Keadaan Tanpa Waktu

Posted by Muhammad Irfan on Friday, October 25, 2013 with 1 comment


Kalau kita berbicara tentang waktu, maksud kita bukanlah waktu kronologis, waktu yang diukur dengan arloji. Waktu itu memang ada, harus ada. Jika Anda ingin mengejar bus, jika Anda ingin naik kereta api atau memenuhi janji bertemu esok pagi, Anda harus punya waktu kronologis.

Tetapi adakah hari esok, secara psikologis, yang adalah waktu batiniah? Adakah sesungguhnya hari esok secara psikologis? Ataukah hari esok itu diciptakan oleh pikiran, oleh karena pikiran melihat mustahilnya perubahan secara langsung, seketika, lalu menciptakan proses yang berangsur-angsur ini?

Saya melihat sendiri, sebagai manusia, bahwa adalah penting sekali untuk mengadakan revolusi radikal dalam cara saya hidup, berpikir, merasa, dan dalam tindakan-tindakan saya, dan saya berkata kepada diri sendiri, “Saya butuh waktu untuk itu; besok saya akan menjadi lain, atau bulan depan.”

Itulah waktu yang kita bicarakan: struktur waktu psikologis, hari esok, atau masa depan, dan di dalam waktu seperti itulah kita hidup. Waktu adalah masa lampau, saat sekarang, masa depan - bukan menurut arloji.

Saya ada, kemarin; kemarin bergerak melalui hari ini dan menciptakan masa depan. Itu cukup sederhana. Saya mempunyai pengalaman setahun lalu, yang terekam dalam batin saya, dan saat sekarang saya terjemahkan menurut pengalaman, pengetahuan, tradisi, keterkondisian itu, dan saya menciptakan hari esok. Saya terperangkap dalam lingkaran ini. Inilah yang kita sebut hidup; inilah yang kita namakan waktu.

Pikiran, yang adalah Anda, beserta segala ingatan, keterkondisian, gagasan-gagasan, harapan-harapan, keputusasaan, kesepian eksistensial yang mencekam—semua itu adalah waktu. ...

Dan untuk memahami keadaan tanpa waktu, ketika waktu berhenti, kita harus menyelidiki apakah batin dapat bebas total dari semua pengalaman, yang berasal dari waktu.
Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Waktu
Categories: