Rumah tradisional di Minangkabau
Dalam bentuk kecintaan penulis pada tanah leluhur di Bumi Minang dan
kedua orang tua saya pun berdarah Minang, maka tidak salah pada saat ini
penulis membuat topik tentang “Asal-Usul Minangkabau Nan Unik” oleh
karena memanglah Minangkabau memang unik. Baiklah untuk memulai tulisan
ini saya memulai dari Rumah Gadang dimana Bumbung rumah adat Minangkabau
yang dipanggil
Rumah Gadang,
(Rumah Besar) memiliki rupa bentuk yang unik karena ia menyerupai tanduk
kerbau.Terdapat juga prinsip-prinsip tertentu dalam pembinaan rumah
adat Minangkabau
. Orang
Minangkabau atau
Minang
adalah kumpulan etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat
Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi
Sumatera Barat,
separuh darat
Riau,
bagian utara
Bengkulu, bagian barat
Jambi,
bagian selatan
Sumatera Utara,
barat daya
Aceh,
dan juga
Negeri Sembilan
di
Malaysia.Kebudayaan
mereka adalah bersifat keibuan (matrilineal), dengan harta dan tanah
diwariskan dari ibu kepada anak perempuan, sementara urusan agama dan
politik merupakan urusan kaum lelaki (walaupun setengah wanita turut
memainkan peranan penting dalam bidang ini). Kini sekitar setengah orang
Minangkabau tinggal di rantau, mayoritas di Kabupaten dan Kota besar di
Indonesia dan Malaysia. Orang Melayu di Malaysia banyak yang berasal
dari Minangkabau, mereka utamanya mendiami
Negeri Sembilan
dan
Johor.
Walaupun suku Minangkabau kuat dalam pegangan agama
Islam, mereka juga kuat
dalam mengamalkan tradisi turun-temurun yang digelar
adat. Beberapa unsur adat
Minangkabau berasal dari paham
animisme dan agama
Hindu yang
telah lama ada sebelum kedatangan Islam. Walau bagaimanapun, pengaruh
agama Islam masih kuat di dalam adat Minangkabau, seperti yang tercatat
di dalam pepatah mereka,
Adat basandi syara’, syara’ basandi
Kitabullah, yang bermaksud, adat (Minangkabau) bersendi hukum Islam
dan hukum Islam bersendi
Al Qur’an. Orang
Minangkabau sangat menonjol dibidang perniagaan atau perdagangan,
sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat
dari tradisi tua
Kerajaan Melayu
dan
Sriwijaya
yang gemar berdagang dan dinamik.
Rendang
Suku Minang mempunyai masakan khas yang populer
dengan sebutan
Masakan Padang,
dan sangat digemari di Indonesia, Malaysia, bahkan sampai Mancanegara,
dimana makanan ini sangatlah unik selain semakin enak bila di panaskan
dan tahan lama bila disimpan di dalam kulkas atau bila dibawa ke luar
negeri sebagai santapan, bila tidak cocok dengan menu
mancanegara.Sehingga kebanyakan Jamaah Haji banyak membawa rendang ke
Mekkah.
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat
Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang
Sumatera Barat yaitu musyawarah, yang berangkat dari 4 bahan pokok,
yaitu: Dagiang (Daging Sapi), merupakan lambang dari Niniak Mamak (para
pemmpin Suku adat), Karambia (Kelapa), merupakan lambang Cadiak Pandai
(Kaum Intelektual), Lado (Sabai), merupakan lambang Alim Ulama yang
pedas, tegas untuk mengajarkan syarak (agama), Pemasak (Bumbu),
merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minang.
CNN : Rendang, Hidangan Terlezat No.1 di Dunia
Cita rasa rendang yang kaya membuatnya disukai
siapa saja.
KOMPAS.com — Nasi goreng selalu disebut-sebut
sebagai makanan khas Indonesia yang paling populer di dunia. Tetapi,
siapa sangka, nasi goreng ternyata masih kalah populer dari hidangan
khas Indonesia lainnya, yaitu rendang. Makanan khas Sumatera Barat ini
bahkan menempati peringkat pertama dari 50 makanan yang dinilai paling
lezat di dunia.
Fakta ini diperoleh setelah situs CNNGo.com merilis daftar 50 makanan
terlezat di dunia (World’s 50 Most Delicious Foods) pada Juli lalu, dan
meminta pembaca untuk memberikan voting di Facebook. Hasil
dari pemungutan suara tersebut menghasilkan 10 makanan terlezat di
dunia, yang urutannya adalah sebagai berikut:
1. Rendang, Indonesia
Makanan ini menggunakan bahan dasar santan dan daging sapi, yang direbus
perlahan dengan campuran bumbu serai, lengkuas, bawang putih, kunyit,
jahe, dan cabai. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk
hingga santan mengental dan menjadi kering. Rendang biasa ditemukan di
rumah makan Minang dan sering kali disajikan dalam acara-acara
seremonial.
2. Nasi goreng, Indonesia
Dari mana sebenarnya asal nasi goreng? Indonesia, China, atau Thailand?
Entahlah, yang pasti nasi goreng Indonesia-lah yang menempati urutan
kedua pada daftar ini. Sedangkan nasi goreng Thailand ada di urutan
ke-24. Pada dasarnya, nasi goreng terdiri atas nasi, telur, dan suwiran
ayam goreng. Makanan ini sangat mudah diolah, tidak heran bila di
Indonesia ada beragam jenis hidangan nasi goreng.
3. Sushi, Jepang
Bagaimana Jepang mengolah ikan dan nasi menjadi begitu lezat, itulah
yang membuat sushi menjadi salah satu hidangan favorit masyarakat dunia.
Ikan mentah tak kehilangan kesegarannya, dan ketika dikombinasikan
dengan sayuran seperti mentimun, rasanya memang menyatu sempurna di
lidah. Tak hanya lezat, sushi juga kerap dirangkai dengan begitu
artistik sehingga mudah menggugah selera siapa saja.
4. Tom yam goong, Thailand
Sup yang segar ini menggunakan bahan udang, jamur, tomat, serai,
lengkuas, dan daun jeruk purut. Rasanya yang asam, asin, pedas, dan
manis memang membuatnya disukai banyak orang. Udang memang merupakan
bahan yang paling sering digunakan, tetapi ada juga tom yam yang memakai
ayam, ikan, dan campuran makanan laut lainnya.
5. Pad thai, Thailand
Anda yang kurang begitu menggemari makanan Thailand pun pasti akan
menyukai hidangan yang satu ini. Mirip dengan Bulgogi, makanan Korea
yang menempati urutan ke-23, pad thai merupakan hidangan kaya nutrisi
yang disatukan menjadi satu sajian mi goreng yang mewah. Rahasianya ada
pada sausnya, yang merupakan adonan asam jawa.
