Apakah Ada Orang Terlahir Sebagai Gay?
Posted by Muhammad Irfan on Saturday, September 08, 2012 with No comments
Apakah
ada orang terlahir sebagai gay?
Tentu
kita masih ingat kasus Ryan ‘si penjagal’ yang berasal dari Jember, dimana ia
memiliki masalah dengan orientasi seksualnya dan pada akhirnya mengalami kasus
hukum karena memutilasi semua ‘pasangannya’. Atau yang terbaru tentang
pernikahan sejenis dimana pasangan sang pengantin ternyata memiliki jenis
kelamin yang sama. Kasus percintaan sesama jenis –khususnya dalam tulisan ini
tentang pria- tumbuh di kota-kota besar dunia. Di beberapa negara pernikahan
sesama jenis ada yang sudah dilegalkan. Namun tulisan ini tidak akan membahas
masalah pernikahan itu, apalagi tentang dosa menurut agama atau bersangkut paut
dengan hak asasi manusia. Tulisan ini lebih ke arah pandangan pribadi secara
umum mengenai penyebab anak menjadi homoseks (gay). Untuk memahami
penyebab seseorang menjadi gay, perlu disingkapkan sejumlah “misteri” di
seputar permasalahan ini.
Beragam
Pendapat
Menurut
buku panduan Diagnostic and Statistic Manual IV (DSM), perilaku homoseks sudah
tidak dianggap lagi sebagai salah satu gangguan kepribadian. Homoseks sudah
dianggap hal yang normal. Dalam sebuah hasil sebuah riset ilmiah, dikatakan
bahwa setiap individu mempunyai potensi menjadi seorang homoseksual. Namun
tingkatannya berbeda satu dengan lainnya. Karena kecenderungannya sangat kecil,
kita terkadang tidak merasakan potensi ini. Tetapi jika kecenderungan itu
berlanjut, seperti mengagumi, tertarik, kemudian terangsang terhadap sesama
jenis, maka Anda dapat dikatakan sebagai homoseksual.
Beberapa kalangan menilai, homoseksual merupakan perilaku sesama jenis yang hadir dari gangguan orientasi seksual seseorang. Perilaku seksual ini biasanya dikategorikan antara gay (sesama lelaki) atau lesbi (sesama wanita). Ada juga yang berpendapat perilaku homoseksual merupakan gangguan kejiwaan yang muncul berdasar pada faktor genetik (ini ada dalam buku DSM III).
Saya
tuliskan beberapa perbedaan pendapat yang mencolok yang dikemukakan oleh
beberapa kalangan tentang apa sesungguhnya penyebab homoseksualitas. Kelompok
ilmuwan telah meneliti secara mendalam dari sisi fisiologis, namun tak
diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang meyakinkan. Sejumlah penelitian (yang
hampir tidak pernah dipublikasikan) menggarisbawahi pentingnya faktor-faktor
keluarga dan relasional lain dalam kehidupan seorang anak; sementara penelitian
lain (disertai dengan publikasi media utama) menekankan adanya kemungkinan
peran faktor-faktor bawaan sejak lahir atau faktor-faktor genetik. Namun ketika
peneliti yang lain berupaya untuk mengembangkan temuan-temuan ini untuk
diteliti lebih lanjut, acapkali tidak dapat dirumuskan dengan jelas.
Bila
kita tanyakan dalam komunitas gay sendiri, mereka juga tidak memiliki jawaban
yang memuaskan. Banyak di antara mereka mengklaim bahwa mereka “terlahir gay”,
meskipun mereka tidak dapat menunjukkan bukti. Sebagian dari kelompok ini
berpendapat bahwa mereka tumbuh ke dalam orientasi ini; tetapi saat ini mereka
tidak punya pilihan untuk keluar dari seksualitas tersebut.
Ada
juga yang berpendapat bahwa homoseksualitas nampaknya dimulai pada usia yang
sangat dini, bahkan ada yang berpikir bahwa homoseksualitas dimulai saat bayi
lahir. Pemikiran ini tidak terlalu mengejutkan. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa selama usia emas (golden age) dari 0-6 tahun pertama kehidupan, terletak
landasan yang mempengaruhi respon kita terhadap hal-hal yang akan terjadi di
sepanjang sisa kehidupan kita
Apa
itu Homoseksualitas?
