KEBAHAGIAAN/KENIKMATAN BERKAITAN DENGAN KEINGINAN

Posted by Muhammad Irfan on Wednesday, January 21, 2015 with 1 comment

Saya telah mencicipi sebuah makanan dan saya menginginkan lebih banyak lagi; itu memberi saya sukacita: ada seks, ada kebahagiaan malam yang indah, kebahagiaan matahari terbenam, cahaya di permukaan air sementara sungai mengalir lewat, keindahan seekor burung melayang di udara, keindahan sebuah wajah, sebuah kalimat yang membangunkan sukacita mendalam, seulas senyum.
Lalu ada keinginan yang berkata, aku ingin mengalami lebih banyak lagi, dan keinginan -entah seksual, psikologis, atau lainnya- yang telah merasakan suatu kebahagiaan ingin mengulanginya.
Pengulangan itu muncul pada saat pikiran muncul. Kemarin malam, di antara awan-awan dan di bawah terpaan angin, tiba-tiba terdapat secercah cahaya matahari bersinar di sawah yang hijau. Cahaya itu luar biasa, penuh, kaya, dan warna hijau begitu hidup. Mata melihatnya; pikiran mencatatnya dan sangat berbahagia dalam keindahan itu, dalam cahaya itu, dalam warna hijau yang tiada taranya.
Saya ingin mengulangi kembali sukacita itu, maka hari ini saya mencari cahaya yang sama lagi, keindahan yang sama, perasaan yang sama - yang adalah pikiran.
Tindakan melihat adalah satu hal; lalu pikiran muncul dan berkata, "Saya ingin merasakannya lebih banyak lagi, saya harus mengulanginya lagi esok."
Pengulangannya adalah awal kebahagiaan. Ketika saya melihat cahaya di sawah itu, tidak ada keinginan, tidak ada kebahagiaan; yang ada hanyalah pengamatan dan sukacita yang besar. Lalu pikiran muncul dan berkata, "Ya Allah, betapa baiknya kalau saya dapat memperolehnya lagi esok."
Itulah yang kita lakukan sepanjang waktu - mungkin itu bersifat seksual, mungkin ketika seseorang menyanjung dan berkata ia teman Anda - pikiran masuk dan ingin mengulanginya. Awal kebahagiaan adalah awal pikiran di dalam konflik. Pikiranlah yang menuntut, yang menciptakan konflik.


[J Krishnamurti - Collected Works, Vol. XVI ,216]
Categories: