KETAKUTAN ADALAH TIDAK MENERIMA APA ADANYA

Posted by Muhammad Irfan on Friday, April 03, 2015 with No comments


Ketakutan menggunakan berbagai cara pelarian. Cara yang paling umum adalah pengidentifikasian bukan?—pengidentifikasian dengan negara, dengan masyarakat, dengan suatu gagasan. Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana respons Anda ketika Anda melihat suatu arak-arakan: arak-arakan militer atau arak-arakan keagamaan, atau apabila negara terancam serangan dari luar?
Anda lalu mengidentifikasikan diri Anda dengan negara, dengan suatu makhluk, dengan suatu ideologi. Ada pula saat-saat ketika Anda mengidentifikasikan diri Anda dengan anak-anak Anda, dengan istri Anda, dengan suatu bentuk tindakan tertentu, atau penolakan bertindak tertentu. Pengidentifikasian adalah proses melupakan-diri. Selama saya sadar akan sang “aku”, saya tahu ada kesakitan, ada pergulatan, ada ketakutan terus-menerus. Tetapi jika saya dapat mengidentifikasikan diri saya dengan sesuatu yang lebih besar, dengan sesuatu yang bermanfaat, dengan keindahan, dengan kehidupan, dengan kebenaran, dengan kepercayaan, dengan pengetahuan, setidak-tidaknya untuk sementara, maka terdapat pelarian dari sang “aku”, bukan?
Jika saya bicara tentang “negaraku”, saya lupa akan diri saya untuk sementara waktu, bukan? Jika saya bisa bicara tentang Tuhan, saya lupa akan diri saya. Jika saya mengidentifikasikan diri saya dengan keluarga saya, dengan sebuah kelompok, dengan sebuah partai tertentu, dengan sebuah ideologi tertentu, maka terdapat pelarian sementara. Tahukah kita sekarang, apa ketakutan itu?
Bukankah itu berarti tidak menerima apa adanya?
Kita harus memahami kata ‘menerima’. Saya tidak menggunakan kata itu dalam arti suatu upaya untuk menerima. Tidak ada masalah menerima bila saya melihat apa adanya. Bila saya tidak melihat dengan jelas apa adanya, maka saya memasukkan proses menerima. Oleh karena itu, ketakutan adalah tidak menerima apa adanya.


~ J. Krishnamurti
Image Source : https://enigmaticdiablerie.files.wordpress.com/
Categories: