Australia Sadap Operasi Militer Indonesia di Timor-timur 1999
Posted by Muhammad Irfan on Wednesday, November 27, 2013 with No comments
Bukan sekali dua kali Australia menyadap pejabat di Indonesia. Beberapa
fakta menunjukkan intelijen Australia pun menyadap komunikasi militer
Indonesia tahun 1999 saat krisis Timor Timur.
Saat itu Defence
Signals Directorate (DSD) begitu leluasa mengorek beberapa informasi
penting dari komunikasi militer Indonesia. Australia memang menjadi
salah satu tulang punggung United Nations Mission in East Timor
(UNAMET). Misi PBB yang mengawasi jalannya referendum Timor-timur. Akan
tetap bergabung dengan Indonesia, atau memilih merdeka. UNAMET mulai
bertugas 11 Juni 1999.
Fakta penyadapan ini dituturkan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo , yang juga pakar teknologi informasi. Beberapa tulisan juga telah dipublikasikan di Sidney Morning Herald edisi 14 Maret 2002.
Tak tanggung-tanggung, yang disadap tokoh-tokoh kunci di Badan Intelijen Negara dan petinggi TNI/Polri.
Berikut jalannya penyadapan tahun 1999 tersebut.
1. Tim elite Tribuana menyusup ke Timor-timur
Intelijen Australia mendapat informasi satuan elite Kopassus yang diberi
sandi Satgas Tribuana masuk ke Timor-timur. Australia menduga pasukan
ini melaksanakan misi terselubung. Percakapan tersebut diberi tanggal 9
Februari 1999.
Diketahui salah satu Komandan Satgas Tribuana
adalah Letkol Yayat Sudrajat. Perwira menengah Korps Baret Merah ini
kemudian menjalani sidang Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta Pusat, 30
Desember 2002.
Yayat mengaku tugas Kopassus di sana bukan operasi
militer, tetapi operasi pembinaan atau teritorial. Dia juga membantah
Kopassus terlibat kerusuhan berdarah di Liquica tahun 1999.
Yayat akhirnya divonis bebas karena tak terbukti berperan dalam pelanggaran HAM di Timor-timur.
2. Percakapan Tribuana dengan Eurico Guterress
Eurico Guterres adalah komandan milisi pro-integrasi. Dia gigih memperjuangkan bergabungnya Timtim dengan Indonesia.
Intelijen
Australia sempat menangkap pembicaraan Eurico dengan Tim Tribuana
tanggal 14 Februari 1999. Saat itu Tim elite Kopassus tersebut
menanyakan anak buah Eurico yang jadi korban kerusuhan.
Eurico menjadi komandan laskar Mahidi, mati hidup ikut Indonesia. Tribuana menjanjikan Eurico, TNI akan memberikan perhatian.
"Kami menjamin Brigjen Simbolon peduli pada anak buahnya yang terluka," garansi Tim Tribuana.
3. Danrem tanyakan kekuatan milisi
Intelijen Australia juga menyadap percakapan Komandan Korem
164/Wiradharma Kolonel Tono Suratman dengan Eurico Guterres. Tono
menanyakan dimana kekuatan massa pro-integrasi yang bisa unjuk gigi.
Saat
itu Eurico melaporkan ada 400 milisi bersiaga di luar sebuah hotel di
Dili. Penyadapan ini menunjukkan TNI punya hubungan dekat dengan milisi
pro-integrasi. Percakapan ini tercatat tanggal 5 Mei 1999.
Tahun
2002, Eurico sempat diadili karena diduga terlibat pelanggaran HAM dan
kerusuhan di Timor-timur saat referendum. Dia dijatuhi hukuman 10 tahun.
Namun dalam peninjauan kembali (PK), Mahkamah Agung memutuskan
Guterress bebas.
Kolonel Tono sendiri tetap bertugas di TNI.
Sempat menjadi Pangdam VI Tanjungpura di Kalimantan dan Asisten Operasi
Kasad, dengan pangkat mayor jenderal.
4. TNI di belakang demo anti-UNAMET
Salah satu info penting yang disadap intelijen Australia adalah
percakapan petinggi Badan Intelijen Strategi ABRI Brigjen Ariffudin.
Terungkap TNI turut membantu demonstrasi massa pro-integrasi terhadap
UNAMET.
TNI menyediakan material demonstrasi anti misi PBB di Timor-timur ini. Di antaranya bendera dan kaos.
"5.000 kaos sudah disiapkan dan 10.000 lainnya masih diproduksi." Demikian informasi per tanggal 9 Agustus 1999.
Selain
itu ada juga penyadapan percakapan antara Mayjen Zaky Anwar Makarim
dengan perwira polisi terkait penghitungan suara referendum.
5. Tim Kiper-9 buru milisi prokemerdekaan
20 September 2009, Australia menyadap percakapan antar para
petinggi TNI. Mayjen Zaky Anwar Makarim, Letjen Yunus Yosfiah dan Letjen
Hendropriyono mendiskusikan soal 'pemindahan populasi'.
Diduga merupakan upaya antisipasi jika referendum tanggal 30 Agustus, dimenangkan massa pro-kemerdekaan.
Tanggal
21 Agustus, ada percakapan antara TNI dengan politikus pro-Indonesia
Francisco Xavier Lopez da Cruz. Intinya Kopassus membentuk tim pemburu
Kiper-9.
Misinya memburu tokoh-tokoh pro-kemerdekaan, atau orang-orang pro-Indonesia yang membelot pada lawan.
http://www.merdeka.com/
0 comments:
Post a Comment