Mari
kita telaah apakah homoseksualitas itu? Berikut adalah definisi yang baik dari
Dr. Lawrence J. Hatterer, penulis buku, Changing Homosexuality in the Male:
“Orang yang tergugah hasratnya -dalam konteks kehidupan dewasa- oleh
ketertarikan erotis orang-orang sesama jenis dan yang biasanya, namun tidak
selalu demikian, terlibat dalam hubungan seksual dengan mereka”. Definisi ini
mengacu dengan jelas kepada dua orang yang terlibat dalam hubungan homoseksual
secara aktif dan juga bagi mereka yang hanya memikirkannya saja. Definisi
Hatterer menunjukkan bahwa homoseksualitas itu jelas bukan sekedar memperhatikan
orang-orang sesama jenis dan mengagumi kemampuan atau bentuk tubuh mereka
Faktor Penyebab
Ada beberapa faktor penyebab yang memungkinkan seseorang
memiliki orientasi menjadi gay.
1. Faktor Pola Asuh
Pola asuh yang salah, khususnya kepada anak lelaki,
menjadi peringkat pertama penyebab anak laki-laki menjadi gay. Contohnya, bila
anak lelaki bandel, hubungan dengan orangtua seringkali terpengaruh. Anak akan
mendapat label/predikat dari orangtua sehingga ada kerenggangan dalam berkomunikasi.
Sebagai respon atas kelakuannya mungkin ia akan menerima penolakan. Kasus yang
lain bila anak mengalami rasa sakit hati entah akibat ditelantarkan
atau ditinggal oleh sang ayah, kata-kata atau perilaku kasar, atau beberapa
bentuk kekecewaan lain di dalam relasi mereka.
Akhirnya, keinginan seorang anak laki-laki untuk
meneladani ayahnya akhirnya rusak oleh luka emosi akibat perlakuan kedua orang
tuanya, terutama oleh sang ayah. Dan ini bahaya. Jika kasih sayang antara anak
laki-laki dan sang ayah tidak terbina dengan baik, maka anak akan mencari
bentuk kasih sayang yang lain. Bila bentuk kasih sayang itu didapatkan dari
‘pria’ yang salah, maka pelecehan seksual nampaknya bakal mengisi kebutuhan
alami anak akan sentuhan dan kasih sayang. Si pelaku biasanya menghujani
perhatian dan “cinta” kepada anak sebelum melakukan pelecehan tersebut. Jika si anak lapar akan keintiman semacam ini, ia
cenderung menerima perlakuan tersebut.
2.
Trauma Seksual
Pelecehan
emosi maupun secara seksual terhadap anak laki-laki akan berdampak sangat buruk
bagi mereka. Bila dia mengalami penganiayaan seksual itu bisa menyebabkan dia
menutup diri terhadap bentuk relasi apa pun yang berhubungan dengan pria karena
ketakutan traumatiknya dan bila seorang anak
mengalami kekerasan seksual, mulai muncul faktor-faktor yang mulai mengganggu
proses pembentukan kepribadian anak tersebut.
Bagi anak laki-laki, peristiwa memalukan yang menimpanya
itu membuat ia tak lagi mempercayai pria. Ia mungkin akan menolak atau
meragukan kepriaan dalam dirinya. Mengapa anak laki-laki atau pria lain
tertarik dengan saya? Ia bertanya-tanya. Apakah saya ini sebenarnya perempuan?
Mungkin tanpa sadar akan muncul reaksi lain: “Barangkali inilah cara untuk
mendapatkan perhatian dari pria yang selalu saya dambakan.”
Dalam
proses pemulihan diperlukan pengenalan trauma, penyelaman akan
perasaan-perasaan dan ketakutan-ketakutan akibat trauma tersebut, dan jalan
keluar atas perasaan-perasaaan tersebut. Meskipun penganiayaan yang dialami
sangat traumatis, pengungkapan perasaan dan penghiburan selalu diperlukan untuk
memperoleh jalan keluar, berapapun usia si anak atau bagaimanapun keadaannya.
