Bareh Solok Bakal Dipatenkan
Posted by Muhammad Irfan on Tuesday, February 21, 2012 with No comments
Beras Solok yang lamak itu, kini nyaris tinggal kenangan. Sama seperti nasib lagu Bareh Solok yang dinyanyikan Elly Kasim dulu, bareh Solok kini hampir pula menjadi kenangan lantaran terhimpit kurenah tataniaga beras.
Kondisi tataniaga yang rawan pemalsuan terhadap keaslian beras Solok itu, diperburuk oleh hasil produksi yang kian menyusut akibat berkurangnya lahan sawah karena beralih fungsi.
Kekhawatiran terhadap keaslian bareh Solok yang spesifik itu, disuarakan pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan Kota Solok, Januardi.
Pengajuan hak paten itu guna menghindari pengakuan kekayaan alam dan budaya Indonesia, khususnya Kota Solok. Karena alasan itu, pemerintah setempat berencana mengajukan sertifikat produk terhadap beras khas Solok.
Januardi sampai berpikiran demikian, karena ditengarai bareh Solok sudah banyak yang dipalsukan pedagang. Beras Solok saat ini tak lagi memiliki keistimewaan rasa bila dibandingkan dengan beras dari daerah lain di Sumatra Barat.
‘’Beras yang sudah melegenda ini rasanya sama saja dengan beras dari Bukittinggi dan Payakumbuh. Untuk itu petani Kota Solok mendesak Walikota Solok Irzal Ilyas Dt. Lawik Basa untuk mempatenkan beras Solok,’’ kata Januardi saat panen perdana padi tanam sebatang di Sawah Solok, Rabu pekan lalu.
Di tingkat tata niaga beras di Sumatra Barat, belakangan ini, ditengarai hampir 90% beras Solok palsu. Beras Solok hasil pencampuran dengan varitas beras lain diperdagangkan dengan nama label bareh Solok.
‘’Kita ingin beras yang diperdagangkan keluar darah itu adalah beras Solok murni. Bukan campuran atau palsu. Caranya tentu dengan mempatenkannya dan memberdayakan outlet agribisnis KTNA,’’ papar Januardi.
Keprihatinan pengurus KTNA Kota Solok tersebut tentulah sangat beralasan. Banyak pedagang yang melakukan pemalsuan beras Solok guna mengejar untung yang lebih tinggi.
Pencampuran beras itu dilakukan secara transparan di penggilingan padi dengan jenis beras lain yang didatangkan dari daerah lain, seperti Sijunjung dan Dharmasraya.
Modusnya, padi dari daerah Solok dicampur dengan padi dari daerah lain dengan perbandingan 3:1. Sepintas, hasil pencampuran itu tidak kentara. Beras campuran itu seragam dan hanya dibedakan oleh orang yang sudah ahli dibidang beras. ‘’Pedagang tidak salah mengatakan itu beras Solok asli, karena beras itu memang menjadi beras di Solok. Cuma saja, ada sebagian dari beras itu yang sudah dicampur, sehingga muncul istilah beras Solok padi Sijunjung,’’ kata Januardi.
Selama ini, kota Solok dengan potensi lahan sawah Soloknya, memang dikenal sebagai daerah penghasil beras terkemuka di Sumatra Barat. Nama bareh Solok bahkan telah melegenda ke seluruh pelosok Nusantara. Jika tidak disikapi akan terjadi degradasi rasa bareh Solok yang spesifik akibat ulah pegadang itu sendiri.
Walikota Solok, Irzal Ilyas Dt Lawik Basa MM tentu saja prihatin. Bahkan disela kegelisahannya, pihaknya berjanji akan mengembalikan kejayaan beras Solok. Pemko Solok, kata dia, akan membina pedagang yang memiliki mental yang baik, berikut mendaftarkan beras Solok sebagai hasil budidaya petani di wilayah itu.
‘’Untuk mematenkan beras Solok tentu saja harus diawali dengan memurnikan beras Solok mulai dari tingkat petani hingga pedagang,’’ kata Irzal Ilyas. Karena alasan itu, pada tingkat petani dianjurkan menggunakan benih unggul bersertifikat, sehingga kemurnian varietasnya terjaga. Kemudian, penanganan pasca panennya juga dioptimalkan sehingga tingkat kehilangan hasil saat panen rendah.
Saat ini, kata Irzal, dari sekian banyak varietas beras Solok yang memiliki keunggulan rasa, yang bertahan hanya tinggal verietas Anak Daro. Sedangkan beberapa jenis beras Solok yang sudah terlanjur melegenda, seperti varietas Caredek dan varietas Randah Kuniang tak lagi bisa ditemui.
