
bambu merobek kakinya, maka ia tidak perlu menunggu terlalu lama untuk bertindak. Karena tidak merasa sakit, ia justru berada dalam bahaya.
Kalau ada sesuatu yang tidak beres pada tubuh tetapi tubuh tidak memberikan sinyal sakit, maka kita seperti berada dalam bahaya tetapi tidak sadar
akan bahaya tersebut.
Situasi seperti itu jauh lebih berbahaya daripada datangnya bahaya itu sendiri.
Seperti halnya sakit fisik, apakah sakit psikologis atau penderitaan psikologis itu perlu?
Penderitaan psikologis berfungsi seperti sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan batin kita.
Penderitaan adalah goncangan bagi batin yang merasa aman.
Selama batin hidup dalam cangkang diri, ia merasa aman.
Tetapi, batin yang merasa
aman terus terancam oleh goncangan penderitaan.
Secara psikologis Anda merasa aman, karena
memiliki uang dalam jumlah tertentu sekaligus takut akan masa depan, merasa bahagia karena
memiliki sahabat atau pasangan hidup sekaligus
takut kehilangan mereka, menemukan kepastian
dalam ide atau kepercayaan tertentu dan melekatinya.
Batin yang demikian adalah batin yang tidur.
Batin yang tidur adalah batin yang merasa aman hidup di bawah keterkondisian.
Kalau kondisi-kondisi itu terganggu, maka batin tergoncang, batin menderita.
Semakin Anda bahagia dan melekati apa
saja yang mendatangkan kebahagiaan, sebenarnya
Anda sudah hidup dalam penderitaan.
Tetapi, kebanyakan orang menganggap penderitaan seperti ini sebagai kebahagiaan.
Penderitaan berguna agar batin kita bangun, agar melihat Kebenaran dan sadar bahwa penderitaan
tidak ada gunanya lagi.
Ketika penderitaan berakhir, barangkali Cinta dan welas asih terlahir.
Bisakah kita tinggal bersama penderitaan itu secara total
setiap kali penderitaan muncul dan membiarkannya
berakhir?*
ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuh, maka tubuh memberikan sinyal yang kita tangkap sebagai rasa sakit.
Rasa sakit berguna untuk memberitahu ada sesuatu yang perlu diperhatikan pada tubuh kita.
Ada seorang penderita kusta di perkampungan
orang kusta di Tangerang. Kedua kakinya mati rasa.
Suatu hari ia mencangkul kebun di belakang rumahnya dari pagi hingga sore. Ketika senja tiba, ia berhenti mencangkul dan masuk ke beranda rumahnya. Setelah duduk, ia baru merasa sangat lelah, badannya panas-dingin. Ia mencoba membuka sepatu bootnya. Tidak seperti biasanya, kali ini sulit sekali sepatu dibuka. Setelah dilihat-lihat, sepatu
kanannya penuh darah yang mengucur dari kakinya.
Ternyata, ia melihat ada tonggak bambu yang menembus sepatu dan menancap ke kakinya.
Darah mengucur, tetapi ia tidak merasa apa pun.
Kemudian ia dilarikan ke rumah sakit, untunglah jiwanya masih tertolong.
Seandainya ia merasakan sakit ketika tonggak
bambu merobek kakinya, maka ia tidak perlu menunggu terlalu lama untuk bertindak. Karena tidak merasa sakit, ia justru berada dalam bahaya.
Kalau ada sesuatu yang tidak beres pada tubuh tetapi tubuh tidak memberikan sinyal sakit, maka kita seperti berada dalam bahaya tetapi tidak sadar
akan bahaya tersebut.
Situasi seperti itu jauh lebih berbahaya daripada datangnya bahaya itu sendiri.
Seperti halnya sakit fisik, apakah sakit psikologis atau penderitaan psikologis itu perlu?
Penderitaan psikologis berfungsi seperti sinyal bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan batin kita.
Penderitaan adalah goncangan bagi batin yang merasa aman.
Selama batin hidup dalam cangkang diri, ia merasa aman.
Tetapi, batin yang merasa
aman terus terancam oleh goncangan penderitaan.
Secara psikologis Anda merasa aman, karena
memiliki uang dalam jumlah tertentu sekaligus takut akan masa depan, merasa bahagia karena
memiliki sahabat atau pasangan hidup sekaligus
takut kehilangan mereka, menemukan kepastian
dalam ide atau kepercayaan tertentu dan melekatinya.
Batin yang demikian adalah batin yang tidur.
Batin yang tidur adalah batin yang merasa aman hidup di bawah keterkondisian.
Kalau kondisi-kondisi itu terganggu, maka batin tergoncang, batin menderita.
Semakin Anda bahagia dan melekati apa
saja yang mendatangkan kebahagiaan, sebenarnya
Anda sudah hidup dalam penderitaan.
Tetapi, kebanyakan orang menganggap penderitaan seperti ini sebagai kebahagiaan.
Penderitaan berguna agar batin kita bangun, agar melihat Kebenaran dan sadar bahwa penderitaan
tidak ada gunanya lagi.
Ketika penderitaan berakhir, barangkali Cinta dan welas asih terlahir.
Bisakah kita tinggal bersama penderitaan itu secara total
setiap kali penderitaan muncul dan membiarkannya
berakhir?*
Categories: MEDITASI
0 comments:
Post a Comment