Tindakan
Preventif
Tentunya
anda sebagai orangtua menginginkan anak laki-laki yang tumbuh menjadi dewasa
dan hidup normal seperti pria kebanyakan. Sedikit tips buat orangtua.
-
Perbanyak kasih sayang antara Ayah dan anak Laki-laki
Ada
hal penting lain yang dianjurkan untuk dilakukan oleh seorang ayah yaitu agar
tidak segan-segan (lebih sering malahan lebih baik) menunjukkan kasih sayang
secara fisik kepada anak laki-lakinya. Misal dengan memeluknya dan berkata
“saya bangga buat prestasi kamu” (bila ada suatu keberhasilan yang dibuat).
Bermain bersama entah sepakbola, basket, bersepeda, hiking, memancing dan lain
sebagainya. . Saat-saat kebersamaan ini dapat menghasilkan ikatan emosi yang
kuat antara ayah dan anak laki-laki. Mungkin bagi sang ayah agak sungkan untuk
melakukan itu, tapi itu bisa dijalankan secara perlahan-lahan. Tapi harus
diingat batasan usia anak. Karena ada beberapa anak yang merasa sungkan untuk
melakukannya di kala mereka menginjak usia tertentu dan itu tidak boleh
dipaksa.
-
Menjadi Figur Ayah yang baik
Harus
diperhatikan juga ketika mereka masih anak-anak ada keinginan kuat dalam diri
mereka untuk beranjak dewasa dan menjadi seperti ayah. Pikiran itu selalu
muncul dalam diri setiap anak laki-laki pada umumnya. Pada usia ini, keinginan
dan harapannya masih murni; semua yang terlihat dalam diri ayahnya nampak
sebagai teladan yang baik dari jati diri seorang priaJika figur pria tidak
ditemukan pada ayah, maka anak laki-laki akan berusaha mendapatkannya pada anak
laki-laki lainnya sebagai peneguhan. Jika yang sering diterimanya justru
penolakan dan ejekan, maka keadaan ini bakal menutup pintu pemahaman tentang
kehidupan pria. Jadi untuk menghindari rasa takut dan tidak aman, si anak lebih
memilih untuk dekat dengan ibunya.
- Memperkenalkan seks secara benar
Anak sedari kecil sudah diajarkan tentang
gender/identitas seksual. Kalau bisa ayah mengajak anak laki-lakinya (bukan
anak perempuan atau anak laki-laki tetangga ya) untuk mandi bersama. Ini juga
proses pendidikan langsung tentang alat vital anak. Saat itulah ayah bisa
memberi tahu tentang alat kelamin yang anak miliki sehingga mereka memiliki
pemahaman yang benar. Jangan sampai mereka mendapatkan pemahaman yang salah
dari orang lain atau lebih parah lagi dari teman-teman mereka yang bisa
menyesatkan.
Sebenarnya ada harapan untuk orang-orang gay untuk pulih
dan kembali menjalani hidup sebagai pria normal. Orang-orang homoseksual hanya
melakukan sesuatu untuk mencoba dan menemukan sesuatu yang belum pernah mereka
peroleh. Bagi beberapa kelompok lain memiliki
pendapat bahwa tidak ada harapan bagi orang-orang homoseksual untuk berubah.
Hanya sedikit yang menyadari bahwa mereka sebenarnya sanggup melakukan
perubahan besar dalam hidup mereka, namun pemikiran secara menyeluruh tentang
hal tersebut nampak sangat sulit dan menakutkan untuk mereka lakukan. Mereka
butuh bantuan dan dampingan untuk pulih. Dan kita sebagai sesama manusia bisa
melakukannya, asalkan tidak terlebih dahulu memberikan cap orang berdosa kepada
mereka atau mendiskriminasikan mereka sebagai sampah masyarakat.
Kiranya
bermanfaat.
@http://kesehatan.kompasiana.com/
0 comments:
Post a Comment