Facebook tidak akan mati
Posted by Muhammad Irfan on Thursday, November 21, 2013 with No comments
Siapa yang sempat mengalami masa jaya Friendster melihat
kematiannya. Sekejap. Media sosial pertama yang mendunia. Sempat
mempunyai lebih dari 100 juta pengguna tapi tidak mampu mencari untung
dan akhirnya kolaps.
Friendster sangat populer di masanya
sampai-sampai banyak yang menggunakan akhiran "ster" di namanya. Situs
komunitas Indowebster adalah salah satu contoh di Indonesia. Banyak
orang belajar sosial media pertama kali dari Friendster, bagaimana
mencari teman, upload foto, sharing cerita, dan kirim pesan.
Kala
sedang populer Friendster disaingi oleh MySpace yang langsung melejit
karena fokus di musik. Saat itu musik lagi mengalami euphoria iTunes dan
iPod, MySpace menungganginya dengan mengambil posisi sebagai social
media for music fans. Tidak berapa lama dibeli oleh konglomerat media,
Rupert Murdoch, dengan harga yang menakjubkan. Makin melejitlah MySpace.
Friendster mulai ditinggalkan di Amrik, users-nya hijrah ke MySpace.
MySpace jadi trend baru yang sangat cool! Dan Rupert pun mendapat gelar
sebagai raja media yang genius.
Diam-diam Mark di Harvard
membuat konsep lucu-lucuan. Kemudian kebablasan jadi Facebook. Tidak ada
yang istimewa, fiturnya sama dengan media sosial lain. Tetapi Facebook
dilahirkan di Harvard, di lingkungan elit yang tertutup. Tidak bisa
diakses kecuali oleh mahasiswa di sana. Siapa yang tidak bangga masuk ke
Harvard, apalagi bisa narsis selagi jadi kelompok paling elit di dunia.
Semua orang ingin Facebook! Bukan FB-nya tok tentunya, mau gengsinya
Harvard.
Ini yang membuat FB begitu diingini, karena berkelas,
ekslusif dan mengangkat martabat. Tidak perlu waktu lama, FB mulai
dibuka untuk kampus elit lain, Princeton, Yale dan Stanford. Semua orang
makin mau jadi anggota FB. Menurut pandangan saya, inilah kunci sukses
awal FB, diingini karena orang ingin jadi berkelas. Hingga hari ini
semua orang ingin punya Akun FB, salah satunya karena ingin naik kelas.
Walau tidak pernah terucap.
Facebook membunuh MySpace dan
Friendster. Friendster yang sangat populer di Indonesia langsung
ditinggalkan. Usernya migrasi ke FB. Meski awalnya mereka masih cek akun
FS mereka, tetapi lama-lama mereka tinggal. Karena makin banyak teman
ada di FB. Apa sebab semua orang pindah? Karena FB adalah mainan baru,
trendy & cool, dan berkelas. Saya menyebut ini hasil dari the
Harvard Effect. Coba Mark tidak mulai dari Harvard, ceritanya akan beda.
FB akan susah untuk menembus MySpace dan Friendster.
Mark is a
genius! Tentunya dia sadar bahwa tidak selamanya trendy & cool bisa
membawa Facebook makin populer dan terus digunakan users-nya. Dia
belajar dari matinya MySpace. Dia tahu kalau FB akan mati kalau ada
pesaing baru yang lebih cool.
Lalu dia mentransform FB menjadi
sebuah platform, yaitu sebuah sistem berbasis sosial yang bisa digunakan
oleh siapapun untuk mengumumkan apapun. Ada yang naik kelas? Umumkan di
FB. Ada yang putus pacar? Umumkan di FB. Ada yang jualan tongsis?
Umumkan di FB. FB digunakan sebagai pengumuman personal dan bisnis. Apa
FS dan MySpace tidak bisa dibuat media untuk pengumuman? Bisa! Tapi
orang tidak tahu apakah pengumuman mereka direspon orang atau tidak.
Kecuali ada yang komen! Tapi yang komen bisa positif bisa negatif, kalau
komentarnya negatif, tentu bisa sewot. Inilah hebatnya FB, supaya orang
tidak sewot, Mark membuat tombol LIKE!
Klik LIKE kalau suka,
diam saja kalau tidak suka (Anda bisa klik LIKE di atas kalau suka
tulisan ini, thanks for making me happy :). Tombol ini menjadi tombol
yang menentukan hidup FB. Semua orang dan bahkan hari ini semua
perusahaan ingin di-LIKE orang sebanyak-banyaknya. Banyak orang
mengoleksi LIKE, perusahaan besar bahkan rela bayar miliaran setiap
bulan untuk mendapatkan LIKE.
LIKE menjadi sebuah aset baru di
dunia digital. Like menjadi barometer apakah sebuah pengumuman sukses
atau tidak. Oleh karena itu saya yakin, tidak akan pernah ada tombol
DISLIKE, hanya ada suka, karena Mark tahu orang sewot tidak akan
membesarkan bisnisnya.
Tidak berapa lama kemudian Rupert Murdoch
gigit jari. MySpace, yang membuatnya disebut-sebut sebagai orang genius
yang bisa melihat berlian mentah, akhirnya dijual rugi ke Justin
Timberlake. Salah satu kegagalannya adalah karena MySpace membebaskan
users-nya untuk bebas mengatur halamannya sendiri.
Mau dibuat
model apapun, terserah pemiliknya. Mark tidak mau melakukan kesalahan
yang sama. Kita lihat sekarang ini kita tidak bisa sebebas-bebasnya
mengatur page kita. Ada aturannya dan ada sistemnya. Halaman cenderung
seragam meski bisa dikosmetiki sini sana. Karena apa? Karena halaman
yang tidak seragam menyulitkan pengiklan.
Pengiklan harus tahu
kalau kolom kanan adalah untuk mereka. Posisi kolom kanan tidak bisa
ganti-ganti semau kita, warnanya selalu sama, bentuknya tidak bisa
ganti, supaya pengiklan bisa mengoptimize iklannya untuk menghasilkan
dampak yang diharapkan. Mark tahu bahwa media yang bisa menyenangkan
pengiklannya akan langgeng, karena uangnya terus mengalir. Tapi dia juga
tahu bagaimana menyenangkan usernya, buktinya kita sampai hari ini
masih fesbukan.
Yang ketiga: platform ini menghidupi orang lain.
Zynga hidup karena Facebook membuka diri sebagai platform, semua orang
yang ingin membuat sebuah aplikasi bisa menggunakan Facebook sebagai
platform.
Contoh kecil: ada yang ingin buka usaha dagang, dan
ingin bisa menghubungi pelanggannya, gunakan FB sebagai platform
komunikasi. Atau ada yang ingin mendata semua pelanggannya di internet,
dari pada pelanggan harus isi nama dan tanggal lahir, gunakan platform
"Login To Facebook".
Pelanggan cukup login dan semua datanya
bisa diambil tanpa harus mengetik ulang. Banyak sekali fitur yang
disediakan oleh FB yang bisa dipakai oleh pengusaha, sehingga FB menjadi
semakin berguna dan semakin dibutuhkan. Hari ini merdeka.com sangat
membutuhkan FB untuk bertumbuh. Setiap LIKE dan SHARE yang Anda berikan,
membuat merdeka.com dikenal lebih banyak pembaca.
Kotak
komentar di bawah setiap berita juga merupakan fitur FB. Komentar ini
mempermudah merdeka.com. Pembaca yang mau komentar tidak perlu login
lagi karena lebih praktis menggunakan FB. Platform inilah yang tidak
dimiliki oleh MySpace/FS, jadi banyak yang bosan dan pergi. Tidak ada
ketergantungan.
Facebook tidak akan mati, karena Mark membuat
kita semakin tergantung. Mark adalah orang yang bisa memaksa 1 miliar
orang tanpa memaksa. Semua pengguna FB datang tanpa diminta. Rela
mempromosikan FB di mana-mana tanpa dibayar.
Facebook adalah
heroin yang bukan narkoba. Baik pengguna maupun pengiklan tidak bisa
lepas dari Facebook. Pelanggan ada di FB, teman kita ada di FB, game
kita ada di FB, proyek kita dikenal orang melalui FB, sejarah kita ada
di FB, foto kita ada di FB. Hidup kita ada di FB. Semua aktivitas kita
memberi kans FB untuk mendapat keuntungan.
Sebagai informasi,
dalam 3 bulan terakhir FB mendapatkan keuntungan bersih hampir Rp 5
Triliun atau setara kurang lebih dengan gaji 2,5 juta buruh. Dari akses
kita setiap hari dan dari banyaknya data yang FB punya, FB bisa
menemukan pola/pattern, yang bisa mengetahui kita siapa, siapa teman
kita, apa yang kita suka dan akhirnya Facebook bisa menampilkan iklan
yang sesuai untuk kita.
FB belajar banyak dari semiliar
penggunanya, semakin kita memakai FB semakin pola/pattern kita dikenal.
Karena kenal kita, maka FB bisa membuat fitur yang kita perlukan. Karena
perlu, kita makin. Tergantung. Akhir kata, Facebook tidak mati-mati,
setuju?
http://www.merdeka.com/
Categories: TEKNOLOGI
0 comments:
Post a Comment