Rokok (dan Remaja)
Posted by Muhammad Irfan on Wednesday, April 10, 2013 with No comments
@http://chillinaris.wordpress.com/
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok,
perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku
yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan
dalam kehidupan Merokok di dalam kendaraan umumsehari-hari di lingkungan
rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan. Hampir setiap saat
dapat disaksikan dan di jumpai orang yang sedang merokok. Bahkan bila
orang merokok di sebelah ibu yang sedang menggendong bayi sekalipun
orang tersebut tetap tenang menghembuskan asap rokoknya dan biasanya
orang-orang yang ada disekelilingnya seringkali tidak perduli.
Hal yang memprihatinkan adalah usia mulai merokok yang setiap tahun
semakin muda. Bila dulu orang mulai berani merokok biasanya mulai SMP
maka sekarang dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai banyak
yang merokok secara diam-diam.
Bahaya Rokok
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi
sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya.
Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua
diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat
karsinogenik (Asril Bahar, harian umum Republika, Selasa 26 Maret 2002 :
19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat
memicu terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg
nikotin dan setelah di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah
hanya 25 persen. Walau demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu
hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang
kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur
imbalan, perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik.
Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih
cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik,
zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus
seruleus yang mengeluarkan sorotonin. Meningkatnya serotonin menimbulkan
rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok lagi. (Agnes Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002: 22).
Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan rokok,
karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti merokok
rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang.
Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan
daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi
psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah
rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap
gawat (Roan, Ilmu kedokteran jiwa, Psikiatri, 1979 : 33).
Tipe-tipe Perokok
Mereka yang dikatakan perokok sangat berat adlah bila mengkonsumsi
rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit
setelah bangun pagi. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari
dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6 – 30 menit.
Perokok sedang menghabiskan rokok 11 – 21 batang dengan selang waktu
31-60 menit setelah bangun pagi. Perokok ringan menghabiskan rokok
sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri,1991) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
Lindsay Lohan smokeDengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa
yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978)
menambahkan ada 3 sub tipe ini :
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jari-jarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan
negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif.
Oleh
Green disebut sebagai psychological Addiction. Mereka yang sudah
adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah
efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi
keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia
khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan
perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya
rutin. Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan
suatu perilaku yang bersifat otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan
tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu
telah benar-benar habis.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1. Merokok di tempat-tempat Umum / Ruang Publik:
Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar “racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.
Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.
Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok ditempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata krama. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar “racun” kepada orang lain yang tidak bersalah.
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi
Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang mencekam.
Di toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi
Mengapa Remaja Merokok?
1. Pengaruh 0rangtua
Salah
satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
Remaja yang berasal dari keluarga konservatif yang menekankan
nilai-nilai sosial dan agama dengan baik dengan tujuan jangka panjang
lebih sulit untuk terlibat dengan rokok/tembakau/obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif dengan penekanan pada
falsafah “kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”, dan yang paling kuat
pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi figur contoh yaitu
sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk
mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang
tinggal dengan satu orang tua (single parent). Remaja akan lebih cepat
berperilaku sebagai perokok bila ibu mereka merokok dari pada ayah yang
merokok, hal ini lebih terlihat pada remaja putri (Al Bachri, Buletin RSKO, tahun IX, 1991).
2. Pengaruh Teman
Berbagai
fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan
teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor
yang rendah (Atkinson, 1999).
4. Pengaruh Iklan
Melihat
iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX,1991).
Upaya Pencegahan
Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku merokok
penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan
motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba untuk merokok,
akan membuat mereka mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok
yang datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua.
Suatu program kampanye anti merokok buat para remaja yang dilakukan
oleh Richard Evans (1980) dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya
pencegahan agar remaja tidak merokok, karena ternyata program tersebut
membawa hasil yang menggembirakan. Kampanye anti merokok ini dilakukan
dengan cara membuat berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang
berbagai aspek yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan
untuk kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televisi atau radio. Pesan-pesan yang disampaikan meliputi:
- Meskipun
orang tuamu merokok, kamu tidak perlu harus meniru, karena kamu
mempunyai akal yang dapat kamu pakai untuk membuat keputusan sendiri.
- Iklan-iklan merokok sebenarnya
menjerumuskan orang. Sebaiknya kamu mulai belajar untuk tidak
terpengaruh oleh iklan seperti itu.
- Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu merokok. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk ikut merokok.
- Perilaku merokok akan memberikan dampak bagi kesehatan secara jangka pendek maupun jangka panjang yang nantinya akan ditanggung tidak saja oleh diri kamu sendiri tetapi juga akan dapat membebani orang lain (misal: orangtua)
Agar
remaja dapat memahami pesan-pesan tersebut maka dalam kampanye anti
merokok perlu disertai dengan beberapa pelatihan, seperti:
- Ketrampilan berkomunikasi
- Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri
- Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan rasa cemas/anxietas
- Pelatihan untuk berperilaku assertif
- Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dll
Dengan
cara-cara diatas remaja akan diajak untuk dapat memiliki kemampuan dan
kepercayaan diri dalam menolak berbagai godaan untuk merokok, baik yang
datang dari media massa, teman sebaya maupun dari keluarga. Melarang,
menghukum, atau pun memaksa remaja untuk tidak merokok hanya akan
memberikan dampak yang relatif singkat karena tidak didasari oleh
motivasi internal si remaja.
Other Pics :
Categories: DUNIA LELAKI
0 comments:
Post a Comment