6. Som tam, Thailand
Som tam adalah salad Thailand yang menggunakan bahan
utama pepaya. Untuk membuat salad ini, Anda perlu menyiapkan bahan lain
seperti bawang putih dan cabai yang ditumbuk dengan lumpang dan ulekan.
Kemudian air asam jawa, saus ikan, kacang, udang kering, tomat, air
jeruk, adonan tebu, kacang buncis, dan segenggam parutan pepaya hijau.
7. Dim sum, Hongkong
Kunjungan ke Hongkong tak akan lengkap tanpa mencicipi hidangan makan
siang tradisional dari Canton ini. Dim sum menjadi populer karena bisa
dinikmati oleh siapa saja, mulai dari anak-anak, orang tua, masyarakat
lokal, hingga turis. Bentuknya yang kecil bisa dimakan dalam sekali suap
dan, karenanya, membuat orang tak akan pernah puas menyantap satu porsi
saja.
8. Ramen, Jepang
Konon, orang Jepang mengatakan, semakin lezat ramen atau hidangan mi
yang Anda nikmati, Anda harus menyeruput kuah kaldunya dengan lebih
keras untuk menghormati juru masaknya. Ada berbagai macam cita rasa
ramen, mulai dari tekstur mi-nya, topping-nya, bumbu-bumbu, dan
terutama kaldunya. Hanya dari kuah kaldunya kita bisa menilai betapa
“jenius” sang juru masak.
9. Peking duck, China
Bebek peking adalah hidangan otentik Shanghai, dan boleh dibilang
merupakan makanan China yang paling populer dan menjadi favorit di
segala tempat. Bebek dipanggang perlahan di dalam oven sehingga
menghasilkan daging yang empuk dan kulit yang renyah. Begitu kaya cita
rasa kulitnya sehingga banyak rumah makan menyajikan lebih banyak kulit
daripada dagingnya. Bahkan, ada sajian khusus berupa crepe isi
kulit bebek peking, daun bawang, dan saus hoisin yang manis.
10. Massaman curry, Thailand
Hidangan kari yang pedas, bersantan, manis, dan gurih. Biasanya
menggunakan daging sapi, tetapi sering juga memakai ayam, bebek, atau
tahu. Selain itu, masakan ini berisi kacang panggang, kentang, yang
dimasak dengan daun salam, saus ikan, kayu manis, kapulaga, gula aren,
adas, dan saus asam jawa, serta berbagai rempah dari Indonesia, seperti
kunyit, cengkih, jintan, dan pala.
sumber :
http://female.kompas.com/read/2011/09/10/20395488/Rendang.Hidangan.Terlezat.di.Dunia
Penulis pada saat bertandang di Rumah Gadang Minangkabau
Mitos asal-usul nama Minangkabau
Perkataan
Minangkabau merupakan gabungan dua
perkataan, yaitu,
minang yang bermaksud “menang” dan
kabau
untuk “kerbau”. Menurut lagenda, nama ini diperoleh dari peristiwa
perselisihan di antara kerajaan Minangkabau dengan seorang Pangeran
Raja dari Jawa yang meminta pengakuan kekuasaan di Sumatera
(Minangkabau). Untuk mengelakkan diri mereka dari berperang, maka rakyat
Minangkabau yang dikenal akan kecerdikannya menganjurkan pertandingan
adu kerbau di antara kedua pihak. Pangeran Jawa tersebut setuju dan
memamerkan seekor kerbau yang besar dan ganas. Rakyat setempat pula
hanya memamerkan seekor anak kerbau yang lapar tetapi dengan tanduk yang
telah ditajamkan. Sehingga membuat Pangeran Jawa tertawa
terpingkal-pingkal. Pada saat di adu, si anak kerbau yang kelaparan
dengan tidak sengaja menyeruduk tanduknya di perut kerbau itu karena
ingin mencari puting susu untuk meghilangkan lapar perutnya. Kerbau yang
ganas itu pun mati dan rakyat minangkabau menyelesaikan perebutan tanah
minangkabau dengan cara yang aman.
Budaya Minangkabau
Masyarakat Minangkabau merupakan masyarakat matrilineal yang terbesar
di dunia, di mana harta pusaka diwaris menerusi nasab sebelah ibu.
Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa adat inilah yang menyebabkan ramai
kaum lelaki Minangkabau untuk merantau di seluruh
Nusantara untuk
mencari ilmu atau mencari kemewahan dengan berdagang.
Anak laki-laki seumur 7 tahun akan meninggalkan rumah mereka untuk
tinggal di surau di mana mereka diajarkan ilmu agama dan adat
Minangkabau. Anak remaja mereka diwajibkan untuk meninggalkan
perkampungan mereka untuk mencari ilmu di sekolah atau menimba
pengalaman dari luar kampung dengan harapan yang mereka akan pulang
sebagai seorang dewasa yang lebih matang dan bertanggungjawab kepada
keluarga dan
nagari (kampung halaman). Tradisi ini berhasil
membangkitkan beberapa masyarakat rantauan Minangkabau di Kota dan
tempat-tempat lain di
Indonesia. Namun
ikatan mereka dengan
Ranah Minang (Tanah Minang) masih terjaga
dan dieratkan lagi. Satu contoh kawasan yang didiami oleh masyarakat
Minangkabau dan masih memakai adat dan budaya Minangkabau adalah
Negeri Sembilan
di
Malaysia.
Selain dikenal sebagai orang pedagang, masyarakat Minang juga telah
melahirkan beberapa penyair, penulis, negarawan, budayawan, Cendikiawan,
dan para ulama. Ini mungkin terjadi karena budaya mereka yang
memberatkan pencarian ilmu pengetahuan. Sebagai penganut agama Islam
yang kuat, mereka cenderung kepada ide untuk menggabungkan ciri-ciri
Islam dalam masyarakat yang modern. Selain itu, peranan yang dimainkan
oleh para cendekiawan bersama dengan semangat bangga orang Minang dengan
identitas mereka menjadikan Tanah Minangkabau, yaitu,
Sumatra Barat,
sebagai sebuah Penggagas utama dalam pergerakan kemerdekaan di
Indonesia. Masyarakat Minang, terbagi kepada beberapa buah suku, yaitu,
Suku
Piliang, Bodi Caniago, Tanjuang, Koto, Mandailiang, Sikumbang, Malayu,
Jambak
dll. Kadang-kadang juga, keluarga yang sesuku tinggal dalam satu rumah
besar yang dipanggil
Rumah Gadang. Penggunaan
bahasa
Indonesia sudah biasa di kalangan masyarakat Minang, tetapi mereka
masih boleh bertutur dalam bahasa ibunda mereka, yaitu,
bahasa
Minangkabau. Bahasa Minangkabau mempunyai bahasa yang mirip dengan
bahasa
Melayu tetapi berbeda dari segi sebutan dan juga tatabahasa hingga
menjadikannya unik. contohnya :
dimana-dima,mengapa-manga,belum-alun,pasar-pasa,jangan-jaan,pergi-pai,boleh-buliah,lengang-langang,sudah-alah,jatuh-jatuah.
