Bahaya Jika Menggunakan Pakaian Dalam Ketat
Posted by Muhammad Irfan on Wednesday, May 16, 2012 with No comments
Meski tidak terlihat, tapi menggunakan pakaian dalam yang salah bisa
memberikan dampak buruk bagi tubuh. Ini yang bisa terjadi jika seseorang
menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat.
Celana dalam saat ini ditawarkan dengan berbagai model, namun sayangnya tidak semua model pakaian dalam ini baik untuk kesehatan karena beberapa diantaranya justru menimbulkan risiko.
Celana dalam saat ini ditawarkan dengan berbagai model, namun sayangnya tidak semua model pakaian dalam ini baik untuk kesehatan karena beberapa diantaranya justru menimbulkan risiko.
Para ahli mengungkapkan penggunaan celana dalam yang terlalu ketat
misalnya bisa memicu risiko cystitis (radang kandung kemih), infeksi
jamur serta gangguan kesuburan pada laki-laki.
“Menggunakan celana dalam yang ketat adalah kecerobohan fashion,
karena bisa menyebabkan infeksi jamur yang jahat,” ujar Dr Geeta
Nargurd, konsultan ginekolog dari St George’s University Hospital di
London, seperti dikutip Dailymail.
Dr Nargurd memperingatkan celana ketat gaya apapun terutama yang
terbuat dari bahan sintetis membuat udara sulit beredar sehingga memicu
kelembaban dan kondisi kulit gatal serta infeksi jamur.
Infeksi ini bisa membuat bakteri masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan
peradangan di kandung kemih atau disebut dengan cystitis. Hal ini
karena bakteri berkembang dalam lingkungan hangat dan lembab yang
diciptakan oleh celana ketat.
“Celana dalam yang terbuat dari bahan nilon dan sintetis sangat buruk
untuk kesehatan, bahkan meski terbuat dari katun tapi jika digunakan
terlalu ketat bisa menyebabkan masalah,” ungkapnya.
Bagi laki-laki, jika celana dalam terlalu ketat bisa menyebabkan
kemandulan dan kerusakan testis karena suhu di skrotum akan meningkat
dan mempengaruhi produksi sperma.
Untuk itu pastikan selalu menggunakan pakaian dalam dengan ukuran
yang pas dan jangan terlalu ketat agar tidak menimbulkan penyakit,
meskipun jenis atau model seperti itu tengah menjadi tren.
@http://health.detik.com/
0 comments:
Post a Comment