Tarif Internet Kita Mahal atau Lebih Berkualitas?
Posted by Muhammad Irfan on Thursday, November 21, 2013 with No comments
Bingung memilih mana yang murah atau mana jasa informasi dan komunikasi yang berkualitas |
Ukuran mahal itu apa? Mahal atau murah
sering dikaitkan dengan rata-rata pendapatan masyarakat (income per
kapita) dan mutu atau kualitas sebuah produk atau jasa. Dalam kaitan
judul postingan ini kita kaitkan dengan Jasa layanan Internet.
Menurut beberapa analisa, tarif
internet kita murah. Tapi tahukan kita bahwa tarif internet di hampir
seluruh dunia ternyata lebih murah dari yang berlaku di negara kita?
Salah satu kajian itu adalah seperti informasi yang diterbitkan oleh
Badan Komunikasi PBB (ITU) yang berjudul “Mengukur Masarakat Informasi
2010″ memberi kesimpulan atas hasil kajian di 154 negara, bahwa :
- Trif internet termasuk sarana komunikasi dan informasi diberbagai belahan dunia mengalami penurunan, sedangkan pelyanan di bidang tersebut mengalami peningkatatan pesat.
- Rata-rata penurunan tarif Komunikasi dan Informasi itu berkisar antara 40% - 42%.
- Jumlah pelanggan telepon seluler (yang mampu mengakses layanan informasi dan komunikasi dan internet) mencapai 5 Milyar orang di seluruh dunia.
- Negara yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan Informasi (termasuk internet) adalah : Hongkong, Singapore, Kuwait, Luxemburg, AS, Denmark, Norwegia, Inggris dan Selandia Baru.
- Cina dan Makao merupakan wilayah yang paling murah mengenakan tarif Komunikasi dan informasi.
Dimanakah letak ukuran mahal atau
murah tarif Komunikasi dan Informasi negara kita? Banyak kita temukan
perang tarif berbagai operator seluler di negara kita, hampir semua
operator menerikkkan “yel-yel” yang sama bahwa mereka memberikan tarif
dan layanan yang murah dan mudah. Tapi apa yang terjadi ?:
- Sepertinya ada semacam kesepakatan mirip menjembak konsumen kita yang belum perduli betul dengan kondisi yang sebenarnya terjadi. Kesannya ada semacam “Kartel” yang berpengaruh di negara kita dalam menerapkan tarif. Semua sepakat seolah-olah perduli dengan tarif, kenyataannya malah menjebak dengan trik and tips masing-masing yang semuanya bermuara pada kondisi “Pertahankan Profit Margin Optimal”
- Jika ada tarif yang lebih murah, mereka mempermainkan pelanggan di bidang lainnya, kecepatannya dikurangi, diberi quota khusus, diberi limit waktu yang sifatnya situasinonal dan kondisional, atau malah hanya berlaku pada dari jam tertentu ke jam tertentu. Paling sering dialami pelanggan adalah terpkasa gonta-ganti kartu baru dengan harga yang relatif mahal.
Atas kondisi tersebut, pemerintah
telah mengambil kebijakan untuk menurunkan tarif intenet (Komunikasi dan
Informasi) sebesar 42% seperti yang telah disampaikan oleh Dirjen
Postel Basuki Yusuf dan Menkominfo Tiafatul Sembring pada Juni 2010 lalu
yang belum terealisir hingga saat ini.
Mahalnya tarif internet juga diakuit
oleh Kepala Pusat dan Humas Kemkominfo, Gatot S Dewa Broto, tujuan
utama dari kebijakan pemerintah meyelenggarakan telekomunikasi untuk
akses broadband menggunakan spektrum frekuensi Broadband Wireless Access
(BWA) dan seleksi penyelenggaraannya pada pita 2.3 GHz dan 3.3 GHz
untuk mendorong ketersediaan tarif akses internet yang terjangkau
(murah) di Indonesia, seperti yang dsiampaikan oleh Suara Media.com pada
Maret lalu.
Sebagai pembanding mahal atau murah
mari kita lihat tarif Telkom (speddy) yang kita anggap tarif termurah di
tanah air bandung dengan tarif metrodatapath yang berkedudukan di
Arizona AS, sebagai berikut ;
Tarif dan kecepatab metrodatapath AS sebelum PPN Rp.150.000/ bulan |
Tarif dan kecepatan speedy sudah ikut PPN Rp.775.000 / bulan. Ternyata lebih mahal hampir 5 kali lipat. |
Penyebab tarif ICT yang Mahal.
Mahalnya tarif Internet di Indonesia
diakui juga oleh pendatang baru dalam layanan Internet berteknologi
tinggi, yakni berbasis WIMAX (worlwide interoprability for micorwafe
Access) yaitu sebuah perusahaan penyedia jasa internet yang baru operasi
di tanah air yakni PT First Media tbk, perusahaan yang menjanjikan
mampu mengurangi biaya pemakaian internet perbulan dari Ro.750 ribu
/Mbps menjadi Rp.300 ribu hingga Rp.500 ribuan per bulannya untuk 1
Mbps.
Pertanyaannya, mengapa perusahaan
itu bisa menghadirkan tarif yang lebih kompetitif, padahal teknologi
yang digunakannya tergolong canggih yakni menggunakan teknologi spektrum
pita lebar seperti wi-fi yang mampu memberi layanan setara dengan 75
Mbps.
Apakah operator penyedia layanan
Informasi dan Komunikasi tidak menggunakan teknologi ini atau pura-pura
tidak mempublikasikan pemakaian teknologi atau malah menutup-nutupi
infirmasi tentang hal ini agar masyarakat teknologi tidak terpancing
melihat ke arah ini? Katakanlah masyarakat awam tidak perduli dengan hal
ini tapi masyarat intelektual yang mengetahui hal ini apakah bisa
diabaikan begitu saja?
