Ini Gangguan Kesehatan yang Mungkin Terjadi Akibat Kabut Asap
Posted by Muhammad Irfan on Thursday, June 20, 2013 with No comments
Kebakaran lahan di area perhutanan di Riau menimbulkan kabut asap pekat
di sekelilingnya. Bahkan asapnya sudah meluas hingga Singapura. Kabut
asap ini berisiko memunculkan gangguan kesehatan, sehingga warga yang tinggal di sekitar daerah tersebut perlu melakukan antisipasi.
"Serangan asma dan penyakit paru kronis lebih sering terjadi pada level Pollutant Standards Index (PSI) yang tidak sehat" jelas DR Pek Wee Yang, Kepala Departemen Kedokteran Umum di Khoo Teck Puat Hospital, Singapura. Demikian dikutip dari Asia One, Kamis (20/6/2013).
Sementara itu, konsultan kesehatan Departemen Pengobatan Penyakit Pernafasan dan Kritis di Tan Tock Seng Hospital, Profesor John Abisheganaden, mengatakan kadang-kadang orang jadi sulit bernafas akibat adanya kabut asap. "Terutama pasien dengan penyakit hati atau paru-paru yang kronis. Tapi, orang sehat bisa terkena iritasi pada mata atau tenggorokan akibat terkena kabut asap," papar Abisheganaden.
The National Environment Agency (NEA) memperkirakan kabut asap tersebut akan bertahan selama beberapa hari ke depan. Jumlah PSI juga ditengarai meningkat tiga kali lipat menjadi 155 pada pukul 10 malam, dari jumlah 56 pada pukul 7 pagi waktu setempat.
Dokter spesialis pernafasan di Raffles Internal Medicine Centre, mengatakan mayoritas pasien remaja hingga dewasa pergi ke klinik karena menderita asma dan gangguan pernafasan. "Kabut asap adalah faktor yang sangat signifikan dalam peningkatan jumlah pasien asma dan gangguan pernafasan," jelasnya.
NEA menyarankan masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan. Jika terpaksa pergi ke luar rumah sebaiknya menggunakan masker. Sementara itu pembersih ruangan juga bisa membantu bernafas lebih nyaman.
"Minumlah air putih lebih banyak dan istirahat yang cukup," saran dokter umum di Klinik Killiney Family and Wellness, Dr Clarence Yeo.
"Serangan asma dan penyakit paru kronis lebih sering terjadi pada level Pollutant Standards Index (PSI) yang tidak sehat" jelas DR Pek Wee Yang, Kepala Departemen Kedokteran Umum di Khoo Teck Puat Hospital, Singapura. Demikian dikutip dari Asia One, Kamis (20/6/2013).
Sementara itu, konsultan kesehatan Departemen Pengobatan Penyakit Pernafasan dan Kritis di Tan Tock Seng Hospital, Profesor John Abisheganaden, mengatakan kadang-kadang orang jadi sulit bernafas akibat adanya kabut asap. "Terutama pasien dengan penyakit hati atau paru-paru yang kronis. Tapi, orang sehat bisa terkena iritasi pada mata atau tenggorokan akibat terkena kabut asap," papar Abisheganaden.
The National Environment Agency (NEA) memperkirakan kabut asap tersebut akan bertahan selama beberapa hari ke depan. Jumlah PSI juga ditengarai meningkat tiga kali lipat menjadi 155 pada pukul 10 malam, dari jumlah 56 pada pukul 7 pagi waktu setempat.
Dokter spesialis pernafasan di Raffles Internal Medicine Centre, mengatakan mayoritas pasien remaja hingga dewasa pergi ke klinik karena menderita asma dan gangguan pernafasan. "Kabut asap adalah faktor yang sangat signifikan dalam peningkatan jumlah pasien asma dan gangguan pernafasan," jelasnya.
NEA menyarankan masyarakat untuk mengurangi aktivitas di luar rumah, terutama bagi mereka yang menderita penyakit jantung dan gangguan pernafasan. Jika terpaksa pergi ke luar rumah sebaiknya menggunakan masker. Sementara itu pembersih ruangan juga bisa membantu bernafas lebih nyaman.
"Minumlah air putih lebih banyak dan istirahat yang cukup," saran dokter umum di Klinik Killiney Family and Wellness, Dr Clarence Yeo.
@http://health.detik.com
Categories: INDONESIA
0 comments:
Post a Comment