WISDOM vs WAHYU?

Posted by Muhammad Irfan on Friday, October 04, 2013 with No comments
SAHABAT: [status]

Otak atik gathuk.
Wisdom timbul ketika pikiran padam. Wahyu diterima the chosen one baik lgs atau lewat malaikat ketika ada si aku yg mendengar wahyu tsb. Artinya, wahyu tsb adl hasil proses pencerapan, bahkan bisa jadi produk pikiran. Nah mana yg lbh bernilai wisdom atau wahyu? Mohon pencerahan Romo dan rekans.

----------

HUDOYO HUPUDIO:
Tentang wisdom, saya rasa kita semua sudah paham akan hal itu, sekalipun mungkin baru secara teoretis.

<<Wahyu diterima the chosen one baik lgs atau lewat malaikat ketika ada si aku yg mendengar wahyu tsb.>>

Kalau ini merupakan deskripsi dari apa yg sesungguhnya terjadi, saya pun tidak percaya itu.

Tetapi tidak mungkinkah ini merupakan sebuah kiasan (allegory) tentang apa yg sesungguhnya terjadi, yg disampaikan sesuai budaya, alam pikiran dan zamannya? Mungkinkah ini merupakan sebuah telunjuk yg menunjuk kepada bulan; yg kemudian oleh para penganutnya telunjuk itu dianggap sebagai bulan itu sendiri, dan dijadikan kitab suci?

Saya melihatnya begini: di satu pihak, wahyu adalah fenomena dasar yg dianggap sebagai sumber dari agama2 samawi. Di lain pihak, saya juga melihat fakta, bahwa agama2 samawi itu, sepanjang sejarah masing2, telah menghasilkan orang2 suci, yg nota bene percaya kepada kebenaran wahyu itu. Bagaimana saya harus menjelaskan fakta ini dalam kaitan dg wahyu?

HUDOYO HUPUDIO:
Bernadette Roberts seorang Katolik; ia percaya penuh kepada kebenaran Alkitab sebagai firman (wahyu) Allah. Ia mengalami 'penyatuan dg Tuhan' ketika masih remaja sebagai suster di sebuah biara; dan kemudian selama 20 tahun ia hidup sebagai seorang profesional (guru) dan ibu rumah tangga dg 4 anak laki2, sementara setiap malam ia berada bersama Tuhan selama beberapa jam di dalam 'Titik Hening' di lubuk batinnya. Baru menjelang usia 50 tahun ia mengalami pencerahan/pembebasan dg lenyapnya aku/diri bersama Tuhan (yg telah diakrabinya selama lebih dari 20 tahun). Orangnya masih hidup sampai sekarang.

Kalau boleh saya ringkas: selama 20 tahun Bernadette Roberts hidup saleh 'menyatu dg Tuhan' di bawah cahaya 'wahyu Tuhan'. Kehidupan ini kemudian secara tidak langsung mengantarkannya kepada pengalaman dan kearifan tertinggi/terakhir: yaitu lenyapnya aku/dirinya bersama Tuhan untuk selamanya.

[dari grup 'Titik Hening']
Categories: