Macam-macam dengan Indonesia, Ekonomi Australia Terancam
Posted by Muhammad Irfan on Thursday, November 21, 2013 with No comments
Australia sebaiknya tidak usah macam-macam jika berhadapan dengan
Indonesia. Pasalnya, laju perekonomian di Negeri Kangguru itu bergantung
banyak pada negara ini.
Menurut Tim Harcout, ahli ekonomi di
Australian School of Business, nilai perdagangan Australia dengan
Indonesia mencapai lebih dari US$14 miliar (Rp163 triliun), terdiri dari
US$11,1 miliar (Rp129 triliun) di perdagangan barang dan US$3,3 miliar
(Rp38,6 trilun) di bidang jasa.
Oleh warga Australia, kerja sama
kedua negara biasanya hanya dikenal soal "kapal (imigran gelap), daging
sapi dan Bali". Namun Harcourt mengatakan, sapi hanyalah satu dari 12
kerja sama dagang utama kedua negara.
"Ada kerja sama yang kuat
di bidang agribisnis, infrastruktur, konstruksi, pendidikan dan layanan
profesional, seperti ANZ, Commonwealth Bank, Leighton, Orica, dan TAFE,
itu hanya sebagian kecil," kata Harcout kepada News.com.au, Kamis 21 November 2013.
Lebih
dari 2.500 perusahaan Australia mengekspor ke Indonesia. Sebanyak 150
di antaranya bermarkas di negara ini. Akibat perseteruan ini, lanjutnya,
ekspor Australia yang menyumbang 60 persen dari ekonomi negara akan
merugi.
"Ekspor memberikan upah besar. Jika kita kehilangan mitra
dagang utama ini, maka kesempatannya semakin kecil untuk upah yang
lebih baik, bisa merusak harapan kita. Jika masalah ini semakin serius,
akan mempengaruhi kesejahteraan perusahaan atau bank besar," sambung
Harcout lagi.
Harcout mengatakan, perusahaan Australia yang
investasi di Indonesia untung 40 persen lebih besar ketimbang di India
atau China. Perekonomian Indonesia diprediksi meningkat enam persen
dalam dua tahun ke depan, permintaan produk Australia juga akan
meningkat.
Menurut data Departemen Luar Negeri dan Perdagangan
Australia, perekonomian Indonesia (DFAT) kini yang terbesar di Asia
Tenggara dan negara keempat dengan populasi terbesar di dunia.
Selain
itu, data DFAT menunjukkan, Indonesia diprediksi jadi salah satu dari
10 negara ekonomi terbesar dunia pada 2025 dengan GDP mencapai US$1
triliun. Kelas menengah di negara ini juga meningkat 30 juta dalam 10
tahun terakhir, menjadi lebih dari 45 juta. Diperkirakan pada 2030,
jumlahnya mencapai 130 juta.
"Mereka perlu kita untuk ketahanan
pangan dan energi, dan kita perlu mereka seperti kita perlu mitra dagang
lainnya di ASEAN. Jika kita kehilangan Indonesia, kita akan kehilangan
ASEAN," jelas Harcout.
http://dunia.news.viva.co.id/
0 comments:
Post a Comment