Salah satu aspek terkenal mengenai orang Minang adalah makanan
tradisional mereka seperti
rendang,
Soto
Padang (makanan sup),
Sate
Padang dan
Dendeng
Balado (daging dendeng berlada-cabai). Restoran Minangkabau
yang sering digelar “Restoran Padang” dapat dijumpai merata Indonesia,
negara-negara jiran serta Seluruh Dunia.
Upacara dan perayaan
Upacara dan perayaan Minangkabau termasuk:
- Sunat rasul – upacara bersunat
- Baralek – upacara perkawinan
- Batagak pangulu – upacara pelantikan penghulu. Upacara ini
akan berlansung selama 7 hari di mana seluruh kaum kerabat dan
ketua-ketua dari kampung yang lain akan dijemput
- Turun ka sawah – upacara kerja gotong-royong
- Manyabik – upacara menuai padi
- Hari Rayo
– perayaan Hari Raya Idul fitri
- Hari Rayo
– perayaan Hari Raya Idul adha
- Maanta pabukoan – mengantar makanan kepada ibu mertua
sewaktu bulan Ramadan
- Tabuik
– perayaan Islam di Pariaman
- Tanah
Ta Sirah, pelantikan seorang Datuk (ketua puak) apabila Datuk
yang sebelumnya meninggal dunia selang beberapa jam yang lalu (mudah
didahului dengan upacara batagak pangulu)
- Mambangkik
Batang Tarandam, pelantikan seorang Datuk apabila Datuk yang
sebelumya telah meninggal 10 atau 50 tahun yang lalu (mengisi jabatan
yang telah lama dikosongkan).
- Turun mandi – upacara memberkati bayi
Seni Minangkabau
Seni tradisonal Minangkabau termasuk:
- Randai,
teater rakyat dengan memasuki pencak, musik, tarian dan drama
- Saluang
Jo Dendang, serunai bambu dan nyanyian
- Talempong
musik bunyi gong
- Tari Piring
- Tari
Payung Menceritakan kehidupan muda-mudi Minang yang selalu riang
gembira
- Tari
Indang
- Pidato
Adat juga dikenali sebagai Sambah Manyambah
(sembah-menyembah), upacara berpidato, dilakukan di setiap
upacara-upacara adat, seperti rangkaian acara pernikahan (baralek),
upacara pengangkatan pangulu (penghulu), dan lain-lain
- Pencak Silat tarian
yang gerakannya adalah gerakan silat tradisional Minangkabau
pesta budaya tabuik di Pariaman kampung saya
Kalo yang ini Tabuik Pariaman di Washington DC Amerika
Serikat lho….
Kerajinan
Kerajinan tradisional Minangkabau termasuk:
Makna Lambang Minangkabau -Tuah Sakato
MAKNA LAMBANG
Tuah Sakato : Lambang Masyarakat Nan Sakato.
“Saciok bak Ayam Sadanciang bak Basi.”
Bola-Bulan Bintang : Lambang Tauhid Islam.
“Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah Alquran.”
Tanduk Kerbau : Lambang Kearifan, Kecerdikan, Ketekunan dan Keuletan.
“Alun takilek lah takalam, Hiduik baraka, Baukue jo bajangko.”
Payung Panji : Lambang Kemuliaan, Keamanan, dan Kesejahteraan
Masyarakat.
“Bumi Sanang Padi Manjadi, Padi masak Jagung maupie, Anak Buah sanang
santosa, Taranak bakambang biak, Bapak kayo Mandeh batuah, Mamak
disambah urang pulo.”
Keris dan Pedang : Lambang kesatuan Hukum Adat dan Hukum Islam untuk
menjamin ketertiban masyarakat.
Tombak : Lambang Ketahanan Masyarakat.
“Kampuang nan bapaga buek Nagari bapaga Undang Tagak basuku – mamaga
suku Tagak bakampuang – mamaga kampuang Tagak ba nagari – mamaga nagari
Marawa.
Bermula ketika sehari
sebelum perayaan HUT RI 17 Agustus. Karena libur dan tidak ada kesibukan
akhirnya saya putuskan untuk keliling kota tempat saya tinggal (Padang)
dengan sepeda motor saya.Sepanjang perjalanan di setiap kantor
Pemerintahan ataupun swasta, sekolah-sekolah, dan tempat-tempat
strategis lainnya di hiasi dengan Marawa. Marawa merupakan sejenis
umbul-umbul di Sumatera Barat (Minangkabau) yang digunakan untuk
menyemarakkan acara pernikahan orang Minang atau acara-acara penting
lainnya.Nah, saya merasa semakin memiliki kewajiban menjelaskan tentang
Marawa. Menjelang peringatan HUT RI ke 65 di Sumatera Barat selain
dikibarkan bendera Merah-Putih juga banyak dikibarkan bendera Jerman
(hitam-merah-kuning). Seolah-olah saya merasakan euphoria HUT RI ke 65
dari negeri Panzer Jerman.Baiklah, mari kita lihat gambar di bawah ini:
ini lah yang di sebut Marawa Minangkabau
Pemasangan Merawa : Warna Hitam menyatu dengan tiang, Warna Merah
ditengah, Warna Kuning dibagian luar.
Jam Gadang dibalut Marawa
Sementara itu kita lihat bendera Jerman
Tampak warna antara Marawa dan bendera Jerman sama. Tapi orang Minang
lebih suka menyebutkan warna emas untuk warna kuning. Saya tidak tahu
pasti ada hubungan kekerabatan apa antara orang Minang dan Jerman
(hahahaa…), tapi saya rasa ini kebetulan saja jadi tidak perlu
dipertanyakan siapa yang meniru siapa.
Berdasarkan catatan sejarah Jerman menggunakan bendera warna
hitam-merah –kuning ini sejak tahun 1832, dan di resmikan setelah PD I
1918. Dalam perjalanannya bendera ini memiliki banyak corak berbeda
dengan marawa Minangkabau yang hanya satu corak.
Baiklah kita tinggalkan Jerman, sekarang kita lihat makna apa yang
terkandung dalam Marawa Minangkabau. Marawa dengan tiga warna nya
melambangkan tiga hal
1. Tiga wilayah adat Minangkabau
2. Tiga kekuatan masyarakat Minangkabau
3. Tiga pola kepemimpinan Minangkabau
Tiga wilayah adat ini maksudnya adalah tiga daerah di Minangkabau
yang di yakini asal nenek moyang Minangkabau. Sehingga ketika dilakukan
pengembangan ke daerah lainnya maka disebutlah sebagai daerah rantau.
