5 Kritik bos bank BUMN soal sistem perbankan Malaysia-Singapura
Posted by Muhammad Irfan on Tuesday, November 26, 2013 with No comments
Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Boediono sempat menyinggung soal sistem perbankan nasional yang perlu dilindungi dari dominasi asing. Boediono
mengambil pengalaman dua negara di Eropa yakni Islandia dan Siprus yang
perekonomiannya kacau balau akibat sektor perbankannya dikuasai asing.
Indonesia termasuk salah satu negara yang sektor perbankannya liberal
atau terbuka pada investor asing. Bank-bank asing cukup bebas membuka
cabang di seluruh pelosok Indonesia. Ruang gerak ekspansinya pun tak
dibatasi.
"Kalau semua bank milik luar, kita tidak bisa leverage ekonomi
sendiri, hancur kita. Kalau kita melupakan perbankan nasional agar
mendukung ekonomi dalam negeri, nanti kita akan mendapat permasalahan,"
kata mantan Gubernur Bank Indonesia ini beberapa waktu lalu.
Dominasi kekuatan asing dalam lini perbankan juga mendapat sorotan
dari bos-bos bank BUMN. Terlebih dengan kenyataan perbankan asing bebas
bergerak di Indonesia namun tidak sama dengan perlakuan yang diterima
perbankan nasional di luar negeri.
Bank Indonesia masih punya pekerjaan rumah untuk memperjuangkan azas
kesetaraan atau azas resiprokalitas perbankan nasional di Malaysia dan
Singapura. Namun, sejauh ini belum ada perkembangan signifikan. Kondisi
ini membuat bos-bos Bank BUMN yang sudah sangat berambisi untuk ekspansi
ke luar negeri, menjadi geram. Mereka mengkritik kebijakan perbankan
Malaysia dan Singapura yang terlalu tertutup.
Adalah Direktur Bank Mandiri
Budi Gunadi Sadikin yang beberapa kali menyentil sistem perbankan di
negara lain, khususnya Malaysia dan Singapura yang tak terbuka seperti
di Indonesia.
Dia mengambil contoh perlakuan Indonesia untuk bank asal Malaysia,
CIMB. Dari catatan Mandiri, bank asal negeri jiran bisa membuka ratusan
cabang di Tanah Air. Bahkan dua kali lipat lebih banyak dibanding di
negaranya sendiri.
Contohnya jaringan CIMB yang di negaranya, kata Budi, cabang bank itu
cuma 300, sedangkan di Indonesia malah sudah mencapai 600. Demikian
pula OCBC, dengan cabang 250 di Tanah Air, tapi di Singapura cuma 50
unit.
"Saran saya kepada pemerintah malaysia dan Singapura, orang enggak
akan suka proteksionisme. Pasar Indonesia akan bereaksi dan ikut
melindungi pasar dalam negeri. Kalau memang diniatkan terbuka, ya buka
saja," cetusnya.
Berikut lima kritik pedas yang dilontarkan bos-bos bank BUMN terhadap sistem perbankan di Malaysia dan Singapura.
1. Susah buka cabang
Bank Mandiri mengaku kesulitan untuk membuka cabang di Malaysia.
Padahal, bank terbesar di Indonesia tersebut sudah menyiapkan dana untuk
ekspansi ke Negeri Jiran.
Menurut Dirut Bank Mandiri Budi Sadikin, hambatan utama bagi Bank
Mandiri untuk membuka cabang di Malaysia bukan terkait teknis. Regulasi
perbankan di Malaysia terbilang sangat ketat, sehingga menyulitkan
Mandiri membuka cabang di sana. "Secara teknis sudah bisa, regulasinya
yang susah," katanya.
2. Proteksionisme
Indonesia sudah lama meliberalisasi sektor keuangan, baik untuk bank
dan non-bank. Bagi Dirut Bank Mandiri Budi Sadikin, isu yang lebih
penting adalah niat baik negara lain menjalankan azas resiprokal. Yaitu,
kemudahan bagi bank Indonesia membuka cabang di negara lain.
Budi secara tegas menyatakan kecewa pada Malaysia dan Singapura
lantaran memproteksi sektor keuangan dalam negerinya di saat Indonesia
sudah sangat liberal.
"Perbankan di Indonesia memang sudah liberal banget. Yang enggak
terbuka di negara lain. Problemnya di sana. Problemnya, bank asing di
sini sudah punya 350 cabang, kita buka satu saja susah," ungkap Budi di
Jakarta, Senin (11/11).
3. Ruang gerak dibatasi
Bank Mandiri (Persero) Tbk mengaku kecewa dengan sikap otoritas
moneter Malaysia yang memberikan batasan untuk tidak mendirikan kantor
cabang di Malaysia lebih dari 8 kantor cabang.
Dirut Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengaku telah mengirimkan
surat kepada otoritas moneter Malaysia. Terlebih setelah Bank Mandiri
berhasil memenuhi persyaratan modal minimum.
"Kita sudah kirimkan surat pernyataan tersebut. Kita masih interest
buka cabang di Malaysia. Modal kita ada kok. Hanya masalahnya sudah ada
modal yang seperti itu, jangan cabang dibatasi seharusnya," ujarnya
beberapa waktu lalu.
Pihaknya kecewa dengan sikap bank sentral Malaysia yang membatasi
ruang gerak Bank Mandiri di Malaysia. Terlebih, dengan alasan harus
memenuhi pelbagai ketentuan.
"Contohnya keberadaan ATM hanya boleh di kantor cabang dan keberadaan
kantor cabang tidak boleh di tempat yang terbilang strategis," jelas
dia.
4. ATM jangan dibatasi
Tidak hanya Bank Mandiri, bank BUMN lainnya yakni Bank Rakyat
Indonesia Tbk (BRI) juga berencana memulai peluang bisnis di Singapura
dengan garapan awal di bisnis ritel. Namun, itu bisa dilakukan jika
upaya BI memperjuangkan azas resiprokalitas mendapat sambutan Monetary
Authority of Singapore (MAS) berupa komitmen tertulis.
Direktur Utama BRI Sofyan Basir ingin ekspansi ke Singapura
dipermudah dengan mendapatkan izin operasional full branch atau cabang
dengan izin usaha penuh.
"Ya untuk full branch di sana. Harapan kita semua bank-bank
pemerintah bisa mendapatkan hal yang sama. ATM juga diharapkan ada
kelonggaran aturan dari MAS. Kita minimal yang di retail," tutur Sofyan.
Sofyan mengatakan, pihaknya telah menyampaikan keinginan dan harapan
bisnis di Singapura kepada Bank Indonesia. "Mudah-mudahan kita dapat apa
yang kita harapkan. Semua sudah disampaikan ke BI, nanti BI yang akan
negosiasi," tutur Sofyan.
5. Harus ada timbal balik
Bank Indonesia (BI) diminta terus menuntut penerapan azas
resiprokal atau kesetaraan perlakuan untuk perbankan Indonesia kepada
Otoritas Moneter Singapura (MAS).
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI Gatot Suwondo
mengatakan BI harus melanjutkan negosiasi penerapan azas resiprokal
dengan MAS. Ini sebagai konsekuensi dari dimudahkannya perbankan asing,
termasuk Singapura, untuk ekspansi ke Indonesia.
"Ini kita refresh, tetap kalau bisa sih sama negara tetangga. Soalnya
ini harus ada timbal baliknya," katanya saat ditemui di pelepasan
peserta mudik bareng BNI, di Parkir Timur Senayan, Jakarta, Jumat (2/8).
Diakui Gatot, pihaknya sudah mengajukan izin ekspansi bisnis di
Singapura sejak dua tahun lalu. Namun, hingga kini, izin tersebut belum
disetujui oleh MAS.
"Kita masih tetap bisa masuk ke sana kalau ada resiprokal. Dan kita
tetap akan izin saja walau sampai saat ini belum ada kabar," katanya?
0 comments:
Post a Comment