Railway, Antara Sumatera dan Malaysia
‘’Malaysia Luncurkan Armada Kereta Api yang Dipasok Cina’’. Demikian judul pemberitaan Antara 9 Maret 2012.
Disebutkan bahwa operator utama kereta api Malaysia, Keretapi Tanah Melayu Berhad (KTMB), 8 Maret 2012 meluncurkan KA yang dibeli dari produsen KA listrik Cina, Zhuzhou Electric Locomotive Co. Ltd.
Berita ini hanya bagian kecil dari kemajuan perkeretaapian di Malaysia yang luas daratannya kalah jauh dengan pulau Sumatera.
Kalau kita lihat topografi Sumatera dan Malaysia, luas Malaysia agaknya setara dengan luas tiga provinsi di Sumatera (NAD, Sumut dan Riau).
Artinya, kalau dibandingkan dengan keseluruhan daratan Sumatera, Malaysia sangat jauh lebih kecil. Tetapi sebaliknya, Sumatera yang lebih luas dan lebih kaya sumber daya alam, ternyata kalah jauh dalam hal infrastruktur transportasi, terlebih untuk perkeretaapiannya (railway).
Malaysia saat ini memiliki jaringan rel KA antarkota sepanjang 1.699 Km, menghubungkan Thailand di utara dengan Singapura di selatan melalui dua jalur KA. Lintas barat membentang dari Padang Besar ke Johor Bahru sepanjang 901 Km. Sedangkan jalur KA lintas timur membentang dari Rantau Panjang ke Gemas sepanjang 526 Km.
Baik dari Padang Besar maupun dari Rantau Panjang, hubungan KA ke Haadyai, Thailand menggunakan jalur rel milik Negeri Gajah Putih, menjadi bagian dari Trans Asian Railway.
Jaringan KA antarkota di Malaysia juga memiliki akses ke sejumlah pelabuhan, Tumpat di pantai timur serta ke Port Dickson, Port Klang dan Penang di pantai barat, selat Malaka. Itu belum termasuk jalur perkotaan sepanjang 175 Km di Kuala Lumpur dan sekitarnya.
Sejak 1990 telah mengusung program ambisius, menjadikan seluruh lintasan KA sepanjang pantai barat menjadi Electric Double Track. Beberapa bagian telah selesai dikerjakan, antara lain Rawang-Seremban (105 Km) selesai tahun 1995. Tahun 2008 dari Padang Besar-Ipoh (329 Km), juga dari Rawang-Ipoh (179 Km) mulai dikerjakan pembangunan 2009, Seremban-Gemas (94 Km) juga mulai dikerjakan. Saat ini sedang dikerjakan Gemas-Johor Bahru (194 Km), diprogramkan akhir 2016 seluruh lintasan KA pantai barat, Padang Besar-Johor Bahru sudah Electric Double Track.
Sebagian dana untuk membangun perkeretapian di Malaysia berasal dari barter crude palm oil (CPO) dengan Cina. Padahal, perkebunan sawit di Malaysia dipastikan kalah luas dengan kebun sawit di Sumut plus Riau.
Kenapa kita tidak meniru Malaysia, membarter CPO ke Cina untuk membangun infrastruktur perkeretaapian Trans Sumatera Railway, minimal menghubungkan Rantauprapat-Kotapinang-Dumai-Pekanbaru.
Kereta Api di Sumatera
Secara historis di Sumatera pernah membentang jalan KA Aceh dari Kuraja (Banda Aceh)-Besitang sepanjang 486 Km dengan lebar sepur 0,750 m.
Menyambung dengan rel di Sumatera Utara Besitang-Rantauprapat (367 Km). Kemudian di Riau dan Sumbar juga pernah terbentang rel dari Pekanbaru ke Solok melalui Muaro (215 Km).
Menyambung dengan jalur menuju Padang dan Teluk Bayur. Bahkan tahun 1925 sudah ada masterplan Pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan jalan KA Rantauprapat-Kotapinang-Duri-Pekanbaru. Sayang tak pernah terwujud.
Sebagian jalur KA yang pernah ada secara historis tadi kini tinggal kenangan. Lintasan KA di Aceh (486 Km) hanya tersisa 58 Km antara Lhokseumawe-Bireuen, yang belakangan dibangun dengan lebar 1.435 mm, selebihnya tinggal puing-puing belaka.
Begitu juga jalur Pekanbaru-Muaro, yang sering disebut sebagai The Death Railway, karena dibangun secara kerja paksa Romusya dan tawanan perang, kini tinggal kenangan. Pulau Sumatera hanya memiliki jalur KA yang terpotong-potong di Aceh, Sumut, Sumbar dan Sumsel plus Lampung.
Berpatok pada data historis, panjang jalur KA di Sumatera —Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung— adalah 1.833 Km. Tetapi yang masih aktif beroperasi hanya 1.350 Km, 483 Km sudah tidak beroperasi lagi, sebagian besar di Aceh.
Ini tidak termasuk jalur Pekanbaru-Muaro (215 Km) sebab sejak selesai dibangun sama sekali belum sempat dioperasikan.
Rencana menghubungkan jalur KA yang masih terpisah di tiga wilayah menjadi satu kesatuan Trans Sumatera Railway sudah dituangkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 43/2011).
Sayangnya, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tidak mengakomodasi percepatan Trans Sumatera Railway dalam PM Nomor: 43/2011 dan baru akan dilaksanakan pada tahun 2030.
Respon Pemprov Se-Sumatera
Penawaran pembangunan jalur KA yang direncanakan Pemprov Riau meliputi Pekanbaru-Dumai-Rantauprapat (252 Km); Duri-Pekanbaru (124 Km); Pekanbaru-Muaralembu (161 km); Muaralembu-Taluk Kuantan-Muaro (138 Km).
Jika dibangunnya jalur KA di Riau, maka jalur KA eksisting di Sumut yang hanya sampai Rantauprapat akan memanjang ke Pekanbaru.
Diharapkan ini dapat memicu Pemprov lainnya di Sumatera, agar dapat memprakarsai pembangunan jalur KA di setiap provinsi. Pemprov Jambi, membangun jalur antara Pekanbaru-Jambi menghubungkan ke jalur KA eksisting di Sumsel.
Pemprov Bengkulu, membangun jalur KA Lubuklinggau-Bengkulu. Pemprov Lampung membangun jalur KA Tanjungkarang-Bakaheuni. Pemprov Sumbar, membangun jalur baru (short-cut) Solok-Padang sepanjang 51 Km.
Selama ini respons sejumlah Pemprov se-Sumatera terhadap Rencana Induk Perkeretaapian untuk mewujudkan Trans Sumatera Railway cukup besar.
Masing-masing Pemprov mempromosikan prospek dan potensi, bahkan di beberapa provinsi telah menemukan calon investor yang berminat.
Diharapkan hal ini dapat ditangani secara serius, tidak hanya di tingkat provinsi, tetapi juga di departemen tingkat pusat sehingga jalur Trans Sumatera Railway tidak sekedar wacana belaka.
Bertolak dari kemajuan perkeretaapian Malaysia yang pendanaannya didukung dengan barter CPO ke Cina, saatnya kita di Sumatera, utamanya para kepala daerah untuk menirunya.
Biarkan AS mengintervensi CPO Indonesia dengan dalih merusak lingkungan, bukankah Cina yang sedang ‘’haus’’ berinvestasi infrastruktur. Saatnya sejumlah kepala daerah se-Sumatera melobi Cina menawarkan barter CPO dengan infrastruktur perkeretapian mewujudkan Trans Sumatera Railway.
Jalan trans Sumatera —lintas timur, lintas tengah dan lintas barat— nyaris tak kuasa lagi memikul beban mobilitas barang dan orang.
Sudah saatnya Trans Sumatera Railway yang sudah direncanakan sejak tahun 1925 kita wujudkan. Kita cari terobosan untuk mempercepat terwujudnya Trans Sumatera Railway. Semoga
Disebutkan bahwa operator utama kereta api Malaysia, Keretapi Tanah Melayu Berhad (KTMB), 8 Maret 2012 meluncurkan KA yang dibeli dari produsen KA listrik Cina, Zhuzhou Electric Locomotive Co. Ltd.
Berita ini hanya bagian kecil dari kemajuan perkeretaapian di Malaysia yang luas daratannya kalah jauh dengan pulau Sumatera.
Kalau kita lihat topografi Sumatera dan Malaysia, luas Malaysia agaknya setara dengan luas tiga provinsi di Sumatera (NAD, Sumut dan Riau).
Artinya, kalau dibandingkan dengan keseluruhan daratan Sumatera, Malaysia sangat jauh lebih kecil. Tetapi sebaliknya, Sumatera yang lebih luas dan lebih kaya sumber daya alam, ternyata kalah jauh dalam hal infrastruktur transportasi, terlebih untuk perkeretaapiannya (railway).
Malaysia saat ini memiliki jaringan rel KA antarkota sepanjang 1.699 Km, menghubungkan Thailand di utara dengan Singapura di selatan melalui dua jalur KA. Lintas barat membentang dari Padang Besar ke Johor Bahru sepanjang 901 Km. Sedangkan jalur KA lintas timur membentang dari Rantau Panjang ke Gemas sepanjang 526 Km.
Baik dari Padang Besar maupun dari Rantau Panjang, hubungan KA ke Haadyai, Thailand menggunakan jalur rel milik Negeri Gajah Putih, menjadi bagian dari Trans Asian Railway.
Jaringan KA antarkota di Malaysia juga memiliki akses ke sejumlah pelabuhan, Tumpat di pantai timur serta ke Port Dickson, Port Klang dan Penang di pantai barat, selat Malaka. Itu belum termasuk jalur perkotaan sepanjang 175 Km di Kuala Lumpur dan sekitarnya.
Sejak 1990 telah mengusung program ambisius, menjadikan seluruh lintasan KA sepanjang pantai barat menjadi Electric Double Track. Beberapa bagian telah selesai dikerjakan, antara lain Rawang-Seremban (105 Km) selesai tahun 1995. Tahun 2008 dari Padang Besar-Ipoh (329 Km), juga dari Rawang-Ipoh (179 Km) mulai dikerjakan pembangunan 2009, Seremban-Gemas (94 Km) juga mulai dikerjakan. Saat ini sedang dikerjakan Gemas-Johor Bahru (194 Km), diprogramkan akhir 2016 seluruh lintasan KA pantai barat, Padang Besar-Johor Bahru sudah Electric Double Track.
Sebagian dana untuk membangun perkeretapian di Malaysia berasal dari barter crude palm oil (CPO) dengan Cina. Padahal, perkebunan sawit di Malaysia dipastikan kalah luas dengan kebun sawit di Sumut plus Riau.
Kenapa kita tidak meniru Malaysia, membarter CPO ke Cina untuk membangun infrastruktur perkeretaapian Trans Sumatera Railway, minimal menghubungkan Rantauprapat-Kotapinang-Dumai-Pekanbaru.
Kereta Api di Sumatera
Secara historis di Sumatera pernah membentang jalan KA Aceh dari Kuraja (Banda Aceh)-Besitang sepanjang 486 Km dengan lebar sepur 0,750 m.
Menyambung dengan rel di Sumatera Utara Besitang-Rantauprapat (367 Km). Kemudian di Riau dan Sumbar juga pernah terbentang rel dari Pekanbaru ke Solok melalui Muaro (215 Km).
Menyambung dengan jalur menuju Padang dan Teluk Bayur. Bahkan tahun 1925 sudah ada masterplan Pemerintah Hindia Belanda untuk menghubungkan jalan KA Rantauprapat-Kotapinang-Duri-Pekanbaru. Sayang tak pernah terwujud.
Sebagian jalur KA yang pernah ada secara historis tadi kini tinggal kenangan. Lintasan KA di Aceh (486 Km) hanya tersisa 58 Km antara Lhokseumawe-Bireuen, yang belakangan dibangun dengan lebar 1.435 mm, selebihnya tinggal puing-puing belaka.
Begitu juga jalur Pekanbaru-Muaro, yang sering disebut sebagai The Death Railway, karena dibangun secara kerja paksa Romusya dan tawanan perang, kini tinggal kenangan. Pulau Sumatera hanya memiliki jalur KA yang terpotong-potong di Aceh, Sumut, Sumbar dan Sumsel plus Lampung.
Berpatok pada data historis, panjang jalur KA di Sumatera —Aceh, Sumut, Sumbar, Sumsel dan Lampung— adalah 1.833 Km. Tetapi yang masih aktif beroperasi hanya 1.350 Km, 483 Km sudah tidak beroperasi lagi, sebagian besar di Aceh.
Ini tidak termasuk jalur Pekanbaru-Muaro (215 Km) sebab sejak selesai dibangun sama sekali belum sempat dioperasikan.
Rencana menghubungkan jalur KA yang masih terpisah di tiga wilayah menjadi satu kesatuan Trans Sumatera Railway sudah dituangkan dalam Rencana Induk Perkeretaapian (Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 43/2011).
Sayangnya, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tidak mengakomodasi percepatan Trans Sumatera Railway dalam PM Nomor: 43/2011 dan baru akan dilaksanakan pada tahun 2030.
Respon Pemprov Se-Sumatera
Penawaran pembangunan jalur KA yang direncanakan Pemprov Riau meliputi Pekanbaru-Dumai-Rantauprapat (252 Km); Duri-Pekanbaru (124 Km); Pekanbaru-Muaralembu (161 km); Muaralembu-Taluk Kuantan-Muaro (138 Km).
Jika dibangunnya jalur KA di Riau, maka jalur KA eksisting di Sumut yang hanya sampai Rantauprapat akan memanjang ke Pekanbaru.
Diharapkan ini dapat memicu Pemprov lainnya di Sumatera, agar dapat memprakarsai pembangunan jalur KA di setiap provinsi. Pemprov Jambi, membangun jalur antara Pekanbaru-Jambi menghubungkan ke jalur KA eksisting di Sumsel.
Pemprov Bengkulu, membangun jalur KA Lubuklinggau-Bengkulu. Pemprov Lampung membangun jalur KA Tanjungkarang-Bakaheuni. Pemprov Sumbar, membangun jalur baru (short-cut) Solok-Padang sepanjang 51 Km.
Selama ini respons sejumlah Pemprov se-Sumatera terhadap Rencana Induk Perkeretaapian untuk mewujudkan Trans Sumatera Railway cukup besar.
Masing-masing Pemprov mempromosikan prospek dan potensi, bahkan di beberapa provinsi telah menemukan calon investor yang berminat.
Diharapkan hal ini dapat ditangani secara serius, tidak hanya di tingkat provinsi, tetapi juga di departemen tingkat pusat sehingga jalur Trans Sumatera Railway tidak sekedar wacana belaka.
Bertolak dari kemajuan perkeretaapian Malaysia yang pendanaannya didukung dengan barter CPO ke Cina, saatnya kita di Sumatera, utamanya para kepala daerah untuk menirunya.
Biarkan AS mengintervensi CPO Indonesia dengan dalih merusak lingkungan, bukankah Cina yang sedang ‘’haus’’ berinvestasi infrastruktur. Saatnya sejumlah kepala daerah se-Sumatera melobi Cina menawarkan barter CPO dengan infrastruktur perkeretapian mewujudkan Trans Sumatera Railway.
Jalan trans Sumatera —lintas timur, lintas tengah dan lintas barat— nyaris tak kuasa lagi memikul beban mobilitas barang dan orang.
Sudah saatnya Trans Sumatera Railway yang sudah direncanakan sejak tahun 1925 kita wujudkan. Kita cari terobosan untuk mempercepat terwujudnya Trans Sumatera Railway. Semoga
@ http://www.riaupos.co/