Makna dalam marawa tersebut terhadap tiga daerah adapt tersebut adalah
sebagai berikut :
- Warna kuning, melambangkan Luhak Nan Tuo (Luhak yang Tua, yaitu
daerah Tanah Datar)
- Warna merah, melambangkan Luhak Nan Tangah (Luhak yang Tengah,
daerah Agam)
- Warna hitam, melambangkan Luhak nan Bungsu (Luhak yang Bungsu, yaitu
daerah 50 Kota)
Hal ini pernah dituangkan dalam sebuah kaset oleh Yus. Datuak
Parpatiah dalam kasetnya berjudul ”Pitaruah Ayah”
Wahai nak kanduang, kata ayah
Janganlah bosan mendengarkannya
Bercerita takkan lama
Hanya karena berat menyimpannya
Jika anak harus menimbang
Simaklah dengan dalil mata batin
Adapun tubuh manusia,
terbangun dari tiga rongga
Pertama rongga di atas
Kedua rongga di tengah
Ketiga rongga di bawah
Yang dimaksud rongga di atas,
ialah ruang di kepala.
Berkeinginan ilmu pengetahuan
Tersebut rongga di tengah,
yaitu dada, rumpun hati
Sangkar iman, lubuk agama,
Inilah pedoman jurumudi.
Yang mana pula rongga di bawah.
Lambung musti diisi
Perut minta dikenyangkan.
Umpamanya alam Minang Kabau,
yang terdiri dari tiga luhak.
Bernama luhak nan Tiga.
Pertama Luhak nan Tuo
Lambang Kucing warnanya kuning
Tinggi pengaruh berwibawa
Kuning tanda kemenangan.
Adapun arti yang terkandung
Orang cerdas adikuasa
Sumber ilmu pengetahuan
Science-tehnologi kata orang sekarang
Kedua luhak nan Tengah
Simbol merah Harimau Campa
Berani karena benar
Hukum tidak makan banding
bernama perintah Syarak.
Penampilan baik, tampanpun ada
Terserah cara memasangkan
Moral-spiritual cara baru
Ketiga, luhak nan bungsu
Corak hitam, lambang kambing hutan
Rela dan sabar berusaha
Rumput tak ada tentang daun
Karena padi makanya jadi
Karena emas makanya kemas
Berbicara harus dengan uang
Berjalan tentu dengan kain
Jika bekerja harus makan
Ekonomi bahasa canggihnya
Itulah tali sehelai pilin tiga
Tungku nan tiga sejerangan
Jika kita ingin sempurna
Menjadi orang beharga
Sejalan rohani dengan jasmani
Dunia dapat, akhirat tercapai
Makna yang terakhir dari marawa ini ialah tiga pola kepemimpinan di
Minangkabau yang di sebut “Tungku Tigo Sajarangan, Tali Tigo Sapilin“,
terdiri dari Niniak Mamak, Alim Ulama, Cadiak Pandai.
Tungku tigo sajarangan, maksudnya ketika memasak diperlukan tiga buah
batu sebagai tungku untuk mengokohkan tempat kuali atau periuk. Begitu
juga dengan kepemimpinan di minangkabau, ketiganya sebagai pilar
penyangga masyarakat Minangkabau. Jika salah satunya hilang, maka akan
terjadi kesenjangan.
Tali Tigo Sapilin diibaratkan tiga utas tali yang dipilin menjadi
satu,sehingga menjadi kuat. Tali Tigo Sapilin adalah tamsil pedoman
ketiga kepemimpinan masyarakat, antara lain aturan adat, agama dan
undang-undang.
- Niniak mamak adalah penghulu adat di dalam kaumnya.
- Alim ulama adalah orang yang memiliki ilmu agama yang akan membibing
masyarakat mengenai agama.
- Cadiak pandai adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan dapat
menyelesaikan masalah dengan cerdik serta menguasai undang-undang.
Sehingga sebagai tempat bertanya bagi masyarakat dan pendamping bagi
Niniak mamak dan Alim ulama.
Begitulah tungku tigo sajarangan sebagai pilar penyangga masyarakat
minang yang digambarkan dalam marawa minangkabau.
Agama Orang Minang Mayoritas Islam
|
|
|
|
|
|
|
|
Masjid Raya Sumatera Barat |
|
Mesjid Raya Minangkabau di Kota Padang
Kebanyakan orang bila diberitahu bahwa
masyarakat Minang merupakan penganut Islam yang kuat merasa bingung
karena anggapan mereka ialah sebuah masyarakat yang mengikut sistem saka
(matriarchal) akan sering berselisih dengan paham Islam yang
lebih patriarkal. Namun sebenarnya, terdapat banyak persamaan di antara
paham Islam dan Minangkabau (lebih lagi pada masa kini) sehingga menjadi
sulit untuk orang Minang membedakan satu dari yang lain.
Seperti contoh:
- Paham Islam: Menimba ilmu adalah wajib.
- Paham Minangkabau: Anak-anak lelaki mesti
meninggalkan rumah mereka untuk tinggal dan belajar di surau (langgar,
masjid).
- Paham Islam: Mengembara adalah diwajibkan untuk
mempelajari islam dan mencari ilmu serta menyiarkan agama islam di dunia
untuk meningkatkan iman kepada Allah.
- Paham Minangkabau: Remaja mesti merantau
(meninggalkan kampung halaman) untuk menimba ilmu dan bertemu dengan
orang dari berbagai tempat untuk mencapai kekuasaan, dan untuk mencari
penghidupan yang lebih baik. Falsafah merantau juga berarti melatih
orang Minang untuk hidup berdikari, karena ketika seorang pemuda Minang
berniat merantau meninggalkan kampungnya, dia hanya membawa bekal
seadanya.
- Paham Islam: Tiada wanita yang boleh dipaksa untuk
Menikah dengan lelaki yang dia tidak mau Menikah.
- Paham Minangkabau: Wanita menentukan dengan siapa
yang mereka ingin menikah.
- Paham Islam: Ibu berhak dihormati 3 kali lebih dari
bapak.
- Paham Minangkabau: Bundo
Kanduang (Ibu yang dituakan) adalah pemimpin/pengambil keputusan di
Rumah Gadang.
- Ciri-ciri Islam begitu mendalam dalam adat Minang sehingga mereka
yang tidak mengamalkan Islam dianggap telah keluar dari masyarakat
Minang. Contohnya Samuel Koto – anggota DPR-RI yang non muslim dianggap
bukan orang minang, walaupun sebenarnya dia murtad.
Foto-foto Keindahan Mesjid Minangkabau Tempoe Doloe Tidak
Kalah Dengan Pura di Bali
Salah satu keuntungan – untuk tidak mengatakan kelebihan – kolonial
Belanda ketika menduduki Nusantara (termasuk Minangkabau) adalah arsip
yang boleh dikatakan baik dan banyak, setidaknya untuk ukuran zaman itu.
Sehingga tidaklah mengherankan apabila sejarah Minangkabau menjadi
terselamatkan karena “kerja-kreatif” kolonial ini, mengabadikan event
sejarah ataupun tinggalan-tinggalan dalam bentuk-bentuk catatan-text dan
photography. Salah satu diantaranya adalah photo-photo masjid/surau
Minangkabau yang eksis/memiliki fungsi sosial-kemasyarakatan pada
masa-masa tahun 1900-an awal. Photo-photo ini diambil dari J. Bachir
yang mendedikasikan dirinya untuk “mengupload” khazanah Minangkabau
Tempoe Doeloe dalam bentuk photografy. Dari 20 photo yang diedit, hanya
11 buah photo yang diposting. Sejarah masing-masing masjid yang
seharusnya dideskripsikan, masih dalam tahap identifikasi dan penelitian
lebih lanjut.
Mesjid Minangkabau nan indah, seandainya
saja Gubernur Sumatera Barat, Walikota, Bupati beserta Kepala Dinas
Pariwisatanya dan anggota DPRD Sumbar yang sering studi banding atau
reses ke Provinsi Bali memiliki ide untuk mengembalikan bentuk dan
keindahan mesjid seperti dulu pada saat sekarang secara fisik, menyewa
atau melakukan kerjasama antar Pemerintah Propinsi Sumbar dan Bali
dengan memperkerjakan pakar taman berasal dari Bali untuk Sumatera
Barat, tentunya pariwisata di Sumatera Barat tidak akan kalah dengan
Bali dan negara Thailand. Oleh karena bentuk Pura di Bali serta Ukiran
Kayu di rumah adat bali dan ukiran kayu di rumah bagonjong tidaklah ada
bedanya. Serta keindahan alam di Sumatera Barat yang belum pernah di
poles dibanding dengan keindahan alam dibali pun tidaklah ada bedanya
jika aparat pemerintah serius untuk mengembangkan pariwisata Sumatera
Barat secara profesional.
Minangkabau Perantauan
Minangkabau perantauan merupakan istilah
untuk orang Minangkabau yang hidup di luar wilayah
Sumatera Barat,
Indonesia.
Merantau merupakan proses interaksi masyarakat Minangkabau dengan dunia
luar. Kegiatan ini merupakan sebuah petualangan pengalaman dan
geografi, dengan meninggalkan kampung halaman untuk mengadu nasib di
negeri orang. Keluarga yang telah lama mempunyai tradisi merantau,
biasanya mempunyai saudara di hampir semua wilayah di Indonesia
,Malaysia dan Mancanegara. Keluarga yang paling kuat dalam mengembangkan
tradisi merantau biasanya datang dari keluarga peniaga-pengrajin dan
ahli ilmu agama.
Para perantau biasanya telah pergi merantau
sejak usia belasan tahun, baik sebagai peniaga ataupun penuntut ilmu.
Bagi sebagian besar masyarakat Minangkabau, merantau merupakan satu cara
yang ideal untuk mencapai kematangan dan kekayaan. Dengan merantau
tidak hanya harta kekayaan dan ilmu pengetahuan yang didapati, namun
juga prestise dan kehormatan individu di tengah-tengah lingkungan adat.
Dari apa yang diperoleh, para perantau
biasanya mengantar sebagian hasilnya ke kampung halaman untuk kemudian
pekerjanya dalam usaha keluarga, yakni dengan memperluaskan pemilikan
sawah, memegang untuk memandu pemprosesan lahan, atau menjemput
sawah-sawah yang tergadai. Uang dari para perantau biasanya juga
dipergunakan untuk memperbaiki sarana-sarana nagari, seperti masjid,
jalan, ataupun pematang sawah. Apalagi sudah trendnya zaman sekarang,
perantau membawa sanak familinya untuk bekerja ditempat perantau membuka
usaha contohnya rumah makan daerah lain atau di luar negeri pada saat
Lebaran.
Jumlah Perantau
Etos merantau orang Minangkabau sangatlah
tinggi, bahkan diperkirakan tertinggi di Indonesia. Dari hasil kajian
pada tahun 1961 terdapat sekitar 32% orang Minang yang tinggal di luar
Sumatera Barat. Kemudian pada tahun 1971 jumlah itu meningkat menjadi
44% . Berdasarkan tahun 2000, suku Minang yang tinggal di Sumatra Barat
berjumlah 3.7 juta orang, dengan jumlah hampir satu perdua orang Minang
berada di perantauan. Sejak masa
Perang
Paderi, mobilitas penghijrahan suku Minangkabau dengan sebagian
besar terjadi antara tahun 1958 hingga tahun 1978.
Gelombang Rantau
Merantau pada etnik Minang telah
berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat penghijrahan pertama berlaku
pada abad ke-7, di mana banyak pedagang-pedagang emas yang berasal dari
pedalaman Minangkabau melakukan perdagangan di muara
Jambi, dan terlibat dalam
pembentukan
Kerajaan Melayu.
Migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke-14, di mana banyak keluarga
Minang yang berpindah ke pantai timur Sumatera. Mereka mendirikan
koloni-koloni perdagangan di
Batubara,
Pelalawan,
hingga melintasi selat ke
Penang dan
Negeri Sembilan,
Malaysia.
Bersamaan dengan gelombang penghijrahan ke arah timur, juga terjadi
perpindahan masyarakat Minang ke pesisir pantai barat Sumatera. Di
sepanjang pesisir ini perantau Minang banyak tinggal di
Meulaboh,
Aceh
tempat keturunan Minang dikenali dengan sebutan
Aneuk Jamee,
Barus,
hingga
Bengkulu.Setelah
Kesultanan
Melayu Melaka jatuh ke tangan
Portugis pada tahun
1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke
Sulawesi
Selatan. Mereka menjadi pendukung
Kesultanan Gowa,
sebagai peniaga dan administrasi kerajaan serta Penyebar agama islam di
Sulawesi. Datuk Makotta bersama isterinya Tuan Sitti, sebagai cikal
bakal keluarga Minangkabau di
Sulawesi. Gelombang
penghijrahan seterusnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika
Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan
Kerajaan
Siak.
