Tak Perlu Tunggu Sakit untuk Berhenti Merokok
Posted by Muhammad Irfan on Monday, November 25, 2013 with No comments
Bukan rahasia jika merokok menimbulkan
ketagihan luar biasa. Ketagihan ini begitu sulit dilepaskan, hingga
akhirnya perokok menderita sakit yang kadang berakhir tragis.
Hal
ini disadari sepenuhnya oleh Sukamto (67), seorang pria perokok aktif.
Sukamto mengaku dapat menghabiskan sebungkus rokok selama 2 hari. Dari
hasil pemeriksaan, kandungan karbonmonoksida (CO) dalam tubuhnya
mencapai 10 ppm.
Kendati masih dalam kategori ringan, hasil
tersebut menjadi peringatan penting bagi Sukamto. "Sebetulnya tidak
perlu menunggu sakit untuk berhenti merokok. Walau sulit saya akan
mencoba mengurangi porsi merokok," kata bapak yang kerap melakukan ronda
malam tersebut.
Berhenti merokok bagi Sukamto akan menjadi
tantangan tersendiri. Karena menurutnya, rokok membantunya tetap terjaga
saat ronda. Rokok juga membantunya cepat akrab dengan warga lain yang
mendapat giliran ronda.
Sukamto mengatakan, sebetulnya sampai
saat ini dia belum merasakan dampak buruk merokok. Nafasnya memang kerap
terengah bila lari atau senam pagi bersama istrinya. Namun kondisi
tubuhnya secara umum dirasa tetap sehat.
Kendati begitu, dirinya
bersyukur sang istri tidak memiliki kandungan CO setinggi dirinya.
"Istri saya cuma 1 ppm. Mungkin karena saya selalu merokok di luar dan
tidak pernah di dalam rumah. Tapi tetap saya ingin mengurangi porsi
merokok," kata bapak tiga putera ini.
Rokok memang tidak langsung
memberi dampak merugikan bagi para pecandu dan mereka yang tidak
sengaja menghisapnya. Menurut ahli paru-paru dari RSUP Persahabatan, dr.
Agus Dwi Susanto Sp.P, lamanya peningkatan kadar polutan dalam tubuh
bergantung pada frekuensi dan banyaknya jumlah rokok yang diisap.
Semakin sering dan banyak mengisap rokok, maka jumlah CO makin cepat
meningkat.
"Perokok berat memiliki kandungan CO hingga 30 ppm.
Sementara perokok ringan berkisar 10 ppm. Karena itu tidak heran bila
perokok berat lebih mudah terengah dan berisiko menderita berbagai
penyakit," ujarnya.
Perokok berat memiliki kandungan CO yang
cukup tinggi. Gas CO kemudian berikatan dengan hemoglobin (Hb) membentuk
COHb, yang mengganggu penyerapan dan sirkulasi oksigen dalam tubuh.
Akibatnya, tubuh perokok berat lebih mudah terengah dan lemas, karena
kekurangan oksigen.
Perokok juga menghadapi risiko penyakit
jantung koroner (PJK) akibat meningkatnya kekentalan darah. "Baik
perokok ringan maupun berat sebetulnya menghadapi risiko yang sama. Asap
rokok persis asap knalpot, tidak peduli jenis rokoknya. Karena itu
segeralah berhenti merokok," kata Agus.
Hidup sehat bebas rokok
sangat dinikmati Nurhasanah yang berusia 72 tahun. Ditemui pada ulang
tahun RSUP Persahabatan ke-50 di Jakarta pada Minggu (24/11/2013), nenek
5 cucu ini tampak menikmati suasana dan agenda yang diadakan. Nenek ini
bahkan tidak segan ikut bermandi matahari bersama peserta lainnya.
Menurutnya lingkungan bebas rokok menjadi resep mujarab kesehatan nenek
yang tinggal di Klender ini.
Hal serupa dikatakan Siti Masriah
(48), yang hanya memiliki kandungan CO 2 ppm dalam tubuhnya. Siti
mengatakan kendati memiliki seorang suami dan 2 orang putera, dirinya
selalu menekankan ruginya merokok.
"Kita udah nggak kaya. Masa
mau sakit gara-gara rokok ? Mending duitnya buat yang lain. Saya juga
selalu negur siapa saja di dekat saya yang merokok. Kalau bilanginnya
baik-baik pasti dia nurut dan malu," tutur ibu yang berdomisili di
Pondok Bambu ini.
http://health.kompas.com/
Categories: HEALTH
0 comments:
Post a Comment