Kedua varietas itu (Caredek dan Randah Kuniang) sudah lama hilang karena kurang diminati petani lantaran masa tanam yang relatif lama. Varietas Caredek baru panen setelah berumur enam bulan, sedangkan varietas Randah Kuniang baru panen saat berumur lima bulan. Berbeda dengan varietas Anak Daro yang sudah bisa panen saat berumur tiga bulan sehingga petani lebih memilih membudidayakan varietas Anak Daro yang sekarang sudah diakui oleh Kementrian Pertanian RI sebagai beras unggul dari Kota Solok.
‘’Varietas anak Daro akan dijaga kemurniannya dengan pengemasan yang baik sebagai produksi pertanian khas Kota Solok,’’ tutur Irzal Ilyas.
Pertahankan irigasi
Rencana Pemko Solok akan mempatenkan bareh Solok sebagai hasil pertanian setempat, ikut didorong oleh anggota DPRD Sumbar Ir. Israr Jalinus.
Legislator dari asal daerah pemilihan (Dapil) Solok yang juga politisi PAN Sumbar itu menyatakan sepantasnya mempatenkan bareh Solok guna menjaga mata rantai sektor pertanian, khususnya pertanian padi sawah.
‘’Kita mendorong langkah walikota mempatenkan beras Solok, karena struktur perekonomian warga masih bertumpu kepada budidaya pertanian tersebut,’’ kata Israr Jalinus.
Konkritnya, dukungan Israr Jalinus itu telah diaplikasikan dengan perjuangan anggaran pembenahan sejumlah irigasi teknis di kawasan Solok (kabupaten dan kota). Seperti perbaikan irigasi Bandar Panjang Salayo dan Kapalo Bandar Koto Hilalang, yang muaranya tentu untuk mengairi lahan persawahan di Kota Solok.
‘’Yang kita takutkan, ketika irigasi tidak berfungsi di kawasan Kabupaten Solok, akan terjadi kekeringan lahan produktif di Kota Solok. Akibatnya, banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi bangunan karena kekeringan,’’ tuturnya. Fenomena alih fungsi lahan itu senantiasa menjadi pemikiran anggota Komisi II DPRD Sumbar itu. Karena itu, saban tahun, ia bersama anggota DPRD Sumbar lainnya, Ir. Bachtul, terus memperjuangkan dana perbaikan irigasi di wilayah itu.
‘’Keaslian bareh Solok memang harus dijaga. Kita mendorong upaya Pemko Solok mempatenkannya, disamping terus melakukan penguatan jaringan budidaya hasiltani itu sendiri,’’ ujar Israr Jalinus menyudahi. (rusmel dt. sati)
Kekhawatiran terhadap keaslian bareh Solok yang spesifik itu, disuarakan pengurus Kontak Tani Nelayan Andalan Kota Solok, Januardi.
Pengajuan hak paten itu guna menghindari pengakuan kekayaan alam dan budaya Indonesia, khususnya Kota Solok. Karena alasan itu, pemerintah setempat berencana mengajukan sertifikat produk terhadap beras khas Solok.
Januardi sampai berpikiran demikian, karena ditengarai bareh Solok sudah banyak yang dipalsukan pedagang. Beras Solok saat ini tak lagi memiliki keistimewaan rasa bila dibandingkan dengan beras dari daerah lain di Sumatra Barat.
‘’Beras yang sudah melegenda ini rasanya sama saja dengan beras dari Bukittinggi dan Payakumbuh. Untuk itu petani Kota Solok mendesak Walikota Solok Irzal Ilyas Dt. Lawik Basa untuk mempatenkan beras Solok,’’ kata Januardi saat panen perdana padi tanam sebatang di Sawah Solok, Rabu pekan lalu.
Di tingkat tata niaga beras di Sumatra Barat, belakangan ini, ditengarai hampir 90% beras Solok palsu. Beras Solok hasil pencampuran dengan varitas beras lain diperdagangkan dengan nama label bareh Solok.
‘’Kita ingin beras yang diperdagangkan keluar darah itu adalah beras Solok murni. Bukan campuran atau palsu. Caranya tentu dengan mempatenkannya dan memberdayakan outlet agribisnis KTNA,’’ papar Januardi.
Keprihatinan pengurus KTNA Kota Solok tersebut tentulah sangat beralasan. Banyak pedagang yang melakukan pemalsuan beras Solok guna mengejar untung yang lebih tinggi.
Pencampuran beras itu dilakukan secara transparan di penggilingan padi dengan jenis beras lain yang didatangkan dari daerah lain, seperti Sijunjung dan Dharmasraya.