Pada masa penjajahan Hindia-Belanda,
penghijrahan besar-besaran kembali terjadi pada tahun 1920, ketika
perkebunan tembakau di
Deli Serdang,
Sumatera Timur mulai dibuka. Pada masa kemerdekaan, Minang perantauan
banyak mendiami kota-kota besar di
Jawa. Pada tahun 1961
jumlah perantau Minang terutama di kota
Jakarta meningkat 18.7
kali berbanding dengan tingkat pertambahan penduduk kota itu yang hanya
3.7 kali. Kini Minang perantauan hampir tersebar di seluruh dunia.
Perantauan Intelek
Pada akhir abad ke-18, banyak pelajar
Minang yang merantau ke
Makkah untuk mendalami
agama Islam, antaranya Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik.
Setibanya di tanah air, mereka menjadi penyokong kuat gerakan Paderi dan
pengedaran pemikiran Islam yang murni (pembaharu-pencerah) di seluruh
Minangkabau dan
Mandailing (Tapanuli
Selatan-Sumatera Utara). Gelombang kedua perantauan ke
Timur Tengah
berlaku pada awal abad ke-20, yang dimotori oleh Abdul Karim Amrullah,
Tahir Jalaluddin, Muhammad Jamil Jambek, dan
Ahmad
Khatib Al-Minangkabawi.
Selain ke Timur Tengah, pelajar Minangkabau
juga banyak yang merantau ke
Eropa. Mereka antara lain
Abdul Rivai,
Mohammad Hatta,
Sutan
Syahrir,
Roestam
Effendi, dan Nazir Pamuntjak. Intelektual lain,
Tan Malaka,
hidup mengembara di negara Eropa dan Asia, membina rangkaian pergerakan
kemerdekaan Asia. Semua pelajar Minang tersebut, yang merantau ke Eropa
sejak akhir abad ke-19, menjadi pejuang kemerdekaan dan pengagas
Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebab Merantau
Faktor Budaya
Ada banyak penjelasan terhadap fenomena
ini, salah satu penyebabnya ialah sistem kekerabatan matrilineal. Dengan
sistem ini, penguasaan harta pusaka dipegang oleh kaum wanita sedangkan
hak kaum lelaki dalam hal ini cukup kecil. Selain itu, setelah masa
akil baligh para pemuda tidak lagi dapat tidur di rumah orang tuanya,
karena rumah hanya diperuntukkan untuk kaum wanita beserta suaminya, dan
anak-anak.
Para perantau yang pulang ke kampung
halaman, biasanya akan menceritakan pengalaman merantau kepada anak-anak
kampung. Daya tarik kehidupan para perantau inilah yang sangat
berpengaruh di kalangan masyarakat Minangkabau sewaktu kecil. Siapa pun
yang tidak pernah mencoba pergi merantau, maka ia akan selalu
diejek-ejek oleh teman-temannya.Hal inilah yang menyebabkan kaum lelaki
Minang memilih untuk merantau. Kini wanita Minangkabau pun sudah lazim
merantau. Tidak hanya karena alasan ikut suami, tetapi juga kerana ingin
berdagang, meniti karier dan melanjutkan pendidikan.
Menurut Rudolf Mrazek, sosiologi Belanda,
dua tipologi budaya Minang, yakni dinamisme dan anti-parokialisme
melahirkan jiwa merdeka, kosmopolitan, egaliter, dan berpandangan luas,
hal ini menyebabkan tertanamnya budaya merantau pada masyarakat
Minangkabau.Semangat untuk mengubah nasib dengan mengejar ilmu dan
kekayaan, serta pepatah Minang yang mengatakan Ka ratau madang di
hulu, babuah babungo alun, marantau bujang dahulu, di rumah paguno balun
(lebih baik pergi merantau karena dikampung tidak berguna)
mengakibatkan pemuda Minang untuk pergi merantau sedari muda.
Faktor Ekonomi
Penjelasan lain adalah pertumbuhan penduduk
yang tidak diiringi dengan bertambahnya sumber daya alam yang dapat
diolah. Jika dulu hasil pertanian dan perkebunan, sumber utama tempat
mereka hidup boleh menafkahi keluarga, maka kini hasil sumber daya alam
yang menjadi pendapatan utama mereka itu tak cukup lagi memberi
keputusan untuk memenuhi keperluan bersama, karena harus dibagi dengan
beberapa keluarga. Selain itu adalah tumbuhnya kesempatan baru dengan
dibukanya daerah perkebunan dan perkotaan. Faktor-faktor inilah yang
kemudian mendorong orang Minang pergi merantau mengadu nasib di negeri
orang. Untuk trik pertamanya ke tanah rantau, biasanya para perantau
menetap terlebih dahulu di rumah saudara yang dianggap sebagai induk
semang. Para perantau baru ini biasanya berprofesi sebagai pebisnis
kecil (panggaleh).
Merantau Dalam Sastra
Fenomena merantau dalam masyarakat
Minangkabau, ternyata sering menjadi sumber inspirasi bagi para pekerja
seni, terutama sastrawan.
Hamka, dalam novelnya
Merantau
ke Deli, bercerita tentang pengalaman hidup perantau Minang yang
pergi ke Deli dan menikah dengan perempuan Jawa. Novelnya yang lain
Tenggelamnya
Kapal Van der Wijck juga bercerita tentang kisah anak perantau
Minang yang pulang kampung. Di kampung, ia menghadapi kendala oleh
masyarakat adat Minang yang merupakan induk bakonya sendiri. Selain
novel karya Hamka, novel karya
Marah
Rusli,
Siti Nurbaya dan
Salah Asuhannya
Abdul
Muis juga menceritakan kisah perantau Minang. Dalam novel-novel
tersebut, dikisahkan mengenai persinggungan pemuda perantau Minang
dengan adat budaya Barat. Novel
Negeri 5 Menara karya
Ahmad
Fuadi, mengisahkan perantau Minang yang belajar di pesantren Jawa
dan akhirnya menjadi orang yang berkuasa. Dalam bentuk yang berbeda,
lewat karyanya yang berjudul
Kemarau,
AA
Navis mengajak masyarakat Minang untuk membina kampung halamannya
yang banyak di tinggal pergi merantau.
Novel yang bercerita tentang perantau
Minang tersebut, biasanya terkandung kritikan sosial dari penulis kepada
adat budaya Minang yang kolot dan tertinggal. Selain dalam bentuk
novel, kisah perantau Minang juga dikisahkan dalam film
Merantau
karya sutradara
Inggris,
Gareth
Evans.
Masyarakat Minangkabau di Negeri Sembilan
Rumah Gadang Minangkabau di Negeri Sembilan – Malaysia
Warna benderanya pun sama dengan marawa minangkabau
Pada permulaan abad ke-14, orang-orang
Minangkabau mula tiba di
Negeri Sembilan
melalui
Melaka
dan sampai ke
Rembau. Orang Minangkabau
ini lebih kaya daripada penduduk asal yaitu,
Orang Asli (Melayu)
dan berkuasa tinggal secara damai dengan mereka. Dengan itu berlakulah
pernikahan antara orang-orang Minangkabau dengan penduduk asli dan dari
keturunan mereka dinamakan suku Biduanda. Suku Biduanda ini adalah
pewaris asal Negeri Sembilan dan apabila hendak memilih seorang pemimpin
maka hanya mereka dari suku Biduanda inilah yang akan dipilih.
