Waduh, 59% Anak Usia Sekolah dan Remaja Tidak Sarapan
Sebelum mengawali hari, sarapan diperlukan agar tubuh mendapat asupan
gizi yang memadai. Bagi anak-anak sekolah, sarapan penting agar dapat
beraktifitas dan belajar dengan baik. Sayangnya, masih banyak anak-anak
di Indonesia yang berangkat ke sekolah dengan perut kosong.
"Banyak orang yang belum menerapkan sarapan sehat, mulai dari anak-anak, remaja, sampai dewasa," kata Slamet Riyadi Yuwono, Duirektur Jendral Bini Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan RI dalam acara Deklarasi Pekan Sarapan Nasional (PESAN) di Gedung Krida Bakti, Sekretriat Negara RI, Selasa (8/1/2013).
Lebih lanjut lagi, Slamet menuturkan bahwa menurut hasil review berbagai kajian menunjukkan bahwa 16,9% - 59% anak usia sekolah dan remaja tidak terbiasa sarapan.
Tak hanya itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menemukan bahwa sebanyak 44,6% anak usia sekolah di Indonesia mengkonsumsi sarapan berkualitas rendah atau tidak menerapkan sarapan sehat.
Padahal, sarapan sangat berperan penting bagi kemampuan fisik dan kesehatan tubuh untuk membekali tubuh dengan gizi yang diperlukan dalam mengawali hari. Sarapan amat penting dibandingkan makan siang dan makan malam.
"Ada ahli yang mengistilahkan makan 3 kali sehari dengan istilah S, M, L mirip baju. Sarapan pagi itu Large, makan siang itu Medium dan makan malam Small," terang Slamet.
Dengan kata lain, porsi makan untuk sarapan seharusnya lebih besar ketimbang makan siang dab makan malam. Sungguh sangat disayangkan apabila anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan terpaksa melewatkan sarapan.
Oleh karena itu, empat organisasi gizi di Indonesia, yaiti Perhimpunan Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) dan Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) sepakat mendeklarasikan Pekan Sarapan Indonesia setiap tanggal 14-20 Februari. Harapannya, gerakan ini dapat menggugah masyarakat untuk semakin sadar gizi dan tidak menyepelekan sarapan.
"Banyak orang yang belum menerapkan sarapan sehat, mulai dari anak-anak, remaja, sampai dewasa," kata Slamet Riyadi Yuwono, Duirektur Jendral Bini Gizi dan Kesehatan Ibu Anak Kementerian Kesehatan RI dalam acara Deklarasi Pekan Sarapan Nasional (PESAN) di Gedung Krida Bakti, Sekretriat Negara RI, Selasa (8/1/2013).
Lebih lanjut lagi, Slamet menuturkan bahwa menurut hasil review berbagai kajian menunjukkan bahwa 16,9% - 59% anak usia sekolah dan remaja tidak terbiasa sarapan.
Tak hanya itu, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menemukan bahwa sebanyak 44,6% anak usia sekolah di Indonesia mengkonsumsi sarapan berkualitas rendah atau tidak menerapkan sarapan sehat.
Padahal, sarapan sangat berperan penting bagi kemampuan fisik dan kesehatan tubuh untuk membekali tubuh dengan gizi yang diperlukan dalam mengawali hari. Sarapan amat penting dibandingkan makan siang dan makan malam.
"Ada ahli yang mengistilahkan makan 3 kali sehari dengan istilah S, M, L mirip baju. Sarapan pagi itu Large, makan siang itu Medium dan makan malam Small," terang Slamet.
Dengan kata lain, porsi makan untuk sarapan seharusnya lebih besar ketimbang makan siang dab makan malam. Sungguh sangat disayangkan apabila anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan terpaksa melewatkan sarapan.
Oleh karena itu, empat organisasi gizi di Indonesia, yaiti Perhimpunan Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN), Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) dan Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) sepakat mendeklarasikan Pekan Sarapan Indonesia setiap tanggal 14-20 Februari. Harapannya, gerakan ini dapat menggugah masyarakat untuk semakin sadar gizi dan tidak menyepelekan sarapan.
@http://health.detik.com/