Pemerintah Sangkal BI Rate Naik Pertanda Krisis
Posted by Muhammad Irfan on Friday, August 30, 2013 with No comments
Perekonomian Indonesia dikatakan masih cukup kuat untuk menghadapi
penguatan mata uang dolar AS dan penurunan harga saham. Pemerintah
justru berpandangan Indonesia belum memasuki tahap krisis yang
sebelumnya pernah terjadi.
"Belum krisis ekonomi dan moneter. Dulu di Oktober 2008, BI Rate mencapai 9,55. Kondisi saat ini terus kami waspadai, tetapi kalau dibilang krisis, jawabannya tidak," kata Staf Khusus Presiden bidang Perekonomian Firmanzah ditemui sebelum rapat tim ekonomi di Kantor Presiden, Kamis (29/8).
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga BI (BI Rate) sebesar 50 bps, dari 6,50% menjadi 7%, suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 7,00%, dan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 50 bps menjadi 5,25%. Firmanzah berpandangan penaikan itu bukanlah antisipasi pemerintah terhadap krisis.
Firmanzah mengingatkan, saat ini pemerintah terus menggenjot agar investasi dan sektor riil serta konsumsi dapat terus ditingkatkan. Ia juga membantah bisnis properti akan hancur lantaran BI Rate tersebut. "Di sektor mikro masih tumbuh tinggi kok," ucapnya.
Firmanzah menegaskan, saat ini peran pemerintah antara lain dari sisi fiskal terus mendorong investasi, peningkatan ekspor, impor substitution, daya beli masyarakat, mengelola pasokan kebutuhan pokok untuk menahan inflasi, kemudian penyerapan tenaga kerja, terus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa pun bersuara sama. Penaikan BI Rate tersebut dipastikannya bukanlah krisis. "Oh tidak, ini tidak akan menimbulkan krisis," sahut Hatta.
Menteri Keuangan Chatib Basri berkomentar pendek terhadap penaikan BI Rate. "Wah bagus dong," katanya sembari bertanya respons dari market bagaimana.
"Belum krisis ekonomi dan moneter. Dulu di Oktober 2008, BI Rate mencapai 9,55. Kondisi saat ini terus kami waspadai, tetapi kalau dibilang krisis, jawabannya tidak," kata Staf Khusus Presiden bidang Perekonomian Firmanzah ditemui sebelum rapat tim ekonomi di Kantor Presiden, Kamis (29/8).
Seperti diketahui, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga BI (BI Rate) sebesar 50 bps, dari 6,50% menjadi 7%, suku bunga Lending Facility (LF) sebesar 25 bps menjadi 7,00%, dan suku bunga Deposit Facility (DF) sebesar 50 bps menjadi 5,25%. Firmanzah berpandangan penaikan itu bukanlah antisipasi pemerintah terhadap krisis.
Firmanzah mengingatkan, saat ini pemerintah terus menggenjot agar investasi dan sektor riil serta konsumsi dapat terus ditingkatkan. Ia juga membantah bisnis properti akan hancur lantaran BI Rate tersebut. "Di sektor mikro masih tumbuh tinggi kok," ucapnya.
Firmanzah menegaskan, saat ini peran pemerintah antara lain dari sisi fiskal terus mendorong investasi, peningkatan ekspor, impor substitution, daya beli masyarakat, mengelola pasokan kebutuhan pokok untuk menahan inflasi, kemudian penyerapan tenaga kerja, terus untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa pun bersuara sama. Penaikan BI Rate tersebut dipastikannya bukanlah krisis. "Oh tidak, ini tidak akan menimbulkan krisis," sahut Hatta.
Menteri Keuangan Chatib Basri berkomentar pendek terhadap penaikan BI Rate. "Wah bagus dong," katanya sembari bertanya respons dari market bagaimana.
@http://www.metrotvnews.com/
Categories: EKONOMI
0 comments:
Post a Comment