RI, Thailand, dan Malaysia Beri Utang ke IMF Masing-masing US$ 1 Miliar
Posted by Muhammad Irfan on Wednesday, November 21, 2012 with No comments
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memerlukan
dana tambahan untuk pemulihan krisis dari negara yang terkena krisis.
Indonesia resmi memberikan komitmennya untuk tetap membantu IMF sebesar
US$ 1 miliar meskipun mendapat 'kecaman' dari dalam negeri sendiri.
"Dalam kerangka kerjasama IMF, salah satu isu yang mengemuka adalah penguatan IMF financial resources. Ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global akibat berlarut-larutnya krisis di kawasan Eropa dan ruang gerak pemerintah (fiskal) dan otoritas moneter yang semakin terbatas, berpotensi menghambat pemulihan krisis ekonomi global," ungkap Bank Indonesia (BI) dalam Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III-2012, Senin (19/11/2012).
"Mempertimbangkan keterbatasan pendanaan untuk pemulihan krisis dari negara yang terkena krisis maupun IMF, maka diperlukan peningkatan kapasitas pendanaan IMF," tulis BI kembali.
Sumber dana utama IMF berasal dari kuota yang disetorkan oleh negara anggota. Namun, IMF dapat melakukan pinjaman bilateral kepada negara anggota apabila kapasitas pendanaan yang tersedia tidak mencukupi. Kontribusi/pinjaman bilateral tersebut bersifat sementara (bridging), sebelum sumber pendanaan IMF yang berasal dari kuota mengalami peningkatan.
Mengingat proses kenaikan kuota IMF membutuhkan waktu yang cukup lama, maka pinjaman kontribusi/ bilateral dari negara anggota menjadi pilihan utama saat ini.
"Komitmen kontribusi diperlakukan sebagai second line of defense IMF. IMF baru akan mencairkan komitmen pinjaman ini ketika kapasitas pendanaan IMF yang berasal dari kuota saldonya turun hingga mencapai US$ 100 miliar. Saat ini, IMF memiliki kapasitas pendanaan sebesar US$ 385 miliar," jelas BI.
Selama kapasitas pendanaan IMF masih diatas US$ 100 miliar, komitmen kontribusi tersebut tidak akan ditarik dan negara yang berkomitmen tidak perlu menyetorkan dana kepada IMF. Adapun jangka waktu komitmen adalah 2 tahun.
Dijelaskan BI, pinjaman bilateral mendapatkan bunga dari IMF sebesar SDR (Special Drawing Rights) interest rate. Dalam hal terjadi tekanan BOP, negara kreditor dapat menarik kembali pinjamannya (Full Encashbility).
BI menerangkan penempatan dalam surat berharga IMF ini tergolong aman karena IMF memiliki preferred creditor status. Dengan demikian, apabila terjadi default di negara anggota yang mendapatkan bantuan IMF, pinjaman dari IMF dikembalikan paling pertama.
"Pembelian NPA oleh bank sentral tetap diperhitungkan sebagai cadangan devisa, seperti halnya penempatan pada T-bills atau surat berharga lainnya," jelasnya.
Saat ini 39 negara anggota IMF telah berkomitmen untuk berkontribusi dengan total komitmen sebesar US$ 461 miliar. Di kawasan ASEAN, Singapura memberikan komitmen bantuan US$ 4 miliar, sementara Malaysia, Thailand, dan Phillippina masing-masing berkomitmen sebesar US$ 1 miliar.
"Sementara Indonesia turut mendukung penguatan IMF financial resources dengan memberikan komitmen pinjaman sebesar US$ 1 miliar. Komitmen ini mempertimbangkan manfaatnya terhadap kestabilan sistem keuangan global serta menunjukkan solidaritas negara ASEAN dalam upaya menjaga mencegah dan menanggulangi krisis global," tutup BI.
"Dalam kerangka kerjasama IMF, salah satu isu yang mengemuka adalah penguatan IMF financial resources. Ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global akibat berlarut-larutnya krisis di kawasan Eropa dan ruang gerak pemerintah (fiskal) dan otoritas moneter yang semakin terbatas, berpotensi menghambat pemulihan krisis ekonomi global," ungkap Bank Indonesia (BI) dalam Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III-2012, Senin (19/11/2012).
"Mempertimbangkan keterbatasan pendanaan untuk pemulihan krisis dari negara yang terkena krisis maupun IMF, maka diperlukan peningkatan kapasitas pendanaan IMF," tulis BI kembali.
Sumber dana utama IMF berasal dari kuota yang disetorkan oleh negara anggota. Namun, IMF dapat melakukan pinjaman bilateral kepada negara anggota apabila kapasitas pendanaan yang tersedia tidak mencukupi. Kontribusi/pinjaman bilateral tersebut bersifat sementara (bridging), sebelum sumber pendanaan IMF yang berasal dari kuota mengalami peningkatan.
Mengingat proses kenaikan kuota IMF membutuhkan waktu yang cukup lama, maka pinjaman kontribusi/ bilateral dari negara anggota menjadi pilihan utama saat ini.
"Komitmen kontribusi diperlakukan sebagai second line of defense IMF. IMF baru akan mencairkan komitmen pinjaman ini ketika kapasitas pendanaan IMF yang berasal dari kuota saldonya turun hingga mencapai US$ 100 miliar. Saat ini, IMF memiliki kapasitas pendanaan sebesar US$ 385 miliar," jelas BI.
Selama kapasitas pendanaan IMF masih diatas US$ 100 miliar, komitmen kontribusi tersebut tidak akan ditarik dan negara yang berkomitmen tidak perlu menyetorkan dana kepada IMF. Adapun jangka waktu komitmen adalah 2 tahun.
Dijelaskan BI, pinjaman bilateral mendapatkan bunga dari IMF sebesar SDR (Special Drawing Rights) interest rate. Dalam hal terjadi tekanan BOP, negara kreditor dapat menarik kembali pinjamannya (Full Encashbility).
BI menerangkan penempatan dalam surat berharga IMF ini tergolong aman karena IMF memiliki preferred creditor status. Dengan demikian, apabila terjadi default di negara anggota yang mendapatkan bantuan IMF, pinjaman dari IMF dikembalikan paling pertama.
"Pembelian NPA oleh bank sentral tetap diperhitungkan sebagai cadangan devisa, seperti halnya penempatan pada T-bills atau surat berharga lainnya," jelasnya.
Saat ini 39 negara anggota IMF telah berkomitmen untuk berkontribusi dengan total komitmen sebesar US$ 461 miliar. Di kawasan ASEAN, Singapura memberikan komitmen bantuan US$ 4 miliar, sementara Malaysia, Thailand, dan Phillippina masing-masing berkomitmen sebesar US$ 1 miliar.
"Sementara Indonesia turut mendukung penguatan IMF financial resources dengan memberikan komitmen pinjaman sebesar US$ 1 miliar. Komitmen ini mempertimbangkan manfaatnya terhadap kestabilan sistem keuangan global serta menunjukkan solidaritas negara ASEAN dalam upaya menjaga mencegah dan menanggulangi krisis global," tutup BI.
@http://finance.detik.com/
Categories: EKONOMI
0 comments:
Post a Comment