Suku Di Minangkabau

Posted by Muhammad Irfan on Tuesday, May 29, 2012 with No comments

Seperti etnis lainnya, dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan yang disebut dengan istilah suku. Menurut tambo alam Minangkabau, pada masa awal pembentukan budaya Minangkabau oleh Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang, hanya ada empat suku induk dari dua kelarasan. Suku-suku tersebut adalah
  1. Suku Koto
  2. Suku Piliang
  3. Suku Bodi
  4. Suku Caniago
Sedangkan kelarasan yang dimaksud adalah kelarasan koto piliang dan kelarasan bodi caniago, kelarasan disini semacam sistem kekuasaan, dan dalam perkembangannya kelarasan koto piliang cendrung kepada sistem aristokrat sedangkan kelarasan bodi caniago lebih kepada sistem konfederasi.
Dan jika melihat dari asal kata dari nama-nama suku induk tersebut, dapat dikatakan kata-kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta, sebagai contoh koto berasal dari kata kotto yang berarti benteng atau kubu, piliang berasal dari dua kata phi dan hyang yang digabung berarti pilihan tuhan, bodi berasal dari kata bodhi yang berarti orang yang terbangun, dan caniago berasal dari dua kata chana dan ago yang berarti sesuatu yang berharga.
Demikian juga untuk suku-suku awal selain suku induk, nama-nama suku tersebut tentu berasal dari bahasa Sanskerta dengan pengaruh agama Hindu dan Buddha yang berkembang disaat itu. Sedangkan perkembangan berikutnya nama-nama suku yang ada berubah pengucapannya karena perkembangan bahasa minang itu sendiri dan pengaruh dari agama Islam dan pendatang-pendatang asing yang tinggal menetap bersama.
Suku-suku dalam Minangkabau pada awalnya kemungkinan ditentukan oleh raja Pagaruyung, namun sejak berakhirnya kerajaan Pagaruyung tidak ada lagi muncul suku-suku baru di Minangkabau
Sedangkan orang Minang di Negeri Sembilan, Malaysia, membentuk 13 suku baru yang berbeda dengan suku asalnya di Minangkabau.

Datuk Ketumanggungan adalah gelar salah seorang tokoh legendaris penyusun adat Minangkabau. Sistem adat yang disusun Datuk Ketumanggungan ini dikenal juga dengan nama kelarasan Koto Piliang.

Kehidupan

Menurut salah satu versi Tambo Minangkabau, Datuk Ketumanggungan lahir dari pasangan Datuk Sri Maharaja Diraja dan Puti Indo Jelita. Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang, penyusun adat Bodi Caniago, merupakan dua orang bersaudara satu ibu berlainan ayah. Ayahnya bernama Cati Bilang Pandai, suami kedua ibunya. Pada tahun 1165 sewaktu Sutan Paduko Basa telah berumur 18 tahun, beliau diangkat sebagai penghulu bergelar Datuk Ketumanggungan, sekaligus menduduki tahta kerajaan Minangkabau, menggantikan ibunya yang telah menjadi ratu selama 16 tahun. Pada tahun 1295, Dara Jingga yang menurut dugaan sebagian orang bersuamikan Mahisa Anabrang dari Singasari, dipanggil pulang ke Minangkabau untuk menggantikan posisi Datuk Ketumanggungan sebagai raja.

Datuk Perpatih Nan Sebatang adalah gelar seorang tokoh legendaris penyusun adat Minangkabau. Sistem adat yang disusun Datuak Parpatiah Nan Sabatang ini dikenal juga dengan nama kelarasan Bodi Caniago.

Nama kecil

Beragam pendapat mengenai nama kecil beliau. Ada yang mengatakan nama kecilnya adalah Balun yang kemudian disebut Sutan Balun, berdasarkan Tambo Minangkabau. Ada pula yang mengatakan nama kecilnya adalah Jatang atau Cumatang. Untuk hal ini diperlukan peneletian lebih lanjut oleh para pakar sejarah.

Keluarga

Datuk Perpatih Nan Sebatang lahir dari pasangan Cati Bilang Pandai dan Puti Indo Jelita. Dia bersaudara dengan Datuk Ketumanggungan yang satu ibu tetapi lain ayah. Gelar Datuk Perpatih Nan Sebatang diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Kota Solok sekarang karena konon tokoh ini sangat berjasa bagi masyarakat Solok di bidang pertanian. Gelar ini juga diturunkan oleh kemenakan yang beraliran Bodi Caniago.
Di Negeri Sembilan, Malaysia, orang Minang disana mengamalkan adat Perpatih yang merupakan hasil pemikiran dan gagasan dari Datuk Perpatih Nan Sebatang.
Di dalam prasasti Amogapasya juga disebutkan nama beliau sebagai Parpatiah. Kadang-kadang ia diidentifikasi sebagai Patih Sewatang. Sesuai dengan gelarnya, ia menduduki jabata sebagai patih kerajaan bersama Tumenggung yang juga dikenal sebagai Datuk Ketumanggungan.

Patih dan Kerajaan Koto Alang

Sebagian sumber menyebutkan bahwa gelar Datuk Perpatih Nan Sebatang merupakan turunan dari gelar raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Koto Alang (sebelumnya Kerajaan Kandis) yang bergelar Patih yang waktu itu juga bersaingan dengan raja bernama Tumenggung.
Karena kehancuran kerajaan Koto Alang maka Patih dan Tumenggung mencari wilayah baru di sekitar kaki Gunung Marapi.

Pengasas Sistem Adat Demokrasi di Minangkabau

Jasa Datuk Perpatih tidak pernah lupa dalam ingatan orang Minang yang dituturkan secara turun temurun. Aliran Bodi Caniago yang dibentuknya melawan sistem pemerintahan yang otoriter dan aristokrasi yang dibangun oleh saudaranya, Datuk Ketumanggungan.


 @wikipedia.id