Gaya Bahasa Remaja Masa Kini
Posted by Muhammad Irfan on Sunday, June 24, 2012 with No comments
Pernah melihat liputan sebuah acara
pentas sekolah di TV? Pernah mengamati bagaimana kaum remaja menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh para wartawan? Kira-kira beginilah:
“Emm, pokoknya acara asyik banget, band-band yang tampil keren banget, musiknya OK, ya pokoknya te-o-pe deh!”
“Gila, acaranya keren banget gitu, lho! Aduh pokoknya keren deh… Pokoknya yang nggak dateng nyesel aja!!”
“Wah, pokoknya gua salut lah sama panitianya. Acaranya keren abis, booo!!”
Lalu bagaimana kalau dimintai komentar, misalnya tentang seorang artis favoritnya, katakanlah Jennifer Lopez?
“Wah Jennifer Lopez itu top banget, gitu lho! Bodinya seksi, suaranya bagus, cantik banget, aduh pokoknya keren deh!”
“Wah Jennifer Lopez itu top banget, gitu lho! Bodinya seksi, suaranya bagus, cantik banget, aduh pokoknya keren deh!”
“Iya, gua demen banget sama J-Lo. Dia tuh udah seksi, jago nyanyi, udah gitu jago nge-dance lagi! Wah, tipe gua banget, tuh!”
“Gua suka J-Lo…. karena apa ya? Ya karena dia keren aja, gitu!!!”
Entah bagaimana pendapat para guru di
sekolah, yang jelas saya merasa prihatin dengan kondisi kemampuan
berbahasa kaum remaja kebanyakan. Taufik Ismail sebelumnya sudah
seringkali memperingatkan semua orang tentang betapa kurangnya
pengajaran bahasa dan sastra Indonesia baik dari segi kualitas dan
kuantitas. Saya percaya sang ikon sastra Indonesia itu memang benar.
Masalahnya bisa merembet kemana-mana.
Dengan kemampuan berbahasa seperti ini, maka bisa dibayangkan bagaiman
buruknya kualitas komunikasi yang terjadi di dunia remaja. Mereka tidak
bisa menyampaikan maksudnya dengan baik. Sebenarnya tidak ada salahnya
menggunakan bahasa non-baku, asalkan maksudnya tersampaikan. Tapi dari
enam contoh kalimat di atas, berapa banyakkah informasi yang bisa kita
dapatkan?
Dengan kondisi seperti ini, wajarlah
kiranya jika para siswa sekolah jauh lebih memilih mengerjakan soal-soal
pilihan ganda daripada esai. Masalahnya jelas : mereka tidak mampu
menyampaikan maksudnya dengan baik ; dengan cukup jernih sehingga bisa
dimengerti oleh orang lain. Kalau cuma sekedar bilang “si A keren”,
“acara ini bagus”, “desainnya ciamik” dan sebagainya, siapa pun bisa
melakukannya. Tapi tidak ada yang mengerti maksud pembicaraannya
sebenarnya. Keren seperti apa? Mengapa ia dibilang keren? Apa yang
membuatnya merasa ia lebih keren daripada yang lain? Tidak ada secuil
pun informasi!
Gaya berbahasa berkaitan erat dengan
bahan bacaannya. Kalau yang dibaca remaja selalu masalah-masalah
percintaan yang beraliran gombalisme, maka tidak heran jika pikiran
mereka pun tidak terbiasa dengan hal-hal lain yang sebenarnya sangat
penting. Jika pikirannya hanya disibukkan oleh hal-hal semacam itu, maka
jangan heran jika mereka cenderung menghindar dari
pembicaraan-pembicaraan serius (dan tentu juga tulisan-tulisan yang
serius).
Menurut saya, di sekolah-sekolah, di
milis-milis, atau di perkumpulan-perkumpulan pengamat bahasa dan sastra
semacam FLP, misalnya, perlu digalakkan kebiasaan menyatakan pendapat.
Apa pun pendapatnya, setiap orang harus bisa menyampaikannya dengan
baik. Apa pun fenomena yang diamati, pasti benak setiap orang memiliki
pendapat masing-masing. Mustahil ada manusia yang tidak memiliki
pendapat. Yang ada hanyalah manusia yang tidak mampu atau tidak berani
menyatakan pendapatnya itu.
Masalah komunikasi memang bisa
berimplikasi kemana-mana. Hanya karena salah bicara, sepasang
suami-istri bisa menemui perceraian. Karena maksud yang tidak
tersampaikan, sudah tidak terhitung banyaknya manusia yang menyesal. Dan
karena ketidakmampuan kita dalam merangkai kata, begitu banyak diskusi
yang menemui kebuntuan. Singkat kata, kegagalan dalam berbahasa bisa
berakibat fatal!
@http://www.kainsutera.com/
0 comments:
Post a Comment