Memasuki bulan Desember, segenap orang Kristen
dan gereja sibuk mempersiapkan diri untuk memperingati hari Natal.
Sejauh manakah kita mengenal akan tanggal yang selalu diperingati
sebagai hari Natal itu?
Tahun Kelahiran Yesus
Kita dan penanggalan internasional setiap tahun selalu menempatkan
hari Natal pada tanggal 25 bulan Desember, dan menceritakan kepada anak
Sekolah Minggu kita itulah tanggal kelahiran Yesus. Sebagian orang
(termasuk salah satu media massa yang terbit di Jakarta baru- baru ini),
dengan pemikiran kalau dalam bahasa Inggris ada sebutan ‘Before Christ
(B.C.)’ atau ‘Sebelum Masehi (S.M.)’ untuk menyebut tahun-tahun
sebelum kelahiran Yesus dan ‘Anno Domini (A.D.)’ atau ‘Masehi (M)’
untuk tahun sesudahnya, maka mereka menganggap Yesus lahir tepat pada
tahun 0 Masehi. Padahal sebenarnya tahun 0 Sebelum Masehi dan/atau
tahun 0 Masehi itu tidak pernah ada. Jadi kalau begitu, tahun berapakah
Yesus lahir? Sebagian orang yang lain berpegang bahwa tahun 4 Sebelum
Masehi adalah tahun kelahiran Yesus. Mengapa bisa begitu? Bukankah
digunakannya tahun ‘Masehi’ adalah untuk memisahkan tahun sebelum dan
sesudah kelahiran Yesus?
Menurut catatan Flavius Josephus, seorang ahli sejarah yang hidup
pada tahun 37-100 Masehi (jadi tidak terlalu jauh dari masa kehidupan
Yesus), dapat diketahui bahwa Herodes yang disebutkan dalam Matius 2:1
“………. pada jaman Raja Herodes ……” adalah Herodes Agung, yang hidup dari
tahun 73-4 Sebelum Masehi. Raja Herodes inilah yang menyebabkan Yesus
diungsikan ke Mesir. Baru setelah kematiannya, Yesus kembali dari
pengungsian (lihat Matius 2:19-20). Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan, bahwa Yesus dilahirkan sekurang- kurangnya beberapa tahun
atau bulan sebelum 4 S.M. Dan menurut dugaan yang lazim, kelahiran
Yesus adalah antara tahun 8 dan tahun 5 s.M.
Benarkah Yesus Lahir Tahun 5 s.M.?
Pada jaman itu, tahun dalam kekaisaran Romawi dihitung dari tahun
berdirinya kota Roma. Tahun Romawi disebut AUC, singkatan dari Ab Urbe
Condita, yang berarti ‘sejak berdirinya kota’. Kemudian pada abad ke-6,
atas perintah Kaisar Justinian, seorang rahib bernama Dionisius
Exigius membuat kalender baru. Ia mengganti perhitungan tahun Romawi
dengan tahun Masehi, yang dimulai dari kelahiran Yesus. Tetapi di
kemudian hari barulah diketahui bahwa ia membuat kekeliruan hitung. Ia
menempatkan kelahiran Yesus pada tahun 753 AUC, padahal seharusnya pada
tahun 749 atau 747 AUC. Kekeliruan ini sudah tidak dapat diperbaiki
lagi. Dan sampai sekarang kita pun sudah terlanjur menggunakan tahun
hasil perhitungan Dionisius itu, yang sebetulnya empat atau lima tahun
terlambat dari kenyataan kelahiran Yesus.
Lalu Bagaimana dengan Bulan Kelahiran-Nya?
Apabila kita melihat di peta, maka kita akan menemukan bahwa Israel
terletak di sebelah utara garis khatulistiwa, hampir sejajar dengan
Jepang, yang berarti bulan Desember adalah musim dingin. Bagaimana
dengan catatan Injil yang menjelaskan tentang para gembala pada malam
kelahiran Yesus dalam Lukas 2:8 “….gembala-gembala yang tinggal di
padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam”? Hal ini
menunjukkan bahwa kelahiran Yesus pasti bukanlah pada bulan Desember.