Orang-orang Minangkabau yang datang kemudian adalah dari suku
kampung-kampung asal mereka di Minangkabau. Pada peringkat awal
kebanyakan yang tiba adalah dari Tanah Datar dan Payakumbuh.
Dari suku Biduanda inilah asalnya
pembesar-pembesar Negeri Sembilan yang dipanggil ‘Penghulu’ dan
kemudiannya ‘Undang’. Sebelum wujudnya institusi
Yang
di-Pertuan Besar, Negeri Sembilan berada di bawah naungan kerajaan
Melayu Johor.
Orang-orang Minangkabau dan
Kiprahnya
Dari kiri: Lt. Adnan Saidi, Mohammad Hatta, Yusof Ishak dan Dr Sheikh
Muzaphar Shukor
Suku Minang terkenal sebagai suku yang
terpelajar (cadiak pandai), oleh sebab itu pula mereka menyebar di
seluruh Indonesia bahkan mancanegara dalam berbagai macam profesi dan
keahlian, antara lain sebagai ahli politik, pengarang, ulama, pengajar,
wartawan, dan pedagang. Berdasarkan jumlah penduduk yang relatif kecil
(2,7% dari penduduk Indonesia), Minangkabau merupakan salah satu suku
tersukses dengan banyak pencapaian. Majalah Tempo dalam edisi khas tahun
2000 mencatatkan bahawa 6 daripada 10 tokoh penting Indonesia pada abad
ke-20 merupakan orang Minang.
Kharismatik dan kejayaan orang Minang
banyak diraih ketika berada di perantauan. Sejak dulu mereka telah pergi
merantau ke berbagai daerah di
Jawa,
Sulawesi, semenanjung
Malaysia,
Thailand,
Brunei,
hingga
Filipina.
Pada tahun 1390, Raja Bagindo mendirikan
Kesultanan Sulu
di Philipina Selatan. Pada abad ke-14 orang Minang melakukan
penghijrahan ke Negeri Sembilan, Malaysia dan mengangkat raja untuk
negeri baru tersebut dari kalangan mereka.
Raja Melewar
merupakan raja pertama Negeri Sembilan yang diangkat pada tahun 1773.
Pada akhir abad ke-16, ulama Minangkabau Dato Ri Bandang, Dato Ri
Patimang, dan Dato Ri Tiro, menyebarkan Islam di Indonesia timur dan
mengislamkan
Kerajaan
Gowa. Setelah gagal merebut tahta
Kesultanan Johor,
pada tahun 1723 putra
Pagar Ruyung yang
bergelar
Sultan
Abdul Jalil Rahmat Shah mendirikan
Kerajaan
Siak di darat
Riau.
Kedatangan reformis Muslim yang menuntut
ilmu di
Kaherah
dan
Makkah
mempengaruhi sistem pendidikan di Minangkabau. Sekolah Islam modern
Sumatera Thawalib dan Diniyah Putri banyak melahirkan aktivis yang
banyak berperanan dalam proses kemerdekaan, antara lain A.R Sutan
Mansur, Siradjuddin Abbas, dan Djamaluddin Tamin.
Pada tahun 1920 – 1960, banyak politisi
Indonesia berpengaruh lahir dari ranah Minangkabau. Menjadi salah satu
motor perjuangan kemerdekaan Asia, pada tahun 1923
Tan Malaka dipilih
menjadi wakil
Komunis Antara bangsa
untuk wilayah
Asia Tenggara.
Politisi Minang lain
Muhammad Yamin,
menjadi pelopor
Sumpah
Pemuda yang menyatukan seluruh rakyat Hindia-Belanda. Di dalam
Volksraad, politisi asal Minang-lah yang paling vokal. Mereka antara
lain Jahja Datoek Kajo,
Agus Salim, dan
Abdul
Muis. Tokoh Minang lain
Mohammad Hatta,
menjadi ko-proklamator kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan, empat
orang Minangkabau duduk sebagai perdana menteri (
Sutan Syahrir,
Mohammad Hatta,
Abdul
Halim,
Muhammad
Natsir), seorang sebagai Presiden (
Assaat),
seorang sebagai wakil presiden (
Mohammad Hatta),
seorang menjadi pimpinan parlemen (
Chaerul
Saleh), dan puluhan yang menjadi menteri, di antara yang cukup
terkenal ialah
Azwar
Anas,
Fahmi
Idris, dan
Emil
Salim. Emil bahkan menjadi orang Indonesia yang paling lama duduk
di kementerian RI. Minangkabau, salah satu dari dua etnik selain etnik
Jawa, yang selalu mempunyai wakil dalam setiap kabinet Republik
Indonesia. Selain di pemerintahan, di masa Demokrasi Liberal Parlemen
Indonesia didominasi oleh ahli politik Minang. Mereka tergabung kedalam
aneka macam parti dan ideologi, Islamiah, nasionalis, komunis, dan
sosialis.
Di samping menjabat gubernur wilayah
Sumatera Tengah / Sumatera Barat, orang-orang Minangkabau juga duduk
sebagai gubernur wilayah lain di Indonesia. Mereka adalah Datuk Djamin (
Jawa
Barat), Daan Jahja (
Jakarta), Muhammad
Djosan dan Muhammad Padang (
Maluku), Anwar Datuk
Madjo Basa Nan Kuniang dan Moenafri (
Sulawesi Tengah),
Adenan Kapau Gani (
Sumatera Selatan),
Eni Karim (
Sumatera Utara),
serta Djamin Datuk Bagindo (
Jambi).
Beberapa partai politik Indonesia didirikan
oleh ahli politik Minang. PARI dan Murba didirikan oleh Tan Malaka,
Partai Sosialis Indonesia oleh Sutan Sjahrir, PNI Baru oleh Mohammad
Hatta,
Masyumi
oleh Mohammad Natsir, Perti oleh Sulaiman ar-Rasuli, dan Permi oleh
Rasuna
Said. Selain mendirikan partai politik, ahli politik Minang juga
banyak menghasilkan buku-buku yang menjadi bacaan wajib para aktivis
pergerakan. Buku-buku bacaan utama itu antara lain, Naar de Republik
Indonesia, Madilog, dan Massa Actie karya Tan Malaka, Alam Pikiran Greek
dan Demokrasi Kita karya Hatta, Fiqhud Dakwah dan Capita Selecta karya
Natsir, serta Perjuangan Kita karya Sutan Sjahrir.
