Rekam jejak perdana menteri pembenci perempuan
Posted by Muhammad Irfan on Friday, November 22, 2013 with No comments
Tony Abbott seharusnya tidak pantas menjadi perdana menteri
Australia. "Dia terlalu beraliran sayap kanan," kata seorang pengamat
politik Australia. "Dia termasuk garis keras," kata pengamat lain.
"Dia
sosok pria dari pertengahan abad ke-20," ujar politikus dari Partai
Buruh Bruce Hawker pada Juni lalu, seperti dilansir majalah the Monthly,
empat bulan lalu.
Nama Perdana Menteri Australia, Tony Abbott,
beberapa hari terakhir ini mencuat ke permukaan media massa, terutama
di Indonesia. Dia menjadi sorotan karena pernyataannya tentang kasus
penyadapan intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat Indonesia. Dia menolak minta maaf.
Rakyat
Australia, terutama kaum perempuan, paling ingat dengan sejumlah
pernyataan Abbott terhadap kaum hawa yang nadanya merendahkan atau
bahkan membenci.
Perdana menteri sebelumnya, Julia Gillard dalam salah satu pidatonya bahkan menyebut Abbott sebagai seorang pembenci perempuan di zaman modern Australia.
Dalam
satu kesempatan pria berusia 56 tahun itu pernah berucap tak ada
salahnya perempuan lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Dalam jajaran kabinet Abbott yang terdiri dari 18 menteri hanya ada satu perempuan yakni Menteri Luar Negeri, Julie Isabel Bishop. Sebelumnya, ketika dipimpin Partai Buruh, Australia memiliki enam menteri perempuan.
Komentarnya
Abbott tentang aborsi juga pernah membuat jengah kaum perempuan. Dia
bilang, "Aborsi adalah jalan pintas termudah bagi perempuan." Lebih
parah lagi dia bahkan pernah mengatakan, "Menjadi pemimpin itu secara
psikologis tidak cocok buat perempuan."
Pada suatu acara memasak di televisi saat dia tengah berkampanye
dengan putrinya belum lama ini, Abbott berkata, "Pilihlah saya karena
saya punya putri yang wajahnya lumayan cantik."
http://www.merdeka.com/
0 comments:
Post a Comment