Psikologi: Orang yang Ilmunya Sedikit Sering Kali Merasa Lebih Pandai
Posted by Muhammad Irfan on Tuesday, September 10, 2013 with No comments
DALAM kehidupan sehari-hari
kadang-kadang kita menemukan orang yang berbicaranya seolah-olah tahu
benar atau mengerti benar tentang apa yang kita bicarakan atau apa yang
kita tulis dalam bentuk surat pembaca, artikel buku atau apapun yang
merupakan manifestasi daripada pendapat kita. Itulah kesan dan
pengalaman yang dapatkan penulis selama menjadi penulis surat pembaca,
artikel, buku atau karya-karya tulis dalam bentuk lainnya. Bahkan apa
yang kita katakan kadang-kadang juga dipersepsikan dan ditanggapi secara
berbeda dan menyimpang daripada hakekat maksud yang sesungguhnya.
Bahasa lisan atau tertulis yang kita lakukan, akan dipersepsikan salah
oleh orang yang ilmunya sedikit.
Apakah semua orang yang ilmunya sedikit pasti merasa lebih pandai?
Tentunya tidak semuanya. Ada orang yang ilmunya sedikit dan menyadari bahwa ilmunya sedikit, justru mempunyai kesadaran untuk bertanya tentang hal-hal yang dia kurang pahami. Namun banyak juga orang yang imunya sedikit tetapi merasa mengetahui sesuatu hal secara mendalam atau bahkan merasa mengetahui berbagai hal atau semua hal, padahal apa yang dikatakan hanya berdasarkan perkiraan dan tidak berdasarkan pengetahuan yang relevan yang dia miliki.
Tentunya tidak semuanya. Ada orang yang ilmunya sedikit dan menyadari bahwa ilmunya sedikit, justru mempunyai kesadaran untuk bertanya tentang hal-hal yang dia kurang pahami. Namun banyak juga orang yang imunya sedikit tetapi merasa mengetahui sesuatu hal secara mendalam atau bahkan merasa mengetahui berbagai hal atau semua hal, padahal apa yang dikatakan hanya berdasarkan perkiraan dan tidak berdasarkan pengetahuan yang relevan yang dia miliki.
Apa yang dimaksud ilmunya sedikit
Yang dimaksud yaitu ilmu yang dimilikinya hanya
satu bidang tertentu saja. Misalnya bidang ilmu ekonomi saja, ilmu
politik saja, jurnalistik saaja, matematika saja, filsafat saja,
psikologi saja dan ilmu-ilmu lainnya. Bisa saja dia juga secara otodidak
juga membaca buku-buku di luar ilmunya, tetapi bisa saja cara
memahaminya atau cara mempersepsikannya keliru sehingga apa yang
dikatakannya juga keliru.
Apa yang dimaksud dengan pandai?
Sejauh menyangkut pengertian atau definisi, memang sangat relatif sifatnya. Namun yang dimaksud pandai pada umumnya adalah orang yang menguasai sebuah ilmu pengetahuan, bisa menerapkannya dengan baik dan bisa menemukan solusi yang baik disertai penalaran yang baik. Jadi ada unsur penguasaan ilmu, penerapan ilmu, solusi dan penalaran sehingga apa yang dikatakan dan dilakukan ada alasannya yang rasional.
Sejauh menyangkut pengertian atau definisi, memang sangat relatif sifatnya. Namun yang dimaksud pandai pada umumnya adalah orang yang menguasai sebuah ilmu pengetahuan, bisa menerapkannya dengan baik dan bisa menemukan solusi yang baik disertai penalaran yang baik. Jadi ada unsur penguasaan ilmu, penerapan ilmu, solusi dan penalaran sehingga apa yang dikatakan dan dilakukan ada alasannya yang rasional.
Kenapa ada orang yang berlaku demikian?
Memang ada orang yang demikian yang biasa
disebut dengan istilah “snob”. Yaitu sikap sok. Ada banyak macam sok.
Dalam hal ini sok tahu, sok mengerti dan sok pintar. Penyebabnya bisa
macam-macam Antara lain, malu kalau dianggap tidak tahu, ingin
menunjukkan kepada orang lain bahwa dia tahu dan mengerti (padahall
sesungguhnya tahunya hanya sedikit bahkan samasekali tidak tahu), ingin
dianggap hebat, takut dianggap bodoh, ingin mengalahkan lawan bicaranya
dan yang lebih parah adalah ingin menyakiti hati lawan bicaranya. Memang
ada orang-orang tertentu yang mempunyai perangai demikian.
Kecenderungannya pendapatnya ingin diketahui banyak orang
Biasanya, orang yang demikian, bicaranya harus
didengar orang lain. Atau jika merupakan tulisan, maka diharapkan
pendapatnya dibaca orang lain. Dengan demikian dia akan memperoleh
kepuasan psikologis (yang semu).
