Penyatuan Zona Waktu Dimulai 28 Oktober
Posted by Muhammad Irfan on Saturday, May 26, 2012 with No comments
Wacana penyatuan zona waktu di
Indonesia menjadi GMT+8 atau menjadi hanya Waktu Indonesia Bagian Tengah
(WITA) memiliki banyak keuntungan. Dampak penyatuan waktu menguntungkan
dari aspek ekonomi, sistem pendidikan dan kesempatan kerja.
Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) bahkan mengusulkan 28 Oktober 2012 menjadi dimulainya penyaturan waktu tersebut.
Komite Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (KP3EI) bahkan mengusulkan 28 Oktober 2012 menjadi dimulainya penyaturan waktu tersebut.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas dan Promosi KP3EI, Edib Muslim
dalam seminar di Hotel Sari Pan Pacific, Jalan MH Thamrin, Jakarta,
Jumat (25/5).
“Zona waktu adalah berdimensi kepada persaingan strategi global. Zona waktu itu harus dimulai 28 Oktober 2012, kalau tidak Indonesia akan kalah,” katanya sebagaimana dikutip detikcom.
“Zona waktu adalah berdimensi kepada persaingan strategi global. Zona waktu itu harus dimulai 28 Oktober 2012, kalau tidak Indonesia akan kalah,” katanya sebagaimana dikutip detikcom.
Kenapa 28 Oktober menjadi pilihan KP3EI,
karena berbarengan dengan hari bersejarah yakni Hari Sumpah Pemuda.
Alasan kedua, pada 28 Oktober 2012 tepat di hari Minggu dan dianggap
memiliki beban lebih kecil dibandingkan hari-hari lain.
Penyatuan waktu antara Indonesia barat, tengah, dan timur diyakini akan dapat mengangkat 20 persen PDB Indonesia. Sebab ada angkatan kerja berjumlah 190 juta orang yang akan melakukan pekerjaannya secara bersama-sama.
Indonesia sering kalah dengan negara lain dalam hal transaksi bisnis. Seperti jadwal terbang Garuda yang satu jam lebih lambat dari maskapai lain, karena perbedaan waktu tersebut. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga kalah satu jam dengan bursa efek di Hong Kong, dan Shanghai China.
Sementara transaksi di Bank Indonesia (BI), para pelaku pasar uang di Papua dan Maluku tidak memiliki waktu yang cukup untuk saling bertransaksi dengan pelaku pasar di daerah Indonesia Barat. Karena pusat bursa efek dan perbankan berada di wilayah Barat, pelaku bisnis Papua dan Maluku harus merelakan waktunya terbuang dua jam secara percuma menunggu lapak transaksi.
Bangun lebih pagi
Penyatuan zona waktu tersebut akan mengubah pola kehidupan masyarakat. Khususnya bagi mereka yang bisa berpegang Waktu Indonesia Barat (WIB), harus memulai aktivitas lebih pagi.
“Masih harus diingat, penyatuan zona waktu masih menjadi hambatan. Pelajar dan masalah buruh. Jika benar terjadi, maka orang Jakarta melakukan kegiatan lebih pagi,” kata Edib Muslim lagi.
Ini memerlukan waktu sosialisasi kepada seluruh masyarakat. Namun di balik wacana penyatuan zona waktu itu, ia mempercayai banyak manfaat yang dirasakan Indonesia. Di antaranya, sistem pendidikan menjadi lebih berkembang lalu sektor ekonomi khususnya pasar modal Indonesia. Karena tidak ada lagi jeda waktu jam perdagangan dalam negeri dan Singapura, Thailand atau negara lain di kawasan Asia Tenggara.
“Kemudian, kenapa sih perlu? Kesempatan kerja jauh lebih besar. Karena banyak bisnis yang berkembang, juga keuntungan masalah telekomunikasi,” paparnya.
Keuntungan telekomunikasi yang dimaksud Ebid adalah, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati tarif diskon telepon ke seluruh wilayah mulai Aceh hingga Jaya Pura. “Selain itu, menurut survei PLN dengan penyatuan zona waktu ada keuntungan energi listrik lebih 1-3 persen
Penyatuan waktu antara Indonesia barat, tengah, dan timur diyakini akan dapat mengangkat 20 persen PDB Indonesia. Sebab ada angkatan kerja berjumlah 190 juta orang yang akan melakukan pekerjaannya secara bersama-sama.
Indonesia sering kalah dengan negara lain dalam hal transaksi bisnis. Seperti jadwal terbang Garuda yang satu jam lebih lambat dari maskapai lain, karena perbedaan waktu tersebut. Bursa Efek Indonesia (BEI) juga kalah satu jam dengan bursa efek di Hong Kong, dan Shanghai China.
Sementara transaksi di Bank Indonesia (BI), para pelaku pasar uang di Papua dan Maluku tidak memiliki waktu yang cukup untuk saling bertransaksi dengan pelaku pasar di daerah Indonesia Barat. Karena pusat bursa efek dan perbankan berada di wilayah Barat, pelaku bisnis Papua dan Maluku harus merelakan waktunya terbuang dua jam secara percuma menunggu lapak transaksi.
Bangun lebih pagi
Penyatuan zona waktu tersebut akan mengubah pola kehidupan masyarakat. Khususnya bagi mereka yang bisa berpegang Waktu Indonesia Barat (WIB), harus memulai aktivitas lebih pagi.
“Masih harus diingat, penyatuan zona waktu masih menjadi hambatan. Pelajar dan masalah buruh. Jika benar terjadi, maka orang Jakarta melakukan kegiatan lebih pagi,” kata Edib Muslim lagi.
Ini memerlukan waktu sosialisasi kepada seluruh masyarakat. Namun di balik wacana penyatuan zona waktu itu, ia mempercayai banyak manfaat yang dirasakan Indonesia. Di antaranya, sistem pendidikan menjadi lebih berkembang lalu sektor ekonomi khususnya pasar modal Indonesia. Karena tidak ada lagi jeda waktu jam perdagangan dalam negeri dan Singapura, Thailand atau negara lain di kawasan Asia Tenggara.
“Kemudian, kenapa sih perlu? Kesempatan kerja jauh lebih besar. Karena banyak bisnis yang berkembang, juga keuntungan masalah telekomunikasi,” paparnya.
Keuntungan telekomunikasi yang dimaksud Ebid adalah, seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati tarif diskon telepon ke seluruh wilayah mulai Aceh hingga Jaya Pura. “Selain itu, menurut survei PLN dengan penyatuan zona waktu ada keuntungan energi listrik lebih 1-3 persen
@http://hariansinggalang.co.id/
0 comments:
Post a Comment