Modusnya, padi dari daerah Solok dicampur dengan padi dari daerah lain dengan perbandingan 3:1. Sepintas, hasil pencampuran itu tidak kentara. Beras campuran itu seragam dan hanya dibedakan oleh orang yang sudah ahli dibidang beras. ‘’Pedagang tidak salah mengatakan itu beras Solok asli, karena beras itu memang menjadi beras di Solok. Cuma saja, ada sebagian dari beras itu yang sudah dicampur, sehingga muncul istilah beras Solok padi Sijunjung,’’ kata Januardi.
Selama ini, kota Solok dengan potensi lahan sawah Soloknya, memang dikenal sebagai daerah penghasil beras terkemuka di Sumatra Barat. Nama bareh Solok bahkan telah melegenda ke seluruh pelosok Nusantara. Jika tidak disikapi akan terjadi degradasi rasa bareh Solok yang spesifik akibat ulah pegadang itu sendiri.
Walikota Solok, Irzal Ilyas Dt Lawik Basa MM tentu saja prihatin. Bahkan disela kegelisahannya, pihaknya berjanji akan mengembalikan kejayaan beras Solok. Pemko Solok, kata dia, akan membina pedagang yang memiliki mental yang baik, berikut mendaftarkan beras Solok sebagai hasil budidaya petani di wilayah itu.
‘’Untuk mematenkan beras Solok tentu saja harus diawali dengan memurnikan beras Solok mulai dari tingkat petani hingga pedagang,’’ kata Irzal Ilyas. Karena alasan itu, pada tingkat petani dianjurkan menggunakan benih unggul bersertifikat, sehingga kemurnian varietasnya terjaga. Kemudian, penanganan pasca panennya juga dioptimalkan sehingga tingkat kehilangan hasil saat panen rendah.
Saat ini, kata Irzal, dari sekian banyak varietas beras Solok yang memiliki keunggulan rasa, yang bertahan hanya tinggal verietas Anak Daro. Sedangkan beberapa jenis beras Solok yang sudah terlanjur melegenda, seperti varietas Caredek dan varietas Randah Kuniang tak lagi bisa ditemui.
Kedua varietas itu (Caredek dan Randah Kuniang) sudah lama hilang karena kurang diminati petani lantaran masa tanam yang relatif lama. Varietas Caredek baru panen setelah berumur enam bulan, sedangkan varietas Randah Kuniang baru panen saat berumur lima bulan. Berbeda dengan varietas Anak Daro yang sudah bisa panen saat berumur tiga bulan sehingga petani lebih memilih membudidayakan varietas Anak Daro yang sekarang sudah diakui oleh Kementrian Pertanian RI sebagai beras unggul dari Kota Solok.
‘’Varietas anak Daro akan dijaga kemurniannya dengan pengemasan yang baik sebagai produksi pertanian khas Kota Solok,’’ tutur Irzal Ilyas.
Pertahankan irigasi
Rencana Pemko Solok akan mempatenkan bareh Solok sebagai hasil pertanian setempat, ikut didorong oleh anggota DPRD Sumbar Ir. Israr Jalinus.
Legislator dari asal daerah pemilihan (Dapil) Solok yang juga politisi PAN Sumbar itu menyatakan sepantasnya mempatenkan bareh Solok guna menjaga mata rantai sektor pertanian, khususnya pertanian padi sawah.
‘’Kita mendorong langkah walikota mempatenkan beras Solok, karena struktur perekonomian warga masih bertumpu kepada budidaya pertanian tersebut,’’ kata Israr Jalinus.
Konkritnya, dukungan Israr Jalinus itu telah diaplikasikan dengan perjuangan anggaran pembenahan sejumlah irigasi teknis di kawasan Solok (kabupaten dan kota). Seperti perbaikan irigasi Bandar Panjang Salayo dan Kapalo Bandar Koto Hilalang, yang muaranya tentu untuk mengairi lahan persawahan di Kota Solok.
‘’Yang kita takutkan, ketika irigasi tidak berfungsi di kawasan Kabupaten Solok, akan terjadi kekeringan lahan produktif di Kota Solok. Akibatnya, banyak lahan sawah yang beralih fungsi menjadi bangunan karena kekeringan,’’ tuturnya. Fenomena alih fungsi lahan itu senantiasa menjadi pemikiran anggota Komisi II DPRD Sumbar itu. Karena itu, saban tahun, ia bersama anggota DPRD Sumbar lainnya, Ir. Bachtul, terus memperjuangkan dana perbaikan irigasi di wilayah itu.
‘’Keaslian bareh Solok memang harus dijaga. Kita mendorong upaya Pemko Solok mempatenkannya, disamping terus melakukan penguatan jaringan budidaya hasiltani itu sendiri,’’ ujar Israr Jalinus menyudahi. (rusmel dt. sati)
0 comments:
Post a Comment