Laki-laki Australia Malas Kuliah?

Posted by Muhammad Irfan on Friday, August 19, 2011 with No comments





Jumlah perempuan Australia yang menempuh pendidikan tinggi di universitas lebih tinggi daripada laki-laki. Ini merupakan hasil penelitian terbaru yang dilakukan peneliti pendidikan tinggi Australia, Alan Olsen.
Menurut konsultan pendidikan internasional ini, selama 2000-2009, sebanyak 603 ribu mahasiswi asal Australia lulus dari perguruan tinggi. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang ‘hanya’ 404 ribu orang.
Penelitian menyimpulkan, jumlah perempuan yang masuk universitas konsisten, mereka lulus dengan nilai tertinggi, lebih sedikit putus kuliah, dan 50 persen lebih banyak yang berkuliah di luar negeri.
Penelitian yang menggunakan data Biro Statistik Australia dengan koresponden usia 25-34 tahun ini menemukan, perempuan yang berhasil menyelesaikan pendidikan tinggi sebesar 39,1 persen. Ini lebih tinggi dibandingkan laki-laki yang sebesar 25,8 persen.
Hasil ini menjadi ironi karena pemerintah Australia menargetkan pada 2025, 40 persen penduduk Australia berusia 25-34 tahun harus memiliki gelar sarjana. Menurut Olsen, kegiatan untuk mengatasi kesenjangan gender sudah dilakukan tapi, belum menjadi prioritas. “Gender harus menjadi agenda jika Australia ingin mencapai angka 40 persen pada 2025,” katanya. Demikian seperti dilansir dari The Australian, Rabu (13/7/2011).
Direktur Penelitian Pendidikan Tinggi di Deakin University, Marcia Devlin mengatakan, semua pihak harus berusaha untuk meningkatkan partisipasi dan keberhasilan laki-laki. Menurutnya, sekolah dan universitas dapat mempertimbangkan kegiatan yang kreatif, aktif dan terpadu dalam kegiatan pendidikan ketimbang duduk diam dan mendengar.
Sementara itu, Kepala Kebijakan Pendidikan dan Sosial di Deakin, Trevor Gale mempertanyakan metode perbandingan berdasarkan jenis kelamin. “Kita perlu bertanya, anak laki-laki mana? Saya menduga data akan menunjukkan bahwa anak laki-laki (yang ada di penelitian) berasal dari kondisi sosial ekonomi rendah dan daerah tertinggal,” jelasnya.
Menurutnya, jenis kelamin tidak boleh dipisahkan dengan kekayaan dan tempat tinggal. Pasalnya, banyak anak laki-laki dari sekolah swasta yang melanjutkan pendidikan ke universitas.