Penulis Minang banyak mempengaruhi
perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Mereka mengembangkan bahasa
melalui berbagai macam karya tulis dan kemahiran. Marah Rusli, Abdul
Muis, Idrus, Buya Hamka-ahli tafsir Alquran yang terkenal sampai ke Arab
Saudi dan pencetus melarang Agama Ahmadiyah untuk naik Haji di Mekkah
karena dianggap sesat, dan AA Navis berkarya melalui penulisan novel.
Nur
Sutan Iskandar novelis Minang lain, tercatat sebagai penulis novel
Indonesia yang paling produktif.
Chairil
Anwar dan
Taufik
Ismail berkarya lewat penulisan puisi. Serta
Sutan
Takdir Alisjahbana, novelis sekaligus ahli tata bahasa, melakukan
proses pemodrenan bahasa Indonesia sehingga bisa menjadi bahasa
perpaduan nasional. Novel-novel karya sastrawan Minang seperti Siti
Nurbaya, Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Layar
Terkembang, dan Robohnya Surau Kami telah menjadi bahan bacaan wajib
bagi pelajar sekolah di Indonesia dan Malaysia.
Selain melalui karya sastra, pengembangan
bahasa Indonesia banyak pula dilakukan oleh wartawan Minang. Mereka
antara lain
Djamaluddin
Adinegoro,
Rosihan
Anwar, dan
Ani
Idrus. Di samping Abdul Rivai yang digelar sebagai Perintis Akhbar
Indonesia,
Rohana
Kudus yang menerbitkan Sunting Melayu, menjadi wartawan sekaligus
pemilik akbar wanita pertama di Indonesia.
Di Indonesia dan Malaysia, disamping orang
Cina, orang Minang juga terkenal sebagai pengusaha ulung. Banyak
pengusaha Minang sukses berbisnis di bidang perdagangan tekstil, rumah
makan, perhotelan, pendidikan, dan rumah sakit. Di antara figur
pengusaha sukses adalah,
Abdul
Latief (pemilik TV One),
Basrizal
Koto (pemilik ladang lembu terbesar di Asia Tenggara),
Hasyim
Ning (pengusaha perakitan mobil pertama di Indonesia), Chairul
Tanjung (pemilik Trans TV dan Trans 7) dan
Tunku
Tan Sri Abdullah (pemilik Melewar Corporation Malaysia)
Banyak juga orang Minang yang berhasil di
dunia hiburan, baik sebagai pengarah, penerbit, penyanyi, maupun artis
dan aktor. Sebagai pengarah dan penerbit ada
Usmar
Ismail,
Asrul
Sani,
Djamaludin
Malik, dan
Arizal.
Arizal bahkan menjadi pengarah dan pembuat film yang paling banyak
menghasilkan karya. Sekurang-kurangnya 52 film dan 8 sinetron dalam
1.196 episode telah dihasilkannya. Film-film karya sineas Minang,
seperti Lewat Djam Malam, Gita Cinta dari SMA, Naga Bonar, Pintar Pintar
Bodoh, dan Maju Kena Mundur Kena-Warkop DKI, menjadi film terbaik yang
banyak digemari penonton.
Artis dan penyanyi Minang yang terkenal
beberapa di antaranya adalah
Ade Irawan,
Dorce
Gamalama,
Eva
Arnaz,
Nirina
Zubir, Marshanda, Dude Herlino, Afgan,Bunga Citra Lestari, Olga
Syahputra dan
Titi
Sjuman. Pekerja seni yang lain, ratu kuis Ani Sumadi, menjadi
pelopor dunia perkuisan di Indonesia. Karya-karya beliau seperti kuis
Berpacu Dalam Melodi, Gita Remaja, Siapa Dia, dan Tak Tik Boom menjadi
salah satu acara kegemaran keluarga Indonesia. Di samping mereka,
Sukarno
M. Noer beserta putranya
Rano
Karno, mungkin menjadi pekerja hiburan paling berjaya di Indonesia,
baik sebagai aktor maupun sutradara film. Pada tahun 1993, Karno’s Film
syarikat film milik keluarga Sukarno, menghasilkan film dengan
kedudukan tertinggi sepanjang sejarah perfilman Indonesia, Si Doel Anak
sekolahan.
Di luar negeri, orang Minangkabau juga
dikenali sumbangannya. Di Malaysia dan Singapura, antara lain
Tuanku Abdul
Rahman (Yang Dipertuan Agung pertama Malaysia),
Yusof bin
Ishak (Presiden pertama Singapura),
Zubir Said (komposer
lagu kebangsaan Singapura
Majulah Singapura),
Sheikh
Muszaphar Shukor (angkasawan pertama Malaysia),
Tahir
Jalaluddin Al-Azhari, dan
Adnan bin Saidi.
Di negeri Belanda, Roestam Effendi yang mewakili Partai Komunis
Belanda, menjadi satu-satunya orang Indonesia yang pernah duduk sebagai
ahli parlemen. Di Arab Saudi, hanya
Ahmad
Khatib Al-Minangkabawi, orang non-Arab yang pernah menjadi imam
besar
Masjidil Haram,
Makkah yang merupakan guru dari pendiri Organisasi Islam Besar di
Indonesia Muhammadiyah KH.Ahmad Dahlan (Sang Pencerah) dimana
Muhammadiyah menjadi jati diri Minangkabau saat ini.
Foto-foto Suasana Sumatera Barat
Pemandangan Sumatera Barat
Nagari Priangan – Tanah Datar
__________________
Seorang pecundang mengatakan bahwa bangsa
Minangkabau adalah bangsa pemimpi yang suka berpangku tangan, tapi kami
bangsa Minangkabau berkata, ya kami adalah pemimpi, pemimpi untuk jadi
besar dan sukses, itulah sebabnya kami punya tradisi dimana setiap anak
lelaki diakhir baligh-nya akan berjalan meninggalkan tanah kelahirannya
mencari jati diri dan posisi di masyarakat dan pemerintahan, dan torehan
mimpi mimpi bangsa Minangkabau itu bisa dilihat dari sejarah bangsa ini
hingga sekarang.
|
|
|
Jalan Layang Kelok 9
Progres Pembangunan Jembatan Kelok 9
* jembatan berkelok pertama di Indonesia
dari kejauhan proses
pengerjaan
melihat dari dekat
Proyek jalan
layang Kelok 9 di Kabupaten Limapuluh Kota, menghubungkan Sumatra Barat
dengan Riau Kelok Sembilan (konstruksi jalan tersulit didunia)
kelok 9,, walaupun malam jam 11.. tetep nampak seperti kota…
nih yang lebih detail..
*foto dari berbagai sumber
@http://putrahermanto.wordpress.com/