Seseorang bernama Klemens dari Alexandria membuat perhitungan bahwa
Yesus dilahirkan pada tanggal 25 Pachon, yaitu tanggal 20 Mei. Tetapi
itu pun bukan merupakan suatu kepastian.
Mengapa Kita Tidak Punya Tanggal Kelahiran Yesus yang Pasti?
Pada jaman itu, merayakan ulang tahun hanyalah kelaziman orang kafir.
Satu-satunya ulang tahun yang kita baca di Perjanjian Baru adalah
ulang tahun Herodes Antipas (lihat Matius 14:6). Dan gereja pada jaman
itu tidak merayakan kelahiran Yesus melainkan kebangkitan-Nya. Baru
sekitar abad ke-3, umat Kristen di Mesir mulai merayakan Natal. Tanggal
yang digunakan adalah 6 Januari, bertepatan dengan suatu hari raya
umum.
Gereja di Roma baru mulai merayakan Natal pada akhir abad ke-4, dan
tanggal yang dipilih adalah 25 Desember. Pemilihan tanggal tersebut
adalah untuk memberi isi yang baru kepada perayaan kafir yang menyambut
kembalinya matahari ke belahan bumi bagian utara. Tidak lama kemudian
kebiasaan merayakan Natal pada tanggal 25 Desember itu pun ditiru oleh
gereja-gereja di tempat lain. Dan hingga sekarang, Natal dirayakan
setiap tanggal 25 Desember oleh hampir semua gereja.
Anak Sekolah Minggu yang kritis mungkin akan bertanya: Jika demikian
kenapa kita tidak menghitung ulang atau mengikuti perhitungan Klemens,
yaitu merayakan Natal pada tanggal 20 Mei saja?
Dengan segala kerendahhatian dan tidak ada maksud untuk menggurui,
berikut adalah beberapa hal yang saya bisa bagikan dan barangkali bisa
dijadikan contoh jawaban atas pertanyaan semacam itu:
1. Perhitungan Klemens menyebutkan bahwa Yesus dilahirkan pada
tanggal 20 Mei, namun itu pun belum pasti benar. Kenapa kita harus
menggunakan tanggal yang kebenarannyapun masih diragukan?
2. Secara umum, sudah berlangsung selama berabad-abad, Natal
dirayakan pada bulan Desember, tepatnya pada tanggal 25 Desember,
kenapa kita harus menetapkan tanggal perayaan sendiri, yang lain
daripada yang lain?
3. Kekeliruan perhitungan ini pastilah ada campur tangan dan atas
ijin Allah, karena hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak mengijinkan
orang untuk lebih mengutamakan atau lebih tepatnya mengkeramatkan
tanggal tertentu lebih daripada yang lain; yang akhirnya justru akan
melupakan bahwa rahmat, kasih dan anugerah-Nya selalu baru dan
terlimpah setiap hari. Sebagai perbandingan kita dapat melihat bahwa
peringatan akan Kematian Kristus atau Paskah, bukan ditentukan oleh
tanggal tertentu tetapi oleh hari.
Atau perhitungan satu hari yang kita pakai sekarang, yaitu pagi-
malam, yang berubah dari catatan perhitungan satu hari yang Allah
berikan (lihat Kejadian 1:5, 8, 13, dst “… jadilah petang, jadilah
pagi, itulah hari ….”)
4. Bukankah kenyataannya selama ini juga sudah berlangsung, bahwa
banyak gereja yang melaksanakan perayaan Natal tidak tepat pada tanggal
25 Desember?
5. Kesalahan tanggal dalam merayakan hari Natal, tidak akan berpengaruh terhadap iman kepercayaan dan keselamatan kita.
Yang lebih utama dan terutama harus dipikirkan, ditekankan dan
diajarkan dalam perayaan Natal adalah hadiah atau komitmen apa yang
akan kita berikan sebagai persembahan kepada Kristus, pada saat kita
memperingati hari kelahiran-Nya?
Jadi sekarang kreatifitas guru dan waktu (usia) yang tepat diperlukan
untuk mengajarkan hal ini kepada anak-anak Sekolah Minggu, agar tidak
membuat mereka justru menjadi bingung dan akhirnya kehilangan
arti/makna yang sesungguhnya dari inkarnasi Kristus ke dunia ini.
@http://natal.sabda.org/