Beberapa contoh
1.Kalau kita cermati komen—komen di blog/website
yang tidak terkontrol, tidak terfilter oleh admin, maka dia akan
menulis komen—komennya seenak sendirinya yang kadang-kadang dia tidak
tahu sedang berbicara dengan siapa dan seringkali mengabaikan faktor
etika, kesopanan dan bahkan perasaan orang lain. Dia merasa “superior”,
merasa lebih pandai daripada orang yang dikomentarinya.
2.Tidak menguasai ilmu logika tetapi mengritik
artikel tentang ilmu logika. Tidak faham psikologi tetapi mengritik
artikel psikologi, tidak menguasai ilmu ekonomi tetapi mengritik artikel
tentang ekonomi dan seterusnya.
3.Mengomentari hasil karya seseorang yang
sesungguhnya dia tidak memahami latar belakangnya, maksudnya, alasannya
maupun tujuan-tujuannya. Misalnya, ada seseorang membuat motor bertenaga
surya, maka dia yang tidak faham hal-hal yang berhubungan dengan tenaga
surya atau solar cell akan mengritik karya tersebut seolah-olah faham
betul dengan teknologi tenaga surya. Padahal, pendapat-pendapatnya hanya
berdasarkan perkiraan saja. Hanya seolah-olah tahu dan mengerti.
4.Kalau dia berhadapan dengan hal-hal yang
dianggapnya tidak lazim, maka itu akan dianggapnya salah dan bahkan
ditertawakannya. Misalnya ketika Wright Brother akan menguji coba
pesawat terbang ciptannya, maka beberapa orang temannya yang tidak faham
soal iitu, menertawakannya. Katanya, mana mungkin benda yang berat bisa
terbang.
5.Suka mengritik dan mencela, tetapi dia sendiri
tidak punya karya apa-apa. Pengalaman dan pengamatan penulis, orang
yang suka mengritik an mencela karya seseorang , ternyata tidak
mempunyai karya apapun.Kalaupun punya, hanya biasa-biasa saja. Itupun
mungkin jumlahnya hanya satu dua saja. Dan belum tentu karyanya
berkualitas. Apalagi, biasanya tidak pernah mendapatkan penghargan
ataupun award dari lembaga yang terpercaya.
Snob dan sirik
Pada umumnya, orang yang snob juga sekaligus
memiliki sikap sirik. Yaitu, selalu punya perasan tidak suka terhadap
apa yang dikatakan, ditulis, dilakukan atau dimiliki orang lain.
Pikirannya selalu negative thinking dan suka mencela. Dan selalu dia
merasa lebih superior daripada orang lain.
Faktor kejiwaan dan pola berpikir
Pada umumnya, orang demikian ada sediikit
mengalami masalah kejiwaan. Bisa karena galau, stres, tekanan psikologis
atau bahkan bisa jadi karena mengalami kelainan kepribadian. Bisa juga
karena cara berpikir atau cara berlogikanya yang keliru dan kekeliruan
itu terus berlangsung. Atau, merupakan kebiasaan buruk yang tidak pernah
disadarinya.
Enggan bertanya
Ciri lain yaitu dia enggan bertanya. Baginya,
bertanya sama saja menunjukkan kebodohan. Oleh karena itu dia enggan
bertanya walaupun dia sebenarnya tidak tahu. Supaya tidak dianggap
bodoh, maka diapun berbicara atau menulis seolah-olah dia tahu. Padahal,
bagi orang yang ilmunya banyak atau wawasan berpikirnya luas, tentu
tahu bahwa apa yang dikatakan atau ditulus dia (orang lain) itu keliru.
Enggan menghargai orang lain
Konsekuesinya adalah, dia tidak bisa menghargai
pendapat maupun karya orang lain. Kalaupun toh menghargai, itu hanya
merupakan basa-basi saja supaya dia dianggap bisa menghargai orang lain.
Padahal, di samping menghargai, dia lebih banyak tidak menghargai.
Hal-hal yang dianggap dianggapnya tidak lazim seringkali dianggapnya
salah. Bahkan punya kecenderungan “menggurui” orang lain. Cenderung
memaksakan pendapatnya atau suka “ngeyel” tanpa penalaran yang masuk
akal.
Apakah bisa “disembuhkan”?
Tergantung dia sendiri. Kalau mau banyak
baca-baca buku-buku ilmu pengetahuan, mau bertanya kalau tidak mengerti,
terbuka terhadap pendapat orang lain, mau berusaha berpikir atau
berlogika secara benar, mau mengakui ketidaktahuannya, bersikap low
profile atau mau merendahkan diri, maka pastilah dia akan mengalami
perubahan yang positif. Begitu pula sebaliknya.
Solusi
1.Sebaiknya kalau seseorang benar-benar tahu, bolehlah seseorang itu berbicara.
2.Sebaliknya, kalau seseorang benar-benar tidak tahu, sebaiknya seseorang itu bertanya.
Inilah sikap orang bijak.
@http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/09/10/psikologi-orang-yang-ilmunya-sedikit-seringkali-merasa-lebih-pandai-588335.html
Categories: LIFE GUIDE
0 comments:
Post a Comment