Berpikir Tanpa Si Pemikir

Posted by Muhammad Irfan on Sunday, October 06, 2013 with 1 comment
Monyet di pohon merasa lapar, lalu muncul dorongan untuk mengambil sebiji buah atau biji-bijian. Tindakan datang lebih dulu, baru kemudian muncul gagasan bahwa sebaiknya Anda menyimpan makanan itu. Dengan kata lain, apakah tindakan datang lebih dulu, ataukah si pelaku? Adakah si pelaku tanpa tindakannya? Pahamkah Anda?

Inilah yang selalu kita pertanyakan kepada diri sendiri: Siapakah yang melihat? Siapakah si pengamat?

Apakah si pemikir, kalau terpisah dari pikirannya; apakah si pengamat, kalau terpisah dari apa yang diamati; apakah si penerima pengalaman, kalau terpisah dari pengalamannya; apakah si pelaku, kalau terpisah dari tindakannya? ...

Tetapi, jika Anda betul-betul meneliti prosesnya, dengan sangat teliti, dengan tajam dan dengan cerdas, Anda akan melihat bahwa selalu terdapat tindakan lebih dulu; dan tindakan itu beserta tujuan yang dibayangkannya menciptakan si pelaku. Dapatkah Anda pahami ini?

Jika tindakan mempunyai tujuan yang dibayangkan, maka upaya mencapai tujuan itu melahirkan si pelaku. Jika Anda berpikir dengan jernih dan tanpa prasangka, tanpa menyesuaikan diri, tanpa usaha meyakinkan orang lain, tanpa suatu tujuan yang dibayangkan, maka dalam berpikir seperti itu tidak ada si pemikir - yang ada hanyalah pemikiran.

Hanya bila Anda mencari suatu tujuan dalam pemikiran Anda, maka ’Anda’ menjadi penting, dan bukan pikiran itu. Mungkin beberapa di antara kalian pernah mengamati ini.

Ini sungguh penting untuk ditemukan, oleh karena dari situ kita akan tahu bagaimana harus bertindak.

Jika si pemikir datang lebih dulu, maka si pemikir lebih penting daripada pikirannya; dan semua filsafat, adat istiadat, dan kegiatan dari peradaban masa kini didasarkan pada asumsi itu.

Tetapi jika pikiran datang lebih dulu, maka pikiran lebih penting daripada si pemikir.

Jiddu Krishnamurti
Buku Kehidupan: Pikiran
Categories: