Menjadi Gay Itu, Kenikmatan yang Tak Bisa Ditolak
Posted by Muhammad Irfan on Saturday, September 08, 2012 with No comments
Tok..Tok..Tok..
Pintu kamarku di ketuk.
“siapa?” aku bertanya dari dalam
“aku” sahut dari luar.
Aku buka pintu. Benar tebakanku. Dia datang lagi. Seorang teman yang telah lama menjadi seorang biseks. Tiga bulan lebih kami tidak ketemu. Katanya selama itu dia ada di kampungnya karena sakit.
“ada apa?” tanyaku
“Pinjam komputer dong, mau edit data nih” katanya dengan suara sedikit memelas.
“yaudah, pakai aja. Masukin Flashdisk awas kesetrum ya!” aku mengingatkan.
” eh copot.. copot.. copot..” latahnya ketika sedikit kena setrum lewat kabel komputer. Aku memang malas merawat komputer itu. Rasanya lebih eksotis kalau ada setrum-setruman sedikit saat memakainya.
Pintu kamarku di ketuk.
“siapa?” aku bertanya dari dalam
“aku” sahut dari luar.
Aku buka pintu. Benar tebakanku. Dia datang lagi. Seorang teman yang telah lama menjadi seorang biseks. Tiga bulan lebih kami tidak ketemu. Katanya selama itu dia ada di kampungnya karena sakit.
“ada apa?” tanyaku
“Pinjam komputer dong, mau edit data nih” katanya dengan suara sedikit memelas.
“yaudah, pakai aja. Masukin Flashdisk awas kesetrum ya!” aku mengingatkan.
” eh copot.. copot.. copot..” latahnya ketika sedikit kena setrum lewat kabel komputer. Aku memang malas merawat komputer itu. Rasanya lebih eksotis kalau ada setrum-setruman sedikit saat memakainya.
Setelah
selesai, dia mengajakku keliling mencari jajanan pinggir jalan. Sebenarnya aku
malas karena ngantuk dan di luar gerimis. Tapi karena sudah lama tidak ketemu,
ya mau gimana lagi. Gimanapun keadaannya, dia adalah temanku.
Temanku
ini, seperti yang sudah pernah aku ceritakan
sebelumnya, memiliki kelainan sejak ia masih SMP dan berlanjut ke SMA
hingga bangku kuliah. Berulang kali aku mengingatkannya agar tidak terus
mengurusi hawa nafsu. Merubah jalur hidupnya yang menurutku dan menurut mayoritas
orang-orang, sebagai kelakuan yang menyimpang. Tapi selalu dia mempunyai alasan
kalau itu hanya sementara.
Dia
pikir aku percaya. Kelainannya itu sudah dinikmatinya sejak lama. Dan tak
terlihat dari dirinya kalau dia ingin berubah. Lebih parahnya, perlahan
ketertarikannya pada wanita semakin pudar. Tak pernah matanya jelalatan melihat
wanita yang memakai rok mini. Tapi jangan tanya bila ia melihat cowok tampan.
Ia bisa geregetan sendiri. Aku semakin geli dan risih di dekatnya. Untungnya
sedari awal mengenalnya aku sudah mengingatkan kalau aku cowok 100%. Kalau dia
berani menyentuh atau menggoda aku, aku tak akan mau lagi berteman dengannya.
“Mas..
tau nggak, sekarang kami udah serumah. Dia itu perhatian banget samaku. Wuih..
sekarang kami juga mengelola keuangan rumah bersama. Kayak suami istri lah
pokoknya” cerocosnya dengan bangga di atas sepeda motor kami yang tengah
melaju. Aku diam saja. Aku tahu, ini sudah pacar lelakinya yang entah nomor
berapa. Hubungannya dengan pacar-pacarnya memang selalu singkat-singkat. Ada
yang sehari, dua hari, seminggu atau one night stand. Apa memang mereka begitu
semua, bisikku dalam hati.
Di
warung tempat kami makan jajanan itu aku menjadi seperti di tempat pengasingan.
Bagaimana tidak, ternyata 90% adalah para Gay. Mereka saling lirik dengan
genit. Aku mual dan hendak muntah. Banyak orang bilang kalau Gay itu bisa
menular. Tapi nyatanya sekarang makin lama bergaul dengan mereka aku bukannya
tertular. Aku malah menjadi mual. Mual dan muak.
“cunok
banget tuh cowok ya mas..” bisiknya padaku.
“apaan tuh cunok?”
“ganteng, cakep” jawabnya.
“apaan tuh cunok?”
“ganteng, cakep” jawabnya.
**
Membaca berita dari kompasdotcom tadi, dimana Q Film Festial ingin memutar Film bertema Gay dan Lesbian di beberapa tempat. Aku jadi teringat lagi pada temanku tadi. Kadang aku kasihan melihatnya. Penyimpangan itu bukanlah keinginannya. Dia mengalami penyimpangan setelah menjadi korban penyimpangan.
Membaca berita dari kompasdotcom tadi, dimana Q Film Festial ingin memutar Film bertema Gay dan Lesbian di beberapa tempat. Aku jadi teringat lagi pada temanku tadi. Kadang aku kasihan melihatnya. Penyimpangan itu bukanlah keinginannya. Dia mengalami penyimpangan setelah menjadi korban penyimpangan.
Saya
memang tak memiliki ilmu di bidang seks atau masalah gay,
homo, biseks, heteroseks dan lesbian. Tapi saya sering berada di tengah
komunitas mereka. Entah hal apa saja yang membuat saya sampai kesitu. Dari
penuturan mereka yang saya kenal. Mereka menjadi menyimpang karena telah
mendapat penyimpangan di masa lalunya. Seperti contoh, anak yang pernah
disodomi oleh seorang gay dewasa akan cenderung berbuat hal yang sama di masa
dewasanya. Dia akan terpancing untuk melakukan hal yang sama.
Jadi,
bagi anda para orang tua yang memiliki anak lelaki usia SD sampai SMA, perhatikan
lah pergaulan mereka. Bila anda mencurigai ada salah seorang temannya yang
lebih tua sebagai seorang yang menyimpang, sebaiknya beri anak anda proteksi
lebih. Bisa saja anak tersebut akan menjadi korban. Caranya bisa kembali ke
orang tua masing-masing. Terpenting, orang dengan perilaku menyimpang tak
sepantasnya dibenci atau dijauhi.
Terkait
dengan berita
kompas tadi, saya melihat tindakan FPI mencegah pemutaran film tersebut
sebagai salah yang perlu di dukung. Namun ada hal yang lebih baik dilakukan
yakni pencegahan terjadinya perilaku penyimpangan itu sendiri. Awalilah dari
orang-orang disekitar kita, sanak saudara kita. Agar mereka tidak terjerumus
lebih dalam. Sekali lagi, seorang yang pernah menjadi korban akan cenderung
balas dendam ke orang lain.
Menjadi
Gay itu, bila dibiarkan, akan menjadi kenikmatan yang tak bisa ditolak. Kenapa?
karena sulit mengetahui seseorang itu gay atau tidak. Seperti beberapa pasang
yang saya kenal. Mereka tinggal serumah, tidak ada yang curiga. Padahal
sebenarnya mereka adalah pasangan. Lumayan kalau tingkah mereka seperti waria,
kita bisa langsung menebak. Parahnya banyak dari mereka yang penampilan macho
tapi aslinya watita (wanita bukan wanita).
Dengan
kondisi seperti itu, mereka akan cenderung bebas bermesum ria. Di kost-an,
kontrakan, apartemen dlsb. Berbagi kenikmatan tanpa ada yang curiga.
Kali
ini saya mendukung tindakan FPI.
@http://kesehatan.kompasiana.com/
0 comments:
Post a Comment