Memang ada yang mengatakan bahwa
mahalnya tarif intenet di negara ini ada kaitan dengan jenis serat optik
yang dipakai (tertanam di dasar laut). Negara kita yang posisinya
berada di Katulistiwa terlalu jauh jangkauannya menuju penyedia
internet di AS. Semakin jauh jauh dengan penyedia Internet semakin
panjang bula Backbone atau kabel serat optik tadi diperukan, artinya
semakin besar biaya investasinya.
Berbeda dengan jepang, Taiwan dan
China yang relatif lebih dekat kita mau tidak mau harus melalui jarak
yang panjang tersebut. Dalam hal ini kita mendapat Backbone Tier-1
oleh pemilik Backbone di AS.
Disamping jarak Backbone yang
panjang, kita juga hanya memiliki 2 routing (akses) saja yakni Routing
Singapore dan Routing Australia. Berbeda dengan negara-negara tersebut
di atas, mereka route yang lebih banyak, yakni Rusia, China, Taiwan dan
AS. Semakin banyak route nya semakin kompetitiflah harganya.
Jika mengacu kepada persoalan
backbone dan routing yang mahal, sementara di sisi lain ternayta ada
perusahaan penyedia layanan tarif yang mampu menekan harga hingga 42%
seperti di atas, jadi sebetulnya apa yang tejadi? Kenapa tarif internet
(ICT) kita masih tergolong mahal. Menurut data badan komunikasi dunia
(ITU) kita malah tidak termasuk dalam kelompok negara yang menerapkan
tarif murah?
Sekadar perbandingan tarif operator
yang reguler (Non Promosi) yang dikutip dari Babeh.net.com hari ini (2
Januari 2011), tarifatau biaya internet berbasis volume (Based volume)
di negara kita dapat dilihat sebagai berikut :
XL 3G HSDPA
- Paket Xplorer (kuota 250 MB). Biaya Rp 99 rb/bulan
- Paket Xtion (kuota 1 GB). Biaya Rp 279 rb/bulan
- Paket Xtreme (kuota 3 GB). Biaya Rp 499 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,4/KB
Telkomsel Flash
- Paket Basic (kuota 500 MB). Biaya Rp 125 rb/bulan
- Paket Advance (kuota 1 GB). Biaya Rp 225 rb/bulan
- Paket Pro (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 1/KB
Indosat 3,5G
- Paket Economy (kuota 500 MB). Biaya Rp 90 rb/bulan
- Paket Extra Light (kuota 1,25 GB). Biaya Rp 200 rb/bulan
- Paket Medium (kuota 3 GB). Biaya Rp 400 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,5/KB
Mobil
- Paket (kuota 500 MB). Biaya Rp 88 rb/bulan
- Paket (kuota 1,2 GB). Biaya Rp 150 rb/bulan
- Paket (kuota 3 GB). Biaya Rp 250 rb/bulan
Kelebihan pemakaian dikenakan biaya Rp 0,25/KB
Ngorbit Starone
- Paket 350 MB. Biaya Rp 49 rb/bulan
- Paket 1 GB. Biaya Rp 99 rb/bulan
Berapa kecepatan internet di beberapa negara yang paling murah biayanya?
Ironsnya, kendati masih tergolong mahal,
kecepatan akses intenet kita juga termasuk paling lemot di dunia. Untuk
ranking kecepatan akses ini, posisi rangking kita berada diurutan 148
dunia dari 154 negara, yakni pada angka 1,21 Mbps. Sedangkan
negara-negara lainnya yang memiliki akses terbaik adalah (sesuai
rangking) :
- 1 Korea Selatan 21,71 Mb/s
- 2 Jepang 16.00 Mb/s
- 3 Aland Island 15.02 Mb/s
- 4 Lithuania 13.44 Mb/s
- 5 Latvia 13.35 Mb/s
- 6 Swedia 13.26 Mb/s
- 7 Romania 12.85 Mb/s
- 8 Belanda 12.32 Mb/s
- 9 Bulgaria 12.02 Mb/s
- 10 Republik Moldova 10.00 Mb/s
- 11 Hong Kong (China) 9.52 Mb/s
- 12 Slovakia 8.92 Mb/s
- ——-
- 148 Indonesia 1,21Mb/s
- ——–
- 154 Zimbwabe. Tarif sekali SMS untuk lokal Zimbabwe adalah USD 5-7 atau dengan kurs rupiah 9,665 per 1 USD tarif tersebut setara dengan Rp 48.325- Rp 67.665. Cukup untuk membeli beras beberapa kilogram di Indonesia. Untuk tarif SMS ke luar negeri, lebih gila lagi. Harga yang dipatok adalah antara $ 12 and $ 20 atau sekitar Rp 115.980,- sampai Rp 193.300. (Sumber TongBerisi.net)
Kesimpulannya :
Tarif ICT kita memang masih mahal.
Kendatipun ada upaya pemerintah untuk menurunkan tarif tapi belum dapat
direalisasikan karena peranan KARTEL jasa ICT kita masih dominan dan
mampu mengintervensi Pemerintah kita.
Kendatipun ternyata masih masuk
golongan mahal, ironisnya dalam hal akses dan kecepatan kita masih masuk
urutan 148 dunia. Harusnya harga mahal diikuti oleh layanan optimal
dalam berbagai aspek.
Semoga bermanfaat untuk membuka
cakrawala kita semua. Kendati mahal, kita tidak punya pilihan selain
menggunakan tarif dan layanan yang ada untuk tujuan yang bermanfaat
dalam menggunakan jasa dan layanan ICT ini tentunya.
http://media.kompasiana.com/
0 comments:
Post a Comment