Warga Malaysia: Indonesia Tanah Air Kami
Posted by Muhammad Irfan on Monday, November 25, 2013 with No comments
“Kau dari mana?” tanya seorang pedagang, setelah kami melakukan transaksi.
“Saya dari Indonesia, Pak Cik,” jawabku.
“Buat apa kau di sini?” dia bertanya tentang pekerjaan.
“Saya mengajar anak-anak Indonesia.”
“Oh… Kamu Cikgu,” tukasnya, “kami pun dari Indonesia.”
“Pak Cik dari Indonesia?” tanyaku, mengonfirmasi.
“Ya, sekarang sudah jadi warga Malaysia, tapi tetaplah tanah air kami Indonesia.”
***
Percakapan
di atas adalah salah satu obrolan penulis dengan seorang pedagang di
pasar Kunak-Sabah. Dari obrolan itu tentu Anda bisa memahami bahwa ada
warga Malaysia yang merasa dan mengaku bahwa Indonesia adalah tanah
airnya.
Kalau
Anda datang ke Sabah, dan berinteraksi dengan orang-orang di Sabah,
Anda pun bisa dengan mudah mendapati cerita yang sama. Penulis mendapati
pengakuan-pengakuan tentang Indonesia sebagai tanah air mereka, bukan
hanya dari satu, dua, tiga orang. Penulis ingat betul obrolan-obrolan
penulis dengan para supir elf atau supir taksi, baik yang resmi maupun
tidak (supir-supir angkutan umum). Pernyataan-pernyataan yang bernada
sama keluar dari mulut mereka.
Mungkin Anda bertanya, warga negara Malaysia mana yang menganggap Indonesia tanah airnya?
Tentu
tidak semuanya warga negara Malaysia. Umumnya yang mengaku dan merasa
Indonesia sebagai tanah airnya adalah warga negara Malaysia yang berasal
dari Indonesia. Mereka adalah para WNI yang berhijrah ke Sabah-Malaysia
mencari rejeki demi masa depan yang lebih baik untuk masa depan diri,
keluarga, dan keturunannya.
Sulitnya
peluang mendapatkan pekerjaan di Indonesia memaksa mereka untuk terus
berusaha dan tinggal lama di Sabah. Bagi seseorang yang mencari rejeki
di negara asing, tentu tidak semudah warga aslinya; banyak kesulitan
yang dihadapi. Namun, kesulitan itu lebih baik daripada pulang mencari
kerja di Indonesia. Ditambah peluang untuk mengurangi kesulitan mencari
rejeki di Sabah-Malaysia terbuka. Peluang itu adalah mendapatkan
kewarganegaraan Malaysia. Di Sabah, banyak sekali warga negara Malaysia
yang berasal dari Indonesia.
Menakar Nasionalisme
Yang
menarik adalah adanya anggapan dan tuduhan sinis bahwa WNI yang
berganti kewarganegaraan adalah mereka yang tidak mempunyai
nasionalisme. Apakah benar nasionalisme diukur dengan berganti kewarganegaraan?
Fakta
lain, mereka mengakui bahwa tanah air mereka adalah Indonesia. Selain
itu mereka pun mengirimkan uang hasil kerja di Malaysia untuk
keluarganya yang ada di Indonesia. Tidak sedikit, dengan hasil usahanya,
mereka membeli tanah dan membangun rumah untuk mereka pulang. Apakah fakta ini tidak bisa menunjukkan bahwa mereka cinta Indonesia?
Penulis
punya beberapa teman warga negara Malaysia. Mereka lahir di Sabah dan
sejak lahir pula kewarganegeraan mereka adalah Malaysia. Dengan banyak
kemudahan yang diberikan pemerintah Malaysia akhirnya mereka bisa kuliah
bahkan sampai mengambil program doctoral. Walaupun mereka sejak lahir
adalah kewarganegaraan Malaysia namun orang tuanya adalah warga Malaysia
yang berasal dari Indonesia.
Melihat
banyaknya anak-anak Indonesia yang tidak mendapatkan pendidikan, mereka
tergerak hatinya untuk memberikan layanan pendidikan untuk anak-anak
Indonesia. Mereka berharap generasi bangsa Indonesia ini tidak menjadi
bangsa yang tuna. Namun, karena kepeduliannya itu salah seorang dari
mereka mendapatkan masalah di kampusnya. Kewarganeraannya dipertanyakan.
Dengan kasus itu, bisa saja kuliahnya diberhentikan dan
kewargenaraannya dicabut karena dianggap sebagai penghianat.
Untuk
mereka, pindah kewarganegaraan adalah salah satu usaha untuk
mendapatkan hak hidup yang layak. Dengan pindah kewarganegaraan tidak
ada satu hak orang lain yang terambil. Dengannya tidak ada satu nyawa
pun terenggut.
Bandingkan dengan para pemimpin, para politisi, dan para anggota dewan kita –konon sih disebut oknum! Sudah
berapa hak rakyat miskin yang mereka jarah? Sudah berapa nyawa melayang
karena haknya diabaikan? Sudah berapa banyak hak negara yang mereka
rampas? Padahal hak dan nyawa yang mereka renggut adalah hak dan
nyawa rakyat Indonesia. Padahal merekalah yang diberi kepercayaan
mengelola negara Indonesia. Apakah mereka lebih baik dalam
nasionalisme dibandingkan WNI yang pindah kewarganegaraan karena sebuah
harapan hidup lebih layak?
http://sosbud.kompasiana.com/2013/11/25/warga-malaysia-indonesia-tanah-air-kami-611052.html
0 comments:
Post a Comment