Batin Yang Berceloteh
Posted by Muhammad Irfan on Tuesday, October 29, 2013 with No comments
Mencerap
sesuatu adalah pengalaman yang menakjubkan. Saya tidak tahu, pernahkah
Anda sungguh-sungguh mencerap sesuatu - pernahkah Anda mencerap sekuntum
bunga atau sebuah wajah atau langit atau laut.
Sudah tentu, Anda melihat semua itu selagi Anda melintas naik bus atau mobil; tetapi saya bertanya-tanya, pernahkah Anda mencoba untuk sungguh-sungguh memandang sekuntum bunga?
Dan ketika Anda memandang sekuntum bunga, apa yang terjadi? Anda dengan segera menamai bunga itu, Anda memikirkan apa jenis bunga itu, atau Anda berkata, “Betapa indah warnanya. Saya ingin menanamnya di tamanku; saya ingin memberikannya kepada istriku, atau menyisipkannya di lubang kancing bajuku,” dan seterusnya.
Dengan kata lain, pada saat Anda memandang sekuntum bunga, batin Anda mulai berceloteh; oleh karena itu Anda tidak pernah mencerap bunga itu.
Anda mencerap sesuatu hanya apabila batin Anda diam, jika batin tidak berceloteh.
Jika Anda dapat memandang bintang senja di atas laut tanpa suatu gerak batin, maka Anda sungguh-sungguh mencerap keindahannya yang luar biasa; dan jika Anda mencerap keindahan, tidakkah Anda juga mengalami keadaan cinta?
Sesungguhnya keindahan dan cinta adalah sama. Tanpa cinta tidak ada keindahan, dan tanpa keindahan tidak ada cinta.
Keindahan ada di dalam wujud, keindahan ada di dalam ucapan, keindahan ada di dalam tingkah laku.
Jika tidak ada cinta, tingkah laku adalah hampa; ia sekadar produk dari masyarakat, produk suatu budaya tertentu, dan apa yang dihasilkan bersifat mekanis, tanpa jiwa.
Tetapi jika batin mencerap tanpa bergetar sedikit pun, maka ia mampu memandang kepada kedalaman total dari dirinya; dan persepsi seperti itu sungguh-sungguh tanpa-waktu.
Anda tidak perlu melakukan sesuatu untuk mendatangkannya; tidak ada disiplin, tidak ada praktek, tidak ada metode yang dengan itu Anda bisa belajar mencerap.
Sudah tentu, Anda melihat semua itu selagi Anda melintas naik bus atau mobil; tetapi saya bertanya-tanya, pernahkah Anda mencoba untuk sungguh-sungguh memandang sekuntum bunga?
Dan ketika Anda memandang sekuntum bunga, apa yang terjadi? Anda dengan segera menamai bunga itu, Anda memikirkan apa jenis bunga itu, atau Anda berkata, “Betapa indah warnanya. Saya ingin menanamnya di tamanku; saya ingin memberikannya kepada istriku, atau menyisipkannya di lubang kancing bajuku,” dan seterusnya.
Dengan kata lain, pada saat Anda memandang sekuntum bunga, batin Anda mulai berceloteh; oleh karena itu Anda tidak pernah mencerap bunga itu.
Anda mencerap sesuatu hanya apabila batin Anda diam, jika batin tidak berceloteh.
Jika Anda dapat memandang bintang senja di atas laut tanpa suatu gerak batin, maka Anda sungguh-sungguh mencerap keindahannya yang luar biasa; dan jika Anda mencerap keindahan, tidakkah Anda juga mengalami keadaan cinta?
Sesungguhnya keindahan dan cinta adalah sama. Tanpa cinta tidak ada keindahan, dan tanpa keindahan tidak ada cinta.
Keindahan ada di dalam wujud, keindahan ada di dalam ucapan, keindahan ada di dalam tingkah laku.
Jika tidak ada cinta, tingkah laku adalah hampa; ia sekadar produk dari masyarakat, produk suatu budaya tertentu, dan apa yang dihasilkan bersifat mekanis, tanpa jiwa.
Tetapi jika batin mencerap tanpa bergetar sedikit pun, maka ia mampu memandang kepada kedalaman total dari dirinya; dan persepsi seperti itu sungguh-sungguh tanpa-waktu.
Anda tidak perlu melakukan sesuatu untuk mendatangkannya; tidak ada disiplin, tidak ada praktek, tidak ada metode yang dengan itu Anda bisa belajar mencerap.
Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Persepsi
Categories: MEDITASI
0